When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Iya pah, Lovinta sebentar lagi pulang kok,” ucapnya pada Danial yang berada di sebrang sana. “Di pekerjaan kamu yang sekarang tidak ada kendala ‘kan, nak?” tanya lelaki itu nadanya begitu khawatir. Lovinta tersenyum. “Enggak kok pah, di sini baik-baik kok orangnya. Apalagi bosnya. Ya udah pah, Lovinta tutup dulu, soalnya masih ada kerjaan yang harus Lovinta selesaikan,” ucapnya setelah mendapat persetujuan dari Danial barulah dia mematikan sambungan telepon itu. Lovinta menghela napasnya pelan, gadis itu membanting tubuhnya di sandaran kursi. Tidak terasa lima tahun sudah dia melewati masa-masa sulit penyembuhan penyakit dan juga hatinya. Terkadang dia masih memikirkan Nean, jika saja perceraian itu tidak terjadi, mungkin hari ini dia sudah menggendong bayi lucu hasil buah cinta mer