When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Zenna menyusuri jalanan sepi dan gelap itu seorang diri seperti gadis yang tidak tahu arah jalan pulang. Zenna mendongak menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit lepas. Gadis itu duduk pada salah satu batu besar yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. “Tuhan, jika memang umurku tidak lama lagi, aku mohon izinkan aku untuk bahagia walau sejenak,” gumam gadis itu, matanya masih setia menatap kemerlap bintang di atas sana. Zenna menghembuskan napasnya pelan, lalu gadis itu beranjak dari batu itu. *** malam pun semakin larut, namun tidak ada tanda-tanda jika Zenna akan kembali. Nean sangat khawatir sekali dengan keadaan Zenna, terbukti ketika Nean mondar mandir di depan kamar rawat Lovinta dengan raut wajah yang cemas. “Nean, kamu kenapa ada di sini?” tanya Danial me