When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Lovinta menutup pintu rumahnya secara kasar, sampai suara dentumannya terdengar begitu nyaring. Napas gadis itu terengah akibat menahan amarahnya yang sebentar lagi akan pecah. Niat hati ingin memberikan kejutan untuk Nean, ini justru sebaliknya. Kejutan yang Nean berikan sungguh mengesankan dari pada kejutan yang akan dirinya berrikan kepada lelaki itu. Gadis itu membanting tubuhnya di sofa ruang tamu. Jika saja terus membayangkan Prisila membuat hatinya semakin bertambah meradang. Matanya yang terpejam tiba-tiba terbuka karena dering gawainya berbunyi. Di layar gawainya tertera nama ‘suamiku,’ Lovinta menghela napasnya pelan, sebenarnya gadis itu enggan untuk menjawab telepon dari Nean. “Iya, ada apa?” tanya Lovinta dengan suara yang terdengan enggan. “Kamu tadi ke restoran ya? ke