When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dari detik ke menit hingga menjadi jam, akhirnya kondisi Lovinta semakin membaik karena adanya Nean di sampingnya. Di dalam kamar rawat Lovinta, Zenna nampak seperti penunggu halus di kamar itu karena gadis itu seperti tidak dianggap oleh Nean dan Lovinta. Gadis itu hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya ketika melihat kemesraan Nean dan Lovinta. Meski hatinya bagai di sayat oleh samurai, namun Zenna mencoba untuk tetap terlihat tergar di hadapan keduanya. ‘Tuhan, mengapa Engkau hadirkan rasa ini kepadaku? Sungguh sakit bila melihat seseorang yang dicintai begitu dekat dengan kakaknya sendiri,’ batin Zenna menatap kosong ke depan. Namun, Zenna langsung menepis pikirannya itu. ‘Zenna, kamu harus tahu, awal mula kakak kamu dekat sama kak Nean itu juga karena kamu. Misi awal kamu adalah