When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Danial dan Edera sudah menghadap Handoko, ke tiga orang dewasa itu nampaknya tengah membicarakan sesuatu yang sangat serius. “Kejadian kemarin tidak bisa saya menoleransi, pak. Mohon maaf saya harus memberikan sanksi untuk Zenna,” final lelaki itu tegas tanpa bisa dibantah lagi. “Pak, tapi apa tidak bisa dicarikan solusinya selain skorsing? Anak kami sebentar lagi akan melaksanakan ujian, pak.” Danial mencoba membujuk Handoko supaya lelaki itu memberikan keringanan untuk Zenna. Dalam hati kecil Danial, lelaki itu tidak ingin anaknya menghadapai masalah sebesar ini. ”Bagaimana bapak berasumsi jika Zenna melakukan hal tidak senonoh di gudang sekolah, pak? apakah bapak mempunyai bukti akurat?” tanya Edera. Handoko merogoh saku celanannya lalu mengambil benda pipih dari dalam sana. “Sala