When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tiada cara selain menepis perasaannya sendiri. Itulah kata hati Zenna yang berteriak ketika otaknya terus saja mengagumi kebaikan dan kelembutan Nean. Zenna mengaku telah jatuh hati pada lelaki itu sejak pertama kali bertemu. Parasnya yang tampan dan tutur katanya yang lembut membuat hati siapa saja pasti akan terpikat. Namun, gadis itu rela menepis perasaanya jauh-jauh untuk sang kakak yang memang mencintai lelaki yang sama. Tidak rela ketika harus mengalah untuk yang kesekian kalinya, itulah yang dirasakan Zenna seorang diri. Zenna sudah merelakan beberapa bagian tubuhnya tersakiti untuk membuat Lovinta hidup, dan sekarang Zenna harus merelakan lelaki yang dicintainya. Zenna mengurai pelukannya, lalu menatap lelaki di depannya dengan lembut. “Kak, apakah kakak tahu apa yang membuat