When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Gadis yang dipeluk sedemikian erat oleh Lovinta hanya bisa mematung di tempatnya. Otaknya masih mencoba untuk bekerja, namun sulit untuk mengingat siapa gadis yang sedang menangis di dalam pelukannya itu. “Zenna, nenek akan pulang dulu. kamu tidak …” Belum selesai Diah melanjutkan ucapannya wanita itu sudah dikejutkan dengan kehadiran Lovinta di sana. “Nenek.” Lovinta menatap wanita paruh baya di depannya dengan air mata yang berlinang. Gadis itu semakin mendekat, namun Diah semakin melangkah mundur untuk menjauh. “Zenna, ayo kita pulang sekarang!” Diah semakin membawa tubuh Zenna menjauh di kegelapan malam. Lovinta yang melihat dua tubuh perempuan yang dirindukannya semakin menjauh pun hanya bisa memangis tersedu-sedu. Dia tidak mungkin mengejarnya, karena hari sudah terlalu malam