When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Fatimah menangis di pelukan Budi setelah mendengar kabar Nean mengalami kecelakaan. Wanita itu ingin sekali menjenguk putranya, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada kendaraan yang ingin mau membawanya ke kota. “Umi, sebaiknya umi istirahat ya. Budi akan berusaha untuk menelepon kak Gilang supaya jemput umi.” Budi berusaha untuk menuntun Fatimah sampai ke kamarnya. Lelaki remaja itu sangat sedih saat melihat umi yang selalu tersenyum ceria kini harus bersedih. “Budi, umi minta tolong sekali sama kamu, umi ingin sekali menjenguk Nean.” Budi mengangguk. “Akan Budi usahakan umi. Budi permisi dulu. Umi istirahat yang cukup biar nanti nggak kecapekan.” Fatimah pun mengangguk, lalu Budi melenggang pergi dari kamar itu. Sepeninggal Budi, Fatimah tidak kunjung mentutup matan