Suatu hari dalam keadaan cuaca cerah
Ciiiiiiiittttttttttt....
Suara rem mobil berdecit keras. Sebuah mobil sport mewah berwarna merah hampir menabrak wanita yang sedang terburu-buru.
Beruntung hanya berjarak beberapa senti saja wanita di depannya bisa selamat.
Di dalam mobil pria itu hanya membunyikan klakson agar wanita di depannya segera pergi.
EPILOG
"Zara tolong ke butik sekarang ya, bawa juga sekalian desainnya!" Terdengar suara dengan kepanikan di sebrang telepon.
Ya, hari ini tiba-tiba seorang klien di butik memajukan jadwal pertemuan dengannya. Sahabat yang telah mempercayakan desain baju pengantin saudaranya.
Dengan tergopoh-gopoh Zara pergi ke butik.
Karena mobilnya sedang berada di bengkel dealer untuk service bulanan, dia mencoba memesan driver online. Namun sudah beberapa kali order, nihil. Dia tak kunjung mendapat driver juga.
Zara putuskan memakai angkutan umum yang harus menyebrang 2 lampu merah di depan. Hingga sampailah dia di kejadian hampir tertabrak pagi ini.
Tinggal di sebuah kota kecil yang cukup maju dalam pembangunannya. Berbeda dengan kota-kota besar, kendaraan-kendaraan belum cukup padat dan orang yang berjalan di trotoar pun cukup nyaman dengan lalu lalangnya.
"Pagi ini lumayan menguras emosi. Huhhhhh" Zara menghela nafasnya.
Zara masih dalam suasana hati yang ngedumel. Kalau bukan karena sahabatnya yang meminta dia tidak akan datang. Prinsipnya segala sesuatu berjalan sesuai dengan jadwalnya. Begitupun dengan perjanjian untuk bertemu dengan klien butiknya.
Zara tergolong wanita yang tidak mau membuat segalanya menjadi rumit. Seperti hari ini, walaupun kondisi angkutan umum mungkin berdesak-desakan, dia tetap meneruskan niatnya pergi ke butik. Walaupun ini menjadi pengalamannya lagi setelah sekian lama dia lupa terakhir kali naik angkutan umum.
Zara sudah dengan posisi menghentikan angkutan umum di depannya. Setelah melalui beberapa persimpangan jalan, tibalah dia di butik yang cukup terkenal di kota ini. "ZARA BOUTIQUE".
Zara adalah seorang fashion designer. Dia memulai karirnya dari nol. Walaupun neneknya meminta Zara tinggal di Kota B, tetapi Zara lebih nyaman di tempatnya sekarang.
Zara kecil adalah anak yang tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tua, sehingga dia menjadi wanita tangguh yang cukup mapan di usianya saat ini.
Walaupun neneknya selalu menutup rapat rahasia masa lalunya. Zara terus mencoba mencari tahu masa lalunya dan keberadaan orang tuanya, meskipun sampai detik ini Zara masih belum menemukan titik terang apapun.
Di depan neneknya, Zara berusaha menyembunyikan keingintahuannya tentang masa lalunya. Ya, terakhir kali neneknya marah besar saat Zara menanyakan orang tuanya ketika SMP. Dari sanalah Zara sudah tahu untuk tak menyinggung lagi perihal orang tuanya di depan neneknya.
"Hei ngelamun aja." Suara Novi sambil menepuk bahu Zara.
"Eh elo Nov ngagetin aja." Jawab Zara yang tersadar dari lamunannya.
"Abisnya lo liatin Butik sampe segitunya?" Tanya Novi yang heran juga lihat Zara sampai bengong seperti memikirkan sesuatu yang berat.
"Eh, udah lama ya nunggu? Mana saudara lo?" Tanya Zara mengalihkan pembicaraan ke inti dari keberadaan Novi.
"Ya ga ikutlah! Emang tadi gue bilang datang sama saudara gue apa?"
Tawa Novi yang ternyata ngerjain Zara.
"Iiiihh lo Nov, gue udah bela-belain tau pake angkot, hampir ketabrak, ternyata lo ngerjain gue." Zara dengan nada kesal karena telah dijahili Novi.
"Hah? elo pake angkot dan hampir ketabrak?" tanya Novi dengan kagetnya.
"Ya." jawab Zara simpel.
"Duh sorry deh, gue ga tau. Emang mobil lo kemana?" Novi dengan rasa bersalahnya sambil kedua tangan di dadanya meminta maaf.
"Bengkel." Zara dengan jawaban simpelnya karena masih kesal pada Novi.
"Maafin gue ya! buat nebus rasa bersalah gue, gue traktir deh." Goda Novi sambil menyenggol bahu Zara dengan tatapan memohonnya.
Zara yang sudah tidak tega juga mendiamkan Novi sahabatnya akhirnya luluh juga.
"Ya udah ayo!" Sambil merangkul bahu Novi, keduanya menuju kafe di sebrang butik.
Sambil menunggu pesanan datang, Novi dan Zara sudah berada di meja luar. Suasana cukup nyaman dengan pemandangan langsung mengarah ke jalanan yang masih belum ramai kendaraan berlalu lalang.
"Nih gue udah buatin 10 desain buat calon pengantin cewek dan cowoknya." Jelas Zara agar sahabatnya merasa puas.
Novi yang melihat gambar-gambar desain buatan Zara berdecak kagum. Dia emang agak ribet tapi untuk hal ini dia mempercayakan sepenuhnya pada Zara.
"Wah! gue kalo masalah ini nyerahin ke elo lagi deh! kirain gampang ya milih kaya ginian." Jawab Novi dengan tertawa terbahak-bahak nya.
"Lagian lo Nov, saudara lo kan yang nikah, kok elo yang ngurusin masalah ginian nya sih." Tanya Zara yang memang sudah heran sedari awal.
"Eh jangan salah tau! saudara gue ini dijodohin sama orang tuanya, jadi dia ga terlalu antusias kaya pengantin pada umumnya," jawab Novi dengan cueknya juga.
"Hah! hari gini masih dijodohin." Zara kaget tidak percaya masih ada perjodohan di zaman sekarang.
"Iya," timpal Novi dengan anggukannya.
Zara sambil menghela nafas mengingat kembali percakapan beberapa waktu lalu bersama neneknya.
"Zara usiamu sudah cukup untuk menikah. Apakah kamu sudah memiliki pasangan yang akan dikenalkan pada nenek?"
"Uhuk-uhuk", Zara yang sedang minum terbatuk-batuk mendengar pertanyaan neneknya.
"Nek aku belum memikirkan itu," jawab Zara yang masih fokus pada karirnya di usia 27 tahun ini.
"Nenek sudah memiliki calon untukmu." Nenek tahu Zara belum memiliki kekasih karena kemana-mana masih selalu sendiri.
"Aduh Nek, aku belum mau menikah nek, terlebih aku ingin berjumpa dengan.." ucapan Zara terhenti.
"Hmmm bagaimana aku bisa memberi tahumu nek, aku ingin berjumpa atau sekedar tahu kabar orang tuaku," lirih Zara dalam hati.
Kembali Novi membuyarkan lamunan Zara.
"Hei Ra lo kenapa sih?" Tanya Novi heran melihat Zara akhir-akhir ini sering melamun.
"Eh itu Nov," sambil kebingungan.
Akhirnya pelayan membawa pesanan yang sudah cukup lama di pesan dan kembali menyadarkan Zara ke keadaan sekarang.
Novi dengan ekspresi muka yang masih mengira-ngira keadaan sahabatnya, pandangannya di alihkan dengan makanan yang sudah nampak di meja.
Di butik
Melewati pagi dengan beberapa hal yang tak terduga, Zara sudah kembali ke butiknya. Butik yang lumayan luas, bersih, rapi dengan penambahan tanaman hijau di pojok-pojok ruang menambah rasa segar ketika memasuki ruangan.
Ya, Butik Zara ini adalah butik khusus untuk baju-baju pengantin. Sudah banyak yang menjadi langganan di butiknya, karena pekerjaan Zara memang selalu membuat orang kagum dan puas dengan hasilnya.
Suara panggilan seluler menghentikan Zara dengan kegiatannya.
"Halo Nek," sapa Zara yang sudah sebulan lamanya belum pulang ke kota B.
"Zara, besok nenek mau datang ke kota S," ucap nenek yang seketika membuat Zara berpikir, pasti ada hal yang sangat penting jika neneknya harus datang kesini.
"Nek, Zara saja yang pulang! kasihan nenek pasti capek di jalan." Zara menahan neneknya untuk datang, biar dirinya saja yang datang menemui neneknya.
"Tidak! Ada hal penting yang harus nenek sampaikan dan ini semua berhubungan dengan kota S." Perintah neneknya yang tidak bisa diganggu gugat oleh cucunya itu.
"Baiklah nek, nanti aku jemput di bandara." Sambil izin mematikan telepon.
"Huhhhhhh.." Zara menghela nafas berat. Berpikir mungkin akan terjadi hal tak terduga ke depannya.
Seperti yang selalu Zara dengar
"Sejelek-jelek orang tua, dia tetap orang tuamu". Begitulah neneknya di mata Zara. Walaupun ada banyak rahasia yang ditutupi nenek darinya, tetapi neneknya lah yang telah merawatnya sampai sebesar ini.
Tiba-tiba Zara teringat dengan ucapan neneknya tadi.
"Hal penting," gumam Zara.
"Apakah ini tentang orang tuaku?" Zara menduga-duga di dalam hatinya.