When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Papa, Zenna tidak mau, Zenna takut papa.” Zee bangun dengan napas terengah. Mimpi itu kembali hadir dan lagi-lagi membuat kepalanya sakit. perlahan Zee mulai membuka matanya dan meneliti sekitar ternyata dia di dalam sana tidak sendirian. Melainkan ada Diah dan juga Lila yang sudah duduk menunggunya dengan cemas. Suara teriakan gadis kecil mirip seperti dirinya itu kembali terngiang di kepalanya dan siapa lelaki yang menggendongnya itu? mengapa dia sangat kasar sekali? Zee mencoba bangun dari tidurnya dan mencoba bersadar pada kepala ranjang. Gadis itu menatap Diah yang juga sedang menatapnya marah. Zee beralih menatap Lila, nampaknya wanita itu habis menangis. Di sudut matanya terdapat air mata yang masih membekas. “Kenapa kamu melanggar aturan nenek, Zee?” Diah bertanya ke dua m