Part 06

1082 Words
        Dengan langkah anggunnya Fhiona berjalan memasuki sebuah hotel. Fhiona mendengar kabar, kalau Gavin malam ini membawa seorang jalang ke hotel ini. Dan itu membuat Fhiona sakit hati dan ingin membunuh wanita jalang itu detik ini juga.             Fhiona melihat nomor kamar hotel tempat Gavin bersenang-senang dengan wanita jalang itu. Fhiona mendesah kasar, dan menahan sesak di dadanya, membayangkan tubuh telanjang Gavin yang menyatu dengan tubuh telanjang wanita sialan ity.             Gavin tidak pernah berubah. Selalu saja bermain jalang dan tidur dengan berbagai wanita setiap malamnya. Fhiona sudah menawarkan dirinya untuk memuaskan lelaki itu, tapi, selalu ditolak oleh Gavin. Mungkin Gavin tidak bernafsu padanya.             Hanya Gavin yang berani menolak Fhiona. Fhiona selalu menolak lelaki yang mendekati dirinya dan menyatakan cinta padanya. Tapi, Fhiona hanya mencintai Gavin dan hanya mau dengan Gavin saja dan tidak mau dengan lelaki lain.             Fhiona tidak bisa melupakan perasaannya pada Gavin. Fhiona sangat mencintai Gavin dan akan selalu seperti itu untuk selamanya. Seribu kali pun Gavin menolak dirinya, tapi, Fhiona akan tetap mengejar Gavin. Sampai Gavin membalas perasaan Fhiona.             Fhiona mengetuk pintu kamar hotel dengan keras, berharap dua orang di dalam kamar hotel itu segera membuka pintu kamar hotel tersebut. Fhiona sudah tidak sabar untuk mengusir wanita jalang itu, kalau perlu Fhiona akan menghancurkan wajah cantik wanita jalang itu.             Wanita yang sudah dengan berani tidur dengan Gavin. Gavin adalah miliknya. Fhiona akan melakukan apa pun, agar Gavin melihat padanya dan tidak melihat pada wanita-w************n itu. Apa istimewanya wanita-w************n itu. Milik mereka pasti sudah longgar tidak seperti miliknya yang belum tersentuh oleh orang.             Seharusnya Gavin menerima tawaran Fhiona. Fhiona dengan suka rela merelakan tubuhnya untuk disentuh oleh Gavin dan mendesahkan nama Gavin begitu keras.             Fhiona mundur selangkah melihat pintu kamar hotel dibuka. Fhiona langsung mendidih melihat siapa yang membukakan pintu kamar hotel. Seorang wanita yang sedang mengenakan handuk dan menatap Fhiona dengan tatapan tak suka wanita itu.             Sialan.             Wanita itu tidak tahu siapa Fhiona sebenarnya. Fhiona adalah tunangan Gavinno Harrison. Pria yang membayar wanita sialan itu. Fhiona ingin menghancurkan wajah wanita sialan itu, dan membuatnya tidak bisa menggoda lelaki manapun lagi.             “Anda siapa? Rasanya saya dan kekasih saya tidak mengenal anda.”             Fhiona mengepalkan tangannya, mendengar pertanyaan wanita jalang ini. Apa katanya? Kekasih? w************n ini berani sekali mengaku sebagai kekasih Gavin. Fhiona maju selangkah dan menarik rambut wanita itu.             “Kau jangan mengaku sebagai kekasih, tunanganku. Gavin adalah tunanganku, kau hanya wanita bayaran—yang sudah berlagak seperti wanita baik-baik,” desis Fhiona, membuat wanita yang berada di depan Fhiona meringis kesakitan karena rambutnya ditarik oleh Fhiona.             “Lepaskan jalang. Kau jangan mengaku sebagai tunangan Gavin. Dia kekasihku.”             Wanita itu menghempaskan tangan Fhiona dan mengusap rambutnya—yang merasa sakit akibat tarikan wanita jalang yang mengaku sebagai tunangan Gavin. Wanita di depannya ini sepertinya sedang mimpi. Mana mungkin Gavin mau bertunangan dengan wanita jelek seperti dia.             “Hei! Kau gila? Mana mungkin Gavin mau bertunangan dengan wanita sepertimu. Kau itu wanita jelek!” teriak wanita itu dan tersenyum mengejek pada Fhiona.             Fhiona bersedekap d**a dan memerhatikan wanita di depannya dengan seksama. Dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dilihat pakai sedotan minuman lima ratusan rupiah pun, masih cantikan Fhiona ke mana-mana dari wanita jalang ini.             “Kau tidak salah mengatakan aku jelek? Dilihat dari sudut mana pun, aku masih cantik darimu. Kau hanya wanita jalang yang sering dipakai. Palingan bayaranmu hanya lima puluh ribu semalam,” ucap Fhiona tertawa mengejek. Berhasil membuat lawannya merasa malu dan marah.             “Kau jangan asal bicara! Aku kekasih Gavin. Bukan wanita bayaran!” wanita itu masih tidak mau mengalah dari Fhiona.             Fhiona yang mendengar ucapan wanita itu tertawa kencang. Kekasih Gavin katanya. Gavin tunangannya dan tidak akan mungkin memiliki seorang kekasih selain Fhiona. Wanita di depannya ini benar-benar sudah gila.             Dengan beraninya mengaku sebagai kekasih Gavin. Fhiona, kalau menjadi lelaki, tidak akan mau dengan wanita semacam ini. p******a saja sudah kendor. Apalagi vaginanya. Pasti sudah longgar dan tidak enak untuk dipakai.             Gavin mau saja membayar wanita semacam ini. Gavin memang tidak memilih wanita untuk ditidurinya. Fhiona khawatir, tunangannya itu akan mengidap penyakit kelamin nantinya. Melihat Gavin selalu melakukan ONS.             “Ini ada ribut-ribut?”             Kedua wanita yang sedang berdebat itu melihat pada pria yang hanya mengenakan celana jeasn saja dan menatap mereka dengan tatapan datarnya.             Gavin tidak terkejut melihat Fhiona berada di depan pintu kamar hotel yang disewa olehnya. Fhiona pasti meneror Gaven untuk mengatakan dirinya berada di mana. Gaven benar-benar selalu bekerja sama dengan Fhiona. Membuat kebebasan Gavin berkurang dengan hadirnya Fhiona.             “Sayang, wanita ini mengaku sebagai tunangan kamu. Padahal kamu kekasih aku,” ucap wanita itu dan bergelayut manja di lengan Gavin.             Fhiona yang melihatnya, langsung menarik lengan wanita itu, agar menjauh dari Gavin. Gavin hanya diam dan tidak mengatakan apa pun. Gavin melihat Fhiona dan wanita yang dibayarnya secara bergantian.             “Kau jangan mengaku sebagai kekasih Gavin. Gavin tunanganku.” Fhiona menatap tajam wanita jalang ini.             Wanita itu tersenyum mengejek pada Fhiona, dan kembali mendekati Gavin. Wanita itu akan mengadu pada Gavin, dan lihat saja, wanita yang mengaku sebagai tunangan Gavin ini akan merasa malu nantinya. Gavin hanya miliknya. Buktinya Gavin puas dengan layanannya. Pasti Gavin akan menjadikan dirinya kekasih pria itu.             “Kau jangan mengada-ngada. Gavin kekasihku. Dia merasa puas dengan tubuhku, pasti dia akan membelaku dari pada membela wanita gila sepertimu.”             Gavin jengah mendengarkan perdebatan yang tidak bermutu itu. Gavin mengempaskan tangan wanita yang dibayarnya dengan kasar. Kata siapa Gavin puas dengan bayaran wanita sialan ini. Dirinya tidak merasa puas sama sekali.             Gavin salah memilih wanita mala mini. Seharusnya Gavin berkencan dengan salah satu model saja. Tapi, Gavin malas berhubungan dengan para model. Karena akan timbul gossip miring padanya nanti. Terpaksa Gavin selalu mencari wanita di klub malam. Dan rasanya tidak ada yang nikmat.             Milik wanita-wanita yang disewanya sudah longgar dan tidak nikmat dimasuki. Gavin tak merasa puas sama sekali.             “Sayang, kamu kenapa lepasin tangan aku?” tanya wanita itu merajuk.             “Kau pergilah. Dia memang tunanganku. Kau tidak akan pernah menjadi kekasihku,” ucap Gavin dingin, dan membuat wanita itu malu dan mengepalkan tangannya.             Fhiona tersenyum penuh kemenangan pada wanita jalang itu. Yang kembali masuk ke kamar hotel dan pasti untuk mengenakkan pakaiannya.             “Tunggu sebentar. Aku akan mengambil baju, dompet, dan kunci mobilku,” ucap Gavin pada Fhiona, dan dengan cepat memasuki kamar hotel kembali.             Fhiona bersandar di dinding kamar hotel dengan memainkan kuku panjangnya. Fhiona melihat sekilas pada wanita yang keluar dari kamar hotel disewa Gavin. Fhiona menyeringai melihat wajah kesal dari wanita itu.             Fhiona tidak akan pernah diam. Melihat Gavin tidur dengan berbagai wanita setiap malamnya. Fhiona akan menghancurkan malam panjang Gavin dengan wanita-wanita bayarannya.             *olc*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD