Kenyataan yang terjadi I

1005 Words
Waktu semakin cepat berlalu, matahari sudah sampai di ufuk barat memperlihatkan rona merahnya. Mobil yang siang tadi diantar oleh mekanik dealer langganannya sudah kembali di garasi butik. Zara sudah bersiap pulang. Dengan santai Zara mengemudikan mobilnya melaju melewati jalanan yang lengang. Zara tinggal di sebuah Kompleks Perumahan Asri. Dengan tabungannya dari masa kuliah, Zara bisa membeli cash rumah ini. Dari dulu dia sudah hobi dalam membuat desain-desain fashion, sehingga seringkali dia memenangkan kompetisi dan mendapatkan hadiah berupa uang tunai hingga mobil. Sampai sekarang Zara sudah cukup terkenal menjadi seorang designer ternama di kota ini, namun karena gayanya yang merakyat dia tidak pernah merasa menjadi seorang yang tinggi. Dia cukup merasa aman di zona nyamannya sekarang, berkarya sesuai hobinya. Tiba di rumahnya yang nyaman. 5 tahun ini dia tinggal sendiri, hanya pulang pergi ke butik untuk urusan kerja, selebihnya ia habiskan waktu bersama sahabatnya yang juga masih single. Setelah memutuskan untuk meninggalkan kota B, Zara mulai semuanya di kota S di usia 22 tahun. Dia merintis semuanya dari mulai menjadi fashion designer amatiran hingga kini menjadi seorang yang profesional. Tentunya semua dilewatinya dengan tidak mudah. Zara tidak ingin terus menerus merepotkan neneknya. Sebenarnya neneknya sangat keberatan dengan keputusan Zara pindah dari kota B. Tetapi karena cucunya memohon dengan alasan ingin mengembangkan karirnya, akhirnya neneknya mengizinkan, karena neneknya sadar cepat atau lambat Zara akan menemukan jalan hidupnya sendiri. Suasana rumah yang cukup nyaman. Rumah dua lantai dengan nuansa cat putih yang menambah kesan luas. Mobil telah terparkir di garasi rumah. Halaman yang luas dengan rumput-rumput yang terawat dan kolam ikan dengan air mancur dan lampu-lampu taman menambah rasa tenang saat sampai di pekarangan. Karena tinggal sendiri, untuk tukang kebun dan bersih-bersih rumah dipanggilnya beberapa hari sekali. Keesokan harinya Tiba waktunya Zara menjemput neneknya pukul 10.00. Karena jarak yang dekat dari kota B ke kota S hanya perlu waktu 1 jam. Sudah sejak pagi Zara bersiap. Untungnya kondisi rumah masih rapi setelah terakhir kali dibersihkan Bibi yang biasa datang untuk bersih-bersih. Zara sudah tiba di bandara, dengan isengnya dia memegang catatan yang biasa ditulis orang-orang yang menunggu jemputannya di bandara. "Miss UNIVERSE" Cekikikan Zara melihat neneknya yang merasa malu karena beberapa orang melihat apa yang di tulis cucunya yang sedikit jahil itu. Dengan jeweran kecil di telinga Zara, neneknya mengomeli cucu kesayangannya itu. "Sudah berani menjahili nenekmu ya?" "Ampun ampun nek, Zara cuma bercanda." Zara Memohon ampun dan membuat neneknya menurunkan tangannya. Zara memeluk tubuh neneknya yang masih sehat walaupun usianya sudah memasuki kepala 7. Zara dan neneknya sudah memasuki mobil menuju rumahnya. Di perjalanan Zara bertanya. "Nenek, apakah ada tempat yang ingin nenek kunjungi?" "Ya, sayang. Ada." Nenek menatap Zara dengan pandangan sayu. Padahal Zara hanya menduga-duga, tetapi membuat Zara terkejut juga dengan jawaban neneknya. "Kemana nek?" Tanya Zara dengan fokus masih menyetir mobil di jalanan yang masih cukup lengang. "Ke tempat dimana kamu akan mengetahui tentang orang tuamu". Injakan rem yang mendadak membuat nenek dan Zara sedikit terhempas ke depan. Akhirnya.. setelah penantian yang cukup lama, neneknya akan bicara. Ada rasa yang tak bisa di jelaskan berkecamuk dalam d**a. Siapkah setelah sekian lama Zara menantikan semua ini? Zara menepikan mobilnya ke pinggir jalan. Masih dengan perasaan yang tak menentu. "Hmmm nek kenapa tiba-tiba?" Ragu Zara bertanya. Dengan helaan nafas yang berat nenek memulai kembali percakapan. "Nenek sudah memutuskan, sebelum nenek tiada nenek ingin memastikan kehidupanmu bahagia." "Nek!" Tak rela Zara mendengar neneknya bicara seperti itu. Sudah cukup selama ini Zara tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. "Zara sudah tidak berpikir ingin bertemu dengan mereka lagi nek." Zara meminta padahal neneknya tahu jauh di lubuk hatinya Zara ingin bertemu dengan kedua orang tuanya. "Sayang antar nenek ke tempat ini!" Nenek menunjukkan secarik kertas bertuliskan alamat, kawasan rumah elit yang merupakan tempat tinggal orang-orang kaya di kota ini. Dengan patuhnya Zara mengendarai mobil menuju alamat yang hampir setiap hari ia lalui ketika pergi ke butik. Tiba Zara di beberapa rumah mewah yang berjajar. Namun alamat yang Zara perlihatkan ke satpam di depan kawasan elit ini ternyata memiliki jalan sendiri yang berbeda dari jalan yang lainnya. Sepanjang jalan menuju alamat ini, pepohonan indah yang terawat, tersusun rapi bersama bunga-bunga yang bersemi dengan cantiknya. Dalam hati Zara masih bertanya-tanya tapi enggan untuk menanyakan pada neneknya akan bertemu siapa kita di tempat ini. "Apakah orang tuaku tinggal disini?" Sekelebat pertanyaan itu muncul di hati Zara. "Sayang." Nenek membangunkan lamunan Zara. Karena saking lurusnya jalan Zara yang tidak sadar melamun sambil menyetir mobil. Di depannya sudah nampak sebuah mansion yang sangat megah. "Nek." Zara memberanikan bicara. "Ya sayang?" Nenek tahu banyak pertanyaan yang ingin di ajukan cucunya. Tapi neneknya segera mengajak keluar mobil, Zara pun mengikutinya. Seorang penjaga gerbang di rumah megah itu menghampiri. "Maaf dengan siapa dan ada perlu apa ya Bu?" Sopan penjaga itu bertanya. "Saya Erika," sahut Nenek dengan nada bicara yang tak kalah sopannya. "Apakah Ibu Raina ada di rumah?" Tanya nenek yang membuat Zara heran ternyata memang nenek memiliki kenalan di kota ini. "Nyonya ada Bu, sebentar saya sampaikan dahulu ke penjaga di dalam." Betapa ketatnya penjagaan di rumah ini, Zara dan neneknya di persilahkan menunggu di pendopo sebuah taman yang cantik yang di penuhi tanaman Anggrek. Ya, ini masih di luar gerbang utama yang besar, belum masuk ke halaman utama saja halaman di luar sudah amat luas. Seluas Alun-alun kota. Satpam pertama yang menunjukkan jalan ini bilang bahwa ini adalah jalan pribadi. Tak terbayang seberapa besar kekayaan pemilik mansion ini. Zara dibuat takjub olehnya. "Sudah bertahun-tahun tinggal disini aku baru tahu tempat ini," gumam Zara. Sekitar 10 menit menunggu, penjaga gerbang kembali datang dan mempersilahkan masuk. Zara dan neneknya kembali ke mobil dan masuk ke gerbang utama. Halaman yang sangat luas membuat Zara berpikir berapa orang yang ditugaskan merapikan taman ini, luasnya berpuluh kali lipat dari taman di rumah Zara. Sampailah Zara dan neneknya di Mansion. Mereka berdua keluar dari mobil. "Sayang." Nenek menggenggam tangan Zara dengan erat. Nenek memandang mata Zara dengan tatapan nanar, membuat Zara semakin merasa bertanya-tanya. Air mata itu semakin tak kuasa terbendung ketika melihat seseorang keluar dari mansion dengan tergopoh-gopoh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD