Nick merasa bersalah pada papa sekaligus dua saudara nya, karena gara-gara mengikuti Lui, ia menjadi terlambat datang. Padahal keluarga nya sudah menunggunya untuk makan.
"Kau kemana saja? Kenapa baru datang." gerutu Jim yang tampak kesal.
Pasalnya ini sudah lebih dari satu jam sejak Jim menelpon Nick.
"Yang penting aku sudah datang, Jim. Jangan menatapku dengan tatapan menyebalkanmu itu." Nick berkata demikian seolah tak merasa bersalah sama sekali dengan Jim.
Nick menoleh pada sang papa yang tampak tak mempermasalahkan keterlambatan nya. "Hai, Pa. Sorry aku telat datang."
"Tak apa. Buruan habiskan jatah makan siangmu, Nick. Sebelum semua menjadi dingin."
Papa yang bijaksana. Begitu batin Nick.
"Terimakasih, Pa."
Kini lelaki itu mulai menyantap makanan yang memang sudah dipesan untuk nya. Menikmati makanan dalam diam, begitupun dengan Jim dan juga Al yang hanya fokus pada makanan mereka masing - masing.
"Jadi... Mulai kapan kau akan mengambil cuti, Nick?" lagi- lagi pembahasan ini yang selalu mewarnai kebersamaan nya dengan sang papa selama satu minggu ini.
Seperti nya, Ferdy memang sudah tidak sabar ingin melihat putranya menikah.
"Lusa. Tepatnya satu hari menjelang pernikahan, aku akan mulai cuti." jawab Nick asal. Padahal ia sendiripun tak yakin apakah pernikahan nya nanti jadi terlaksana atau tidak. Mengingat bagaimana reaksi Lili yang terang- terangan meminta kepada nya, agar mau membatalkan rencana pernikahan yang tinggal dua hari lagi.
" Baiklah jika seperti itu." jawab Ferdy. Lalu lekaki itu menatap putra kedua nya. Siapa lagi jika bukan Alfonso Abraham.
"Al... Kau siap kan menggantikan posisi Nick untum sementara waktu? "
"Aku siap, Pa."
"Terimakasih, Al." Ferdi menepuk punggung Al yang memang duduk di sebelah kanan nya.
"Berapa lama kau akan cuti Nick?" kali ini Jim yang bertanya.
Dan dengan enteng ya, Nick menjawab. "Dua hari. Satu hari menjelang pernikahan dan satu hari pada saat hari pernikahan dilangsungkan ."
Jawaban Nick sanggup membuat ketiganya mendongak dan menatap Nick dengan penuh tanda tanya. Tentu saja mereka bertiga terheran dengan rencana Nick yang hanya mengambil jatah libur dua hari untuk mempersiapkan hari bahagia nya.
" Kau serius Nick? "tanya Al dengan penasaran menanti jawaban Nick.
" Ya. Memang nya kenapa kalian terkejut begitu? Apa ada yang salah dengan rencana cutiku? "
" Bukankah kau akan pergi honeymoon, Nick? " tanya Ferdy memastikan.
"Tidak perlu, Pa. Honeymoon bisa belakangan jika aku punya waktu. Saat ini aku sedang tidak ingin pergi kemana-mana."
"Terserah kau saja, Nick. Yang terpenting kau bicarakan semua dengan Lili. Jangan sampai kau mengecewakannya hanya dengan keputusan sepihak yang kau buat." terang Ferdi panjang lebar.
Dalam hati Nick mendengus. Papanya tidak tahu saja bagaimana Lili yang mendatangi nya dan justru meminta pada nya untuk membatalkan rencana pernikahan yang sudah di depan mata.
****
Sementara itu, Lili yang masih bimbang akan melakukan apa, ragu- ragu mendatangi sepupunya. Siapa lagi jika bukan Lui. Syarat yang Nick ajukan untuk pembatalan rencana pernikahan mereka sangat lah sulit untuk Lili jalankan. Bagaimana mungkin ia harus mengorbankan Lui?
Tapi Lili juga tak ingin menikah dengan Nick. Apalagi harus kehilangan Hans. Oh tidak, Lili tidak sanggup berpisah dari Hans. Lili memang harus mengorbankan salah satu diantara mereka. Hans atau Lui.
Dan setelah menimbang serta melalui pemikiran yang panjang, dengan terpaksa Lili memilih untuk mengorbankan Lui. Lili tak mungkin bisa kehilangan Hans.
Dia dan Hans saling mencintai. Bagaimana mungkin ia bisa berpisah dari lelaki itu?
Memarkir mobil nya di depan halaman rumah Lui, Lili keluar mobil saat hari sudah menjelang petang. Melihat adanya mobil milik Lui di garasi, begitu saja degub jantung Lili berdetak kencang. Menghadapi Lui rasanya sangat berat Lili lakukan.
Bertemu dengan tante Nisa yang merupakan Mama dari Luisa.
"Lili....!" tante Nisa memeluk Lili lalu mencium pipi keponakan nya itu.
"Baru pulang kerja?" tanya tante Nisa lagi.
Lili mengangguk. "Lui mana, Tan?"
"Ada di kamar."
"Ya sudah, Lili ke kamar Lui dulu ya, Tan."
"Nanti makan disini saja. Tante siapkan makanan nya dulu."
Lili mengangguk, beranjak meninggalkan tante Nisa dan masuk ke dalam kamar Lui, bahkan tanpa mengetuk pintu nya terlebih dulu.
"Kau ini kenapa suka sekali menganggetkanku?" cerca Lui yang kaget karena kedatangan Lili yang begitu saja sudah merebahkan diri di atas ranjang.
"Kau kenapa?" tanya Lui heran melihat sepupunya yang tampak kacau malam ini.
Sedari kecil mereka telah hidup bersama, dan diantara Lili dan Lui selalu sehati dan saling merasakan kesenangan serta kesedihan masing- masing.
"Kau tahu jika Hans begitu marah kepadaku?"
"Kenapa lagi dengan Hans?"
Lili bangun dari berbaring nya lalu duduk bersila di atas ranjang. Menghadap pada Lui yang sedang duduk dengan buku berada di tangan nya.
"Lui... Aku tak bisa menikah dengan Nick. Aku tak mencintai dia. Hanya Hans lelaki yang aku cintai."
"Lalu?"
"Sungguh aku tak tahu lagi harus berbuat apa Lui?"
"Kenapa sejak awal kau tak menolak saja?"
"Harus berapa kali kukatakan padamu, Lui. Mana mungkin aku bisa membantah mama. Bahkan sudah berkali kali kukatakan jika aku tak mau di jodohkan. Tapi nyatanya apa? Keluarga Om Ferdy tetap datang melamarku."
Lui menghela nafas. Apa yang Lili katakan memang benar adanya. Tante Niken pasti juga tak enak hati untuk menolak pinangan dari keluarga Om Ferdy.
Tapi, Lui juga tidak tega pada Lili. Memang Lui belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Bahkan jika boleh dikatakan, Lui belum pernah berpacaran.
Selama ini Ashraf, kakak lelaki nya selalu membatasi pergaulan Lui dengan para lelaki, hingga membuat Lui terlalu malas berhubungan dengan lelaki. Dan Lui malas berurusan dengan sang kakak lelaki.
"Lantas... Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"
"Entahlah. Aku tak tahu. Aku berharap pernikahan ini akan batal."
"Doamu sungguh menyedihkan." Lui menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Apa kau mau membantuku?" Tanya Lili penuh permohonan pada Luisa.
Lui tak mengerti apa yang diinginkan oleh Lili.
"Membantumu apa?"
"Bantu aku kabur dari pernikahan ini, Lui....!"
"Apa?!" Lui sampai membulatkan matanya tak percaya.
"Kau sudah gila....!" Lui kembali mengamati Lili. Menurut Lui, permintaan Lili ini tidak masuk akal.
Bagaimana mungkin Lili berencana kabur dari pernikahan nya. Itu tak boleh dilakukan. Bagaimana dengan pihak keluarga seandainya mempelai wanitanya melarikan diri. Ya Tuhan...! Lui masih susah untuk mengerti.