David sudah di jalan menuju tempat madam. Tapi jalanan macet parah karena ada kecelakaan. David beberapa kali mencoba menelfon ponsel madam, tapi tak juga diangkat. Ponsel olivia, apalagi.
Olivia masih dipaksa, disiksa oleh clientnya, yang ingin menikmati dan memasuki milik olivia lagi. Olivia menangis dan berusaha memberontak beberapa kali. Dia menutup kakinya erat.
"Tuan saya tidak mau hamil. Kalau saya hamil bagaimana?" tanya olivia pada clientnya itu.
"Tadi kamu juga sudah saya masuki." kata client olivia itu. Iya olivia lupa. "Apa bedanya untuk kedua kalinya."
"Tapi tuan. Kan madam bilang hanya sekali."
"Memangnya saya tidak bisa membedakan yang sering dipakai dan tidak. Tadi bukan kamu kan. Tadi wanita sebelah. Permainannya mirip dia."
Olivia pasrah. Wanita didalam kamar mandi juga. Tapi dia bingung dan tak tau harus bagaimana. Menolong olivia atau tidak. Kalau menolong olivia, bisa-bisa dia kena tegur madam dan bisa dipecat. Kalau tidak, setidaknya mungkin bosnya itu, laki-laki yang sekarang menindih tubuh olivia itu, mungkin bisa sedikit membantunya. Untuk bungkam soal ini.
"Maaf ya liv. Saya gak bisa bantu kamu." wanita dalam kamar mandi itu hanya bisa meringkuk didalam sana dan mendengar teriakan olivia.
Olivia berusaha berteriak saya sekencang yang dia bisa. Tapi setahunya seluruh ruangan di tempat madan itu kedap suara. Jadi percuma saja.
***
David akhirnya sampai. Dia bergegas keluar dari mobilnya. Berlari masuk kedalam bar. Masuk ke lantai satu dan mencari-cari madam.
"Dimana madam?" david bertanya kepada siapa saja.
"Tuan david. Ada apa? Apa anda ada janji dengan madam? Madam sedang keluar." sekertaris madam yang menemui david. Pantas saja sejak tadi telfonnya tidak diangkat.
"Dimana olivia? Saya meminta sekertaris saya untuk menelfon madam dan memberitahu kalau saya tidak mau olivia dipakai laki-laki lain. Saya bayar berapapun." kata david menjelaskan. Sekertaris madam sangat kaget mendengar ucapan david.
"Tapi madam tak pernah mengatakan itu pada saya. Kalau soal seperti itu, pasti madam tak akan menolak."
"Sekarang dimana olivia?"
"Ada di kamar atas. Dia menerima tamu dan setau saya, tamunya bayar lebih. Sampai masuk kata madam dan tanpa pengaman."
"Syett!"
David marah besar. Dia saja masuk pakai pengaman. Beraninya menjamah miliknya. Tante menunjukan kamar Olivia. Ketika dia akan membuka pintunya. Pintunya di kunci dari dalam. Olivia beberapa kali menggedor pintunya tapi tak ada respon apapun dari dalam.
"Kunci cadangan? Atau dobrak sekalian." pinta david pada tante.
Tante lari ke ruangan madam untuk mengambil kunci cadangan. Dia bergegas. Lalu kembali dan bergegas membukanya. David melotot melihat wanitanya pemuasnya diperlakukan dengan kasar oleh laki-laki tua bangka. Dia menendang laki-laki itu untuk menyingkirkan dari atas tubuh olivia yang full naked.
"Syett."
David bahkan melihat milik olivia yang hampir dimasuki laki-laki itu. Laki-laki itu tersungkur jatuh di lantai. David menarik selimut dan langsung menutup seluruh tubuh olivia. Tante meminta penjaga untuk masuk dan menenangkan kedua laki-laki itu. Tapi melihat keadaan olivia. Dia menanyai kedua penjaga yang akan masuk.
"Siapa kamu berani-beraninya masuk dan menendang saya!" laki-laki itu kembali berdiri dan membenarkan celana pendeknya. Dia mengepalkan tangan bersiap baku hantam dengan david.
"Saya yang punya wanita ini."
"Tapi gue juga udah bayar mahal ke madam."
"Saya ganti. Sekarang lo pergi dari sini, apa mau babak belur sama sama." ancam david pada laki-laki tua dan gendut itu.
Dia ketakutan dan pergi. Dia mengambil pakaiannya dan memakainya. Bergegas pergi dari sana. Olivia menangis duduk meringkuk di atas tempat tidur. Tante meminta penjaga untuk mengawalnya. Mengantar laki-laki tua itu pergi.
"Kamu sudah melakukannya dengan dia? Dia sudah menciumi seluruh tubuh kamu? Kenapa kamu biarkan!" david duduk didepan olivia dan membentaknya keras. Dia paling tidak suka barangnya di sentuh orang. Termasuk wanita. Kecuali dia sudah bosan.
"Enggak tuan. Dia cuma menciumi tubuh saya. Belum sampai masuk."
"Tetap saja. Kenapa kamu gak nolak pekerjaan ini dari madam. Oh iya, kalian kan yang disini semuanya wanita penghibur. Saya lupa." david berdiri dan tertawa.
"Saya paling gak suka, kesukaan saya dipegang orang. Ikut saya. Kamu harus menghilangkan semua bekas ciuman laki-laki tua bangka itu dari tubuh kamu. Menggosok semua badan kamu dengan kencang ditempat laki-laki tua itu menyentuh kamu."
David murka. Dia menggenggam erat tangan olivia dan menarik olivia menuju ke kamar mandi. Untuk memandikan dan menggosok seluruh tubuh olivia dengan keras. Karena bekas laki-laki itu. Ketika david akan membuka pintu, tiba-tiba saja david menghentikan langkahnya.
"Tapi kalau kamu sudah dimasuki dia. Saya gak mau lagi sama kamu." kata david berhenti didepan pintu.
"Tidak tuan. Saya berbicara jujur. Tadi belum sama sekali masuk." kata olivia pada david.
"Gak percaya. Selama saya dijalan, kalian sudah berapa jam di kamar." david menggeleng tak percaya.
"Tapi sungguh tuan. Saya tidak bohong."
"Iya tuan. Olivia tidak bohong." wanita itu keluar dari kamar mandi. David kaget melihatnya. Tante juga yang masih didalam kamar olivia.
"Kamu ngapain di kamar mandinya oliv?" tanya tante kepada wanita itu.
"Tapi benar. Laki-laki tua itu belum sampai masuk ke milik olivia. Tadi saya yang melayaninya. Kami diam-diam bertukar peran. Karena olivia tak mau menerima pekerjaan ini sebenarnya dan karena awalnya saya kesal tamu saya diambil olivia. Kami jadi bertukar peran. Olivia menyampurkan obat kepada laki-laki tua tadi, sehingga dia tak sadarkan diri dan kami bisa bertukar peran, saya sebagai olivia yang melayaninya."
David terkejut dengan penjelasan itu. Rasa kesalnya sedikit menurun. Tapi melihat beberapa bekas ciuman dari laki-laki tua bangka itu ditubuh mulus olivia. David masih murka.
"Silakan keluar. Saya ada perlu dengan Olivia." kata david kepada wanita itu. "Tante juga, biarkan kami berdua. Tolong jangan ganggu sedikit pun. Termasuk madam. Masalah uangnya nanti saya transfer." kata david bahkan berbicara tegas dengan tante.
Tante hanya mengangguk. Dia dan wanita teman olivia itu keluar dari kamar olivia. Tante menutupnya dari luar. David menarik olivia masuk ke kamar mandi dan langsung menjamah tubuh olivia dengan air. Bahkan menggosok bekas ciuman dari laki-laki tua itu dengan kencang.
"Tuan sakit." olivia hanya bisa menangis kesakitan karena perlakuan david. David tak perduli.
"Saya sudah mencoba menelfon tuan berkali-kali. Saya datang ke hotel. Tapi tuan di luar negeri." kata olivia menjelaskan semuanya. David tau. Tapi dia masih cukup kesal.
"Saya tidak bisa membantah madam. Saya juga tidak mau melanjutkan pekerjaan ini. Tapi nanti adik perempuan saya yang kena sebagai pengganti saya."
"Tapi angela sudah bilang ke madam. Saya suruh dia bilang buat keep kamu sampai saya pulang. Jangan dikasih ke laki-laki lain."
"Saya tidak tau soal itu tuan. Saya juga sudah coba menelfon nomer non angela, saya minta ke pihak hotel. Tapi gak diangkat sama non angelanya."
"Syett ..."
David kesal. Dia membanting apa saja yang ada didalam kamar mandi. Sampai semuanya berantakan. David tau ini pasti ulah angela, bukan ulah madam.
David memberikan handuk setelah mengguyur badan olivia.
"Mandi yang bener, nanti saya ajak keluar. Sekalian ketemu madam. Saya jelaskan semuanya ke madam."
"Baik tuan."
David keluar dari kamar mandi. Dia menunggu di kamar olivia. Duduk di ranjang itu. Membayangkan kejadian tadi. David menarik semua selimutnya dan memberantakannya.
"Sialan si angela."
David ingin menelfon angela. Dia beberapa kali ingin sekali memecat angela. Dari yang mulai berbohong soal dia yang belum pernah dimasuki. Sampai soal olivia. Angela sangat keterlaluan. Apa maksudnya? Tapi david suka sekali dengan pekerjaan angela yang profesional. Mencari penggantinya itu terlalu beresiko untuk pekerjaannya.
Olivia selesai mandi. Dia keluar dengan handuk yang melilit menutup tubuh bagian atasnya sampai paha. Melihat olivia seperti itu saja david sudah luluh. Amarahnya sedikit mereda. David mendekati olivia. Menatapnya dari bawah keatas.
"Memangnya kamu tidak tau dunia seperti apa yang kamu jalani sekarang?" tanya david pada Olivia. Mengingat olivia tak mau melakukan pekerjaan ini setelah dengan david.
"Saya butuh uang untuk bayar kontrakan. Saya gak mau mama saya di penjara. Jadi saya terima tawaran madam. Saya pikir, satu kali dan tanpa pengaman tak apa. Tapi ternyata madam mengancam saya untuk melakukannya lagi. Saya juga dipecat dari restoran. Jadi saya tidak punya pilihan lain. Tapi saya minta ke madam, tidak mau melayani sampai masuk. Apalagi tanpa pengaman. Tapi tadi tuan itu..."
Olivia tak mampu melanjutkannya. Dia hanya menunduk dan menangis. David mengarahkan tubuh olivia kedepan lemari. Dia meminta olivia untuk siap-siap. David mau main dengan olivia di hotel sambil menunggu paspor olivia dan visa-nya jadi.
"Paspor?" olivia yang sedang memilih baju menoleh kepada david. Untuk apa paspor?
"Iya. Saya kan masih ada kerjaan diluar. Dari pada saya kamu tinggal. Lebih baik saya ajak kamu. Cepet kok buat paspor. Kamu mau kan keluar negeri sama saya?"
"Sebagai pekerjaan kamu. Karena saya sudah bayar mahal kamu. Kamu harus mau." imbuh david. Mengingat ini perintah bukan permintaan.
Olivia mengangguk. Tentu dia mau. Olivia rasa david orang yang baik. Olivia masuk kembali ke kamar mandi dan menggunakan pakaiannya. Olivia tidak terlalu nyaman dengan pakai-pakaian seksi yang madam gunakan. Terlalu ketat dan panjangnya hanya sepaha. Olivia menarik beberapa kali pakaiannya agar tidak terlalu pendek.
"Emang digituin bakalan jadi panjang pakaiannya. Pakai jas saya saja."
David tersenyum melihat wanita yang bisa dibilang wanita penghibur didepannya. Tapi sikapnya, jauh dari murahan. David sedikit suka. David melepaskan jasnya dan melilitkan ke pinggang olivia. Olivia malah melepaskannya dan menggunakannya sebagai mantel. Menutupi pakaiannya yang terbuka sampai atas dan jas david yang besar, bisa menutupi sedikit pahanya. Sedikit diatas lutut. David geleng-geleng melihatnya.
"Kemarin di hotel seksi banget. Ini kenapa tertutup?"
"Kan mau keluar tuan. Malu. Kalau di hotel tuan yang lihat. Lagi pula tuan juga sudah memperlakukan saya dengan baik. Saya juga akan memperlakukan tuan dengan sebaik yang saya bisa."
David mengangguk tersenyum. Dia menggandeng olivia keluar dari kamar itu. Turun ke lantai bawah. Wanita yang menolong olivia itu senang melihat olivia terlihat baik bersama david. Olivia pun ikut tersenyum padanya.
"Tante, madam sudah pulang?" david berhenti menemui tante.
"Belum. Gak apa-apa. Dibawah aja olivianya. Nanti saya yang jelasin semua." kata tante pada david. David mengerti.
"Saya boleh bicara sebentar dengan olivia. Tapi berdua saja. Masalah perempuan." kata tante pada olivia. David mengizinkan.
Olivia ikut dengan tante. Disebuah sudut di bar itu. Jauh dari david. Tante mengusap lengan olivia lembut. Meraih tangan olivia dan menggenggamnya. Dia berbicara pelan pada olivia.
"Kalau kamu bisa menaklukan hati david. Tante yakin kamu bakalan bisa lepas dari dunia ini. Tante lihat david walau ke tempat seperti ini. Sebenarnya dia laki-laki yang baik. Kamu menurut saja sama david. Layani dengan benar. Tante yakin david bisa buat kamu lepas dari dunia ini." kata tante berpesan pada Olivia.
"Iya tante. Makasih tante." olivia memeluk tante erat.
Mereka kembali ke tempat tadi, menemui david. David dan olivia pamit pergi. David membukakan pintu mobil untuk olivia. Dia mengajak olivia ke hotelnya.
"Tuan. Tapi kalau keluar. Saya harus izin ke mama saya. Minimal pamit ke mama. Takutnya nanti mama saya khawatir dan mencari saya." izin olivia kepada david yang duduk disampingnya.
"Ya sudah pamit sama mama kamu aja. Ini mau ke rumah kamu dulu atau bagaimana?"
"Tuan. Tapi jangan cerita soal pekerjaan saya ini ya mama atau adik-adik saya."
David mengangguk. David mengantarkan olivia ke rumah. Olivia berubah pikiran. Dia tidak bisa mengenakan pakaian seperti ini.
"Tuan." ditengah jalan menuju ke rumahnya. Olivia tiba-tiba menyentuh lengan kekar david. David yang sedang melihat ponselnya dan pemandangan keluar terkejut.
"Ada apa?"
"Saya gak bisa pakai-pakaian seperti ini."
David melirik olivia. Dia meminta supir untuk memutar arah lagi. Ke mall yang dekat dengan mereka berada sekarang. Olivia memilih beberapa baju.
"Hai cantik. Cantik banget sih. Seksi banget pakaiannya."
Ketika olivia sedang memilih baju. Ada yang mencoleknya dan menggodanya. Olivia mencari david, david yang tadi berada disekitarnya hilang? Gak tau kemana. Olivia sudah hampir menangis terus disentuh laki-laki berjas di toko itu.
"Berapa harganya cantik? Kita main di hotel yuk?"
Dari penampilan olivia. Bajunya. Memang dapat mereka tebak olivia seperti wanita penghibur. Wanita dari bar.