When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba di mana Nean akhirnya kembali ke kampung halamannya di mana dahulu dia dibesarkan oleh seorang wanita hebat yang mempunyai hati mulia. Sebelum Nean sampai ke rumah Fatimah, lelaki itu menyempatkan dirinya untuk berbelanja keperluan panti dan mainan untuk anak-anak panti di sana. Nean menghela napasnya lega saat kardus terakhir telah masuk ke dalam mobilnya. Terhitung ada dua puluh kardus berisikan bahan pokok dan beberapa mainan yang dibelinya. Entahlah reaksi Fatimah seperti apa nantinya. Nean kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, karena kali ini dia sudah mulai memasuki perkampungan dengan jalanan yang berlubang sehingga untuk menaikkan kecepatan laju mobilnya akan membuat sedikit berbahaya. Setelah berjam-jam menemp