Berulah

1201 Words
Hari ini Kaizar ke kantor dengan senyum semringah, bahkan beberapa kali menyapa bawahannya tak seperti biasa. Perangainya tiba-tiba berubah bak malaikat yang turun dari langit ke tujuh. Beberapa karyawan menggunjingkan ketidakbiasaannya itu. Namun, Kaizar benar-benar tak memedulikan. Bahkan, dia bersenandung lirih saat tiba di ruangannya. "Anda baik-baik saja, Bos?" tanya Dimas, seraya meletakkan dokumen di meja kerjanya. "Sangat baik," jawab Kaizar, dengan senyum merekah di sudut bibir merah muda itu. "Tampaknya tidak," sahut Dimas, lalu bergidik karena Kaizar benar-benar tak seperti biasanya. Kaizar hanya mengangkat bahu tanpa memedulikan asistennya lagi. Kemudian, dia mulai memerikasa laporan yang Dimas serahkan. Di sela kesibukannya itu Kaizar kembali mengingat momen tadi malam, saat mengingat itu dia akan tersenyum lebar dan wajahnya tersipu. Lagi-lagi Dimas menyaksikan perilaku anehnya, lalu dia kembali bergidik dan menutup pintu ruangan CEO rapat-rapat. Dari ruangan sebelah yang hanyadibatasi dinding kaca, Kirana pun mendapati Kaizar tengah menatap ke arahnya, lalu dia tersenyum manis sekbari menggigit ujung pulpen. Kirana mengira senyuman itu untuknya, tak ingin menyia-nyiakan hal itu, Kirana pun segera mengambik poto Kaizar. "Segitunya kamu sama aku, Kai?" gumam Kirana. Setelah dia mengambil beberapa poto candid Kaizar, wanita berambut panjang itu mengunggah di beranda sosial medianya, dengan caption yang cukup membuat orang tercengang. "Segitunya mandangin aku, Kai. Aku tahu selama ini kamu tertekan banget atas pernikahanmu." Begitu tulisan yang Kirana unggah di jejaring sosial berlogo kamera itu. Seketika, postingan itu tersebar ke jagat maya. Diketahui juga pengikut Kirana yang lebih dari 1M. Beragam komentar membanjiri brandanya. Dia tidak sadar sedang membuat masalah. Banyak netizen yang mencari tahu tentang Kaizar dan pernikahannya. Beberapa juga menyatakan jika Kaizar dan istrinya memang tidak cocok. Komentar negatif terhadap Nara berdatangan, postingan Kirana dibagikan berulang-ulang dengan kata-kata yang berbeda. * Saat jam makan siang tiba, Nara datang dengan tentengan yang jelas akan dipersembahkan untuk suaminya yang kini masih berada di ruang meeting. Saat dia masuk ke area staf, dia mendapatkan tatapan sinis yang terasa begitu menusuk ke tulang rusuk. "Ada apa dengan mereka?" gumam Nara yang belum mengerti situasi saat ini. Sejurus, Kaizar pun keluar dari ruang meeting disusul oleh Kirana, Dimas, dan Winda. Nara pun langsung mengulas senyum, dan tentu saja terbalasalkan. Sementara, Winda hanya bisa melambaikan tangan pada sahabatnya yang kini sudah menjadi istri bosnya itu. "Kenapa selalu repot-repot datang, aku kan bisa makan di luar," sambut Kaizar. "Enggak apa-apa, aku gabut seharian di apartemen, sekalian jalan-jalan aja," sahut Nara. Sementara Winda dan Dimas pergi, Kirana masih berdiri tepat di samping Kaizar. Nara mendelik ke arahnya lalu menyapa. Akan tetapi, tak mendapatkan sahutan dari perempuan cantik yang suka mengenakan sepatu merah itu. Kaizar pun menggandeng Nara dan beranjak menuju ruangannya. Dengan kesal Kirana pun kembali memotrek Kaizar dengan lancang kemudian mengunggahnya dengan caption yang membuat kontroversi. "Seperti peduli, padahal hanya cari simpati." Begitu tulisnya. Kirana menyeringai saat melihat postingan pertamanya cukup menuai beragam komentar buruk terhadap Nara. "Dia cukup gigih, aku tidak akan membiarkannya. Bagaimana bisa senyuman yang tadinya hanya untukku, kini dimiliki wanita lain. Aku harus secepatnya menyelamatkan Kaizar. Sabar, Kai, aku pasti menolongmu dari jeratan merang bambu sepertinya," gumam Kirana. "Siapa merang bambu?" Tiba-tiba saja, Winda muncul di belakan Kirana. "Sial, kenapa kamu mengagetkanku?" celetuk Kirana, seraya menoleh dan menatap Winda dengan sinis. "Aku hanya bertanya, apa yang kamu pikirkan sebenarnya? Kenapa kamu begitu terkejut?" cerocos Winda menunjukkan rasa curiganya terhadap Kirana. "Ck! Apa pun yang kupikirkan, bukan urusanmu!" pungkas Kirana, lalu dia pergi begitu saja. "Dasar wanita aneh! Aku yakin pasti ada yang tidak beres," gumam Winda lalu mengekori Kirana. * Sementara itu di ruangannya, Kaizar mulai membuka kotak makan siang yang dibawakan Nara untuknya. Nara membuat nasi dan lauk menjadi kreasi yang lucu dan membuat Kaizar enggan untuk memakannya. "Ah, aku tak tega," ujar Kaizar. "Tak tega kenapa?" tanya Nara sambil mengernyitkan dahinya. "Bentuk nasinya terlalu lucu, bagaimana bisa aku memakan ini?" komentar Kaizar, lalu menatap Nara dan tersenyum tengil. "Anda hanya tinggal memasukan itu ke mulut, apa susahnya," sahut Nara lalu terkekeh. "Panggil aku Kai," ujar Kaizar, menatap Nara dengan tatapan sendu, tawa kecil Nara seketika terhenti. "Apa?" Kahwatir semua itu hanya ilusi, Nara pun hendak memastikan. "Panggil aku Kai, berhenti bicara formal terhadapku," jawab Nara. "Begitukah? Apa kita cukup dekat untuk berbicara informal?" tanya Nara lagi. "Kamu memang cerewet," komentar Kaizar, "lakukan aja, apa susahnya?" Nara tersenyum disertai anggukan kecil. Lantas, dia menundukan tatapannya seraya mengembuskan napas singkat "Kai," lirih Nara masih dengan senyuman yang terkembang, wajahnya tersipu seketika itu. Kaizar yang mendengar namanya disebutkan dengan begitu lembut pun ikut tersipu. Lalu, dia menyuapkan sesendok makanan tanpa memeriksa, ternyata yang dimasukan ke mulutnya itu adalah cabe rawit. Setelah beberapa kunyahan sensasi pedas menyadarkannya, Kaizar yang tak terlalu suka pedas itu seketika tantrum. "Huh, hah, hah, huh." "Apa yang terjadi?" tanya Nara, tentu saja dia panik. "Pedas, pedas," oceh Kaizar. "Ya ampun, apa kamu memakan cabenya, Kai? Maafkan aku," ucap Nara, untunglah dia sedia s**u dalam menu makan siang itu, sebab tahu suaminya tak terlalu menyukai pedas. Setelah memberikan s**u pada Kaizar, Nara pun membukakan botol air mineral untuknya. "Kamu, oke?" tanya Nara khawatir. "Mau ganti saja makan siangnya?" tawar Nara. "Jangan, aku baik-baik saja, hanya tadi sedang tidak fokus, jadi salah memasukan," oceh Kaizar. "Salah memasukkan?" ulang Nara. Entah kenapa kalimat itu terdengar menggelikan bagi Nara. "Nah, kan, kamu m***m lagi," ledek Kaizar. Nara tertawa, kemudian dia memberikan waktu untuk Kaizar makan. * "Aaaa Bu Bos, aku merindukanmu." Winda menyambut Nara yang datang menemuinya dengan pelukan hangat seorang sahabat. "Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Nara. "Tentu selalu lancar, jangan khawatirkan seorang Winda," sahut Winda. Tiba-tiba Winda tercenung saat melihat wajah Nara yang bersemu kemerahan. "Ra, kamu baik-baik aja kan?" tanya Winda penuh kekhawatiran. "A-ak-ku, baik, kenapa emangnya?" Nara balik bertanya. Entah alasan apa yang membuatnya menjadi gugup. "Jelaskan apa yang terjadi?" desak Winda dengan tatapan penuh selidik. "Jangan bilang CEO dingin itu mulai berlaku lembut padamu? Dia membuatmu semakin terjerat dalam pesonanya, iya?" selidik Winda. "Emh, dari awal kan kami memang saling mencintai, Win," kilah Nara. Winda bukan orang yang mudah untuk ditipu, lagi pula Nara tak pandai berbohong apalagi pada Winda. Namun, demi janjinya pada Kaizar, dia berusah keras menutupi pernikahan kontrak itu. "Ya sudah, lalu jelaskan padaku ada apa dengan kalian, terus kamu udah nyari tahu apa yang terjadi di Bali?" selidik winda. Nara mengangguk, dia pun bersiap menjelaskan semuanya. Akan tetapi, baru saja dia membuka mulut untuk mulai bercerita, tiba-tiba Dimas datang memanggil Winda untuk melakukan survei di Pasaraya. "Ah, sial, nanti kita sambung lagi, ya, suamimu bakal kesurupan kalau titahnya tidak segera dilakukan," oceh Winda. "Bekerjalah dengan baik untuk suamiku, Bestie," goda Nara. "Menggelikan," sahut Winda lalu pergi menghampiri Dimas. Tak lama kemudian, Kaizar menghampirinya dengan wajah cemberut. "Apa katanya tadi? Aku kesurupan?" selidik Kaizar. "Waaah, siapa namanya, akan kutandai dia," sambungnya. "Jangan diambil hati, lagian itu memang benar adanya, perbaiki saja sikapmu, Tuan, eh, Kai," balas Nara. "Heleh, bela aja terus bestienya, aku mau ngambek!" gerutu Kaizar kemudian berbalik dan meninggalkan Nara begitu saja. Lagi-lagi Nara tergugu dengan tingkah tak biasa dari suaminya itu, hingga tawa kecil keduanya tiba-tiba terhenti ketika sebuah berita di saluran televisi. Kedunya terpaku ketika sampai di lobby dan menyaksikan berita tersebut. "Seorang CEO sekaligus pengusaha ternama Kaizar Erlangga, mengalami tekanan mental yang disebabkan pernikahan mendadak yang dilangsungkan baru-baru ini …." Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD