60

1311 Words

Nean masih setia menunggu Lovinta bersama dengan Ivan di sampingnya. Bocah itu sudah keluar dari ruang pengambilan darah sejak beberapa menit yang lalu. Jika melihat wajah Ivan, terlihat sangat menyedihkan, pasalnya wajahnya masih saja merah aibat tajut jarum suntik. “Bang, lo tau kaga sih gimana caranya buat ngilangin trauma? Capek gua harus kejar-kejaran sama dokter kalo lagi divaksin.” Ivan menumpahkan segala isi hatinya, namun tidak didengar oleh Nean. “Ya ilah, bang. Lo budeg apa gimana dah? Gua nyerocos dari tadi tapi nggak lo tanggepin. Gua ini orang bang, bukan patung. Rasanya gua ingin tenggelam saja di kubangan got,” cerocos Ivan untuk menghilangakan suasana yang paling dibencinya sejak dulu. Lelaki yang baru saja duduk di bangku SMA kelas tiga itu memang tidak bisa dengan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD