Nean tersenyum lembut ketika membuka pintu kamar rawat Lovinta, gadis itu sudah membuka matanya sejak tiga puluh menit yang lalu dan beberapa detik yang lalu dokter Lan baru saja keluar dari ruangan Lovinta. Saat Lan memeriksa kondisi Lovinta, gadis itu sudah jauh lebih baik dari pada sebelumnya, namun luka bekas operasi masih terasa nyeri. Itu hal yang sangat wajar. “Mama, papa, dan Zenna kemana, Nean?” tanya Lovinta sembari meneliti sekitar. Gadis itu mengerutkan keningnya ketika melihat keadaan luar yang sepi. Biasanya tidak pernah seperti ini. “Kenapa sangat sepi sekali?” tanya gadis itu lagi, namun kali ini menatap Nean penuh tanda tanya. Nean masih terdiam di tempatnya terduduk, lelaki itu bingung harus memulai dari mana. Mungkin, alagkah lebih baik keluarganya saja yang akan