Hai, jangan lupa buat follow instagrama aku ya. ada foto visual mereka di sana.
i********: : @fhieariati_97
*olc*
Fhiona terbangun dari tidurnya, dan menatap ke arah samping dan tidak ada Gavin. Fhiona mendesah kasar, padahal sudah berharap. Kalau Gavin akan tidur di samping. Fhiona tertawa pelan. Harapannya terlalu tinggi. Gavin tidak akan pernah mau tidur seranjang dengan dirinya.
Fhiona turun dari atas ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi. Fhiona akan mandi, sebelum dirinya memasakkan makanan untuk Gavin. Fhiona memang pandai memasak, dia belajar memasak hanya untuk Gavin.
Agar pria itu mau melihatnya dan jatuh hati padanya. Tapi, sampai sekarang Gavin tidak ada tanda-tanda akan mencintai Fhiona. Fhiona tidak tahu, harus berbuat apa untuk membuat Gavin mencintai dirinya lagi.
Apakah Fhiona memang harus mati dulu, baru Gavin jatuh cinta padanya. Fhiona tertawa lirih sembari menyiram tubuhnya dengan air dingin. Fhiona harus mendinginkan pikirannya, jangan sampai membuat dirinya menuruti kata hatinya untuk pergi. Pergi selamanya.
Fhiona masih mau hidup. Hidup bahagia bersama dengan Gavin selamanya. Memiliki anak yang banyak dengan pria itu. Fhiona memasak handuk ke tubuhnya, dan berjalan keluar dari dalam kamar. Fhiona mengambil dress warna merah selutut, dan memakainya. Fhiona juga memoles wajahnya dengan make-up senatural mungkin.
Fhiona melihat penampilannya dengan senyuman penuh kepuasan. Setelah itu dirinya keluar drai dalam kamar, dan berjalan menuju dapur yang berada dalam apartemen milik Gavin. Namun, langkah Fhiona terhenti, melihat Gavin yang menata piring di meja makan dengan bertelanjang d**a.
Fhiona menahan napasnya, melihat pemandangan tubuh indah Gavin, adalah sebuah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Fhiona berjalan pelan menuju pria itu, dan memeluk tubuh Gavin dari belakang dan mengusap d**a Gavin dengan gerakkan sensualnya.
Gavin yang merasakan Fhiona memeluknya dan menyentuh dadanya dengan gerakkan sensual gadis itu. membuat Gavin mengumpat, dan hasratnya naik ke permukaan. Salahkan Fhiona yang memancing hasratnya sekarang, dan juga Fhiona sudah mengecup beberapa kali punggungnya.
Gavin membalikkan tubuhnya, dan menjauhkan Fhiona dari tubuhnya. Gavin tidak mau merusak Fhiona, dengan menarik gadis ini menuju ranjangnya. Gavin tahu, dirinya memang sangat berengsek. Namun, untuk merusak anak perawan orang tidak akan pernah dilakukan oleh Gavin.
“Fhiona, kau tidak boleh menggodaku seperti ini. Aku tidak akan pernah tergoda olehmu! Kau bukan tipe wanitaku. Kau percuma saja menggoda diriku,” ucap Gavin sinis dan berbohong. Gavin sangat tergoda dengan Fhiona. Bahkan, Gavin ingin mencumbu gadis itu detik ini juga.
Fhiona yang mendengar ucapan Gavin, tertawa kecil dan merasa bodoh kembali. Fhiona sudah berulang kali merendahkan dirinya, dengan menggoda Gavin. Namun, Gavin selalu mengucapkan kata-kata pedas untuk dirinya.
“Kau memang tidak akan pernah tergoda. Aku hanya berusaha membuat dirimu untuk melihat diriku dan jatuh hati padaku. Aku akan terus berjuang, walaupun aku menjadi w************n sekalipun untuk merebut hatimu. Aku mencintai dirimu. Cinta ini terkadang menyiksaku. Kau tidak pernah membalasnya.” Fhiona tersenyum getir, menatap Gavin dengan tatapan sendunya.
Gavin terdiam mendengar ucapan Fhiona. Dirinya mungkin sudah sangat keterlaluan pada Fhiona. Gavin memang tidak mencintai Fhiona. Tapi, dirinya tergoda oleh tubuh Fhiona—yang sangat sempurna. Tubuh Fhiona yang seksi dan gadis it uterus menggodanya. Bohong Gavin tidak tergoda.
Hanya Gavin tidak mau Fhiona akan berpikiran, sudah berhasil memikat dirinya. Gavin tidak akan mau membuat gadis itu semakin besar kepala dan terus mengikuti dirinya ke manapun. Gavin sudah muak melihat Fhiona yang terus mengikuti dirnya.
“Aku harus bagaimana lagi untuk membuat kamu mencintai aku? Aku sudah melakukan semuanya.” Fhiona menghapus air matanya kasar.
Gavin menepuk pundak Fhiona beberapa kali. Dirinya merasa kasihan pada Fhiona, yang selalu mengejarnya dan tidak mau menyerah. Padahal Gavin sudah mengatakan berulang kali, untuk menyerah saja dan mengakhiri pertunangan mereka.
“Kau bisa mengakhiri ini semuanya. Aku tidak mau kau semakin menderita dan sakit hati seperti ini,” ucap Gavin lembut. Berharap Fhiona mau mendengarkan dirinya kali ini.
Fhiona menggeleng kuat. Dirinya tidak akan menyerah. Fhiona yakin, kalau Gavin akan mencintai dirinya. Suatu saat nanti, Gavin akan tergila-gila padanya dan mengatakan cinta pada dirinya. Fhiona sangat yakin itu.
“Aku tidak akan pernah menyerah. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyerah dan mengakhiri semuanya. Hanya perlu waktu. Hanya perlu waktu kau mencintai diriku, kau akan mencintaiku.”
Gavin menggeleng tidak percaya dengan keras kepala Fhiona. Gavin mengibaskan tangannya dan tidak peduli lagi pada Fhiona. Gavin duduk dan mengambil piring yang berisi roti bakar yang dibuat olehhnya. Lebik baik Gavin cepat makan, dari pada mendengarkan ocehan Fhiona yang tidak mau mengakhiri semuanya.
“Kau masih mau berdiri dan menatapku sebagai tersangka?” tanya Gavin dingin.
Fhiona mengembuskan napasnya dan duduk di depan Gavin dan menarik piringnya dan memakan sarapannya. Gavin memang sangat menyebalkan. Apa perlu Fhiona datang ke dukun untuk membuat Gavin jatuh cinta padanya. Bukankah kata orang-orang cintanya ditolak. “Cinta ditolak dukun bertindak.” Apakah Fhiona harus melakukan itu.
Memberi ramuan cinta untuk Gavin, dan membuat Gavin tergila-gila padanya. Tapi, yang Fhiona pikirkan. Apakah ada dukun zaman sekarang. Fhiona harus mencari di mana dukun yang bisa pellet Gavin agar jatuh cinta padanya.
Gavin yang melihat Fhiona melamun, merasa otak kecil gadis itu sedang merencanakan sesuatu yang buruk padanya. Gavin bergidik ngeri dengan obsesi Fhiona—yang ingin memiliki dirinya. Gavin tahu, kalau dirinya tampan dan menggoda. Tapi, Fhiona yang selalu mengejar dirinya, membuat Gavin bergidik ngeri.
“Kau merencanakan apa?” tanya Gavin dingin pada Fhiona.
Fhiona tersenyum manis pada Gavin. “Kau tahu di mana rumah dukun yang mandraguna?” tanya Fhiona.
Gavin mengerutkan keningnya, untuk apa gadis itu menanyakan dukun. “Untuk apa? Untuk membuat otakmu kembali berfungsi normal. Kalau mau otakmu berfungsi normal kembali, kau tidak usah ke dukun. Coba ke rumah sakit jiwa, mana tahu otakmu akan sedikit lebih waras.” Gavin berucap sarkas.
Fhiona yang mendengar ucapan Gavin tertawa lepas. Gavin bisa saja bercanda, bukannya tersinggung malahan Fhiona merasa lucu dengan ucapan Gavin—yang bagi Fhiona sangat lucu sekali. Fhiona semakin cinta pada Gavin.
“Bukan itu. Aku ingin ke dukun untuk pellet kamu. Mana tahu siap dari dukun, kamu jatuh cinta padaku dan susah untuk melupakanku,” ucap Fhiona berkata jujur.
Gavin yangmendengar ucapan Fhiona terkejut dan merasa otak Fhiona benar-benar tidak waras. Gavin ingin menelepon orang rumah sakit jiwa sekarang juga, dan membawa Fhiona ke rumah sakit jiwa untuk diperiksa.
“Kau benar-benar tidak waras ternyata. Aku semakin bergidik ngeri melihatmu yang terobsesi padaku,” ucap Gavin menatap Fhiona takut.
Fhiona yang ditatap takut oleh Gavin menyeringai, mencondongkan tubuhnya di depan pria itu. fhiona mengusap pelan pipi Gavin dan mendekatkan wajahnya di telinga Gavin. Membisikkan sesuatu—yang membuat Gavin mendengkus kesal.
“Aku tidak waras karenamu. Dan aku bukan terobsesi padamu, tapi, aku mencintaimu,” bisik Fhiona dan menjauhka wajahnya. Fhiona kembali sibuk dengan makanannya dan tidak peduli Gavin yang menatapnya kesal. Fhiona memang tidak terobsesi pada Gavin, tapi, mencintai pria itu.
*olc*