Alasan

1019 Words
"Tuan dari tadi di sana?" tanya Nara gelagapan. "Enggak, baru saja," jawab Kaizar santai, kemudian dia mengacungkan sebuah kantong kresek berisikan cake strawberry kesukaan Nara. "Cake?" tanya Nara. "Makanlah?" ujar Kaizar, sembari menyerahkan cake tersebut lalu berbalik dan pergi ke kamarnya setelah Nara menerima itu. Nara semakin curiga dengan tingkah Kaizar, "Biasanya dititipin aja, alasannya inu- itu, kenapa sekarang tiba-tiba dia bawain aku cake?" "Dia sedang menyuapmu, Bodoh!" Terdengar seorang berkomentar dari seberang sana. Ternyata Nara lupa mengakhiri pamggilan teleponnya bersama Winda. "Menyuapku? Maksudmu? Tuan Bos, eh, maksudku Kaizar, menyuapku dengan cake untuk berpura-pura tidak tahu tentang perselingkuhannya, gitu?" tanya Nara. "Maybe!" jawab Winda. "Ih, nyebelin banget, sih!" rutuk Nara, lekas dia berjalam menuju dapur dan menyimpan cake tersebut di dalam lemari es. "Menurutmu, harus kuapakan cake-nya?" tanya Winda. "Buang saja!" sahut Winda. "Buang, tapi ini cake mahal tau, yang terkenal itu," jelas Nara. "Ya sudah buatku aja!" canda Winda kemudian tertawa. "Ih, kamu ini. Apartemenmu jauh, Win." "Ra, kamu jangan khawatir lagi tentang Kirana, ya. Aku akan mengawasi mereka, paham!" tekad Winda. "Oke baiklah, nanti weekend kubawakan makanan enak untukmu, oke!" Nara pun ingin membalas kebaikan sahabatnya itu. * Saat Nara hendak kembali menuju kamarnya, tiba-tiba terdengar pecahan barang dari kamar Kaizar. Nara terhenyak, dan segera berlari kecil menuju kamar Kaizar. "Tuan! Tuan! Anda baik-baik saja?" Nara mengetuk pintu beberapa kali. Akan tetapi, Kaizar tak menyahuti membuat Nara semakin khawatir saja. "Tuan, aku masuk, ya," ucap Nara seraya membuka pintu dan masuk ke kamar Kaizar tanpa ba-bi-bu. Nara melihat Kaizar sudah terbaring di lantai dengan tubuh menggigil, dia juga melihat ada gelas yang pecah belah. Nara, tercengang untuk beberapa saat. Lantas, dia menghambur ke arah Kaizar dan memeriksa keadaannya. "Tuan! Anda kenapa?" tanya Nara, rasa khawatir membuatnya memeluk pria tampan itu tanpa pikir. Dapat dia rasakan jika suhu tubuh Kaizar lebih panas, ternyata pria itu mengalami demam, bahkan ruam di tubuhnya semakin banyak. "Kenapa ini? Kenapa jadi seperti ini?" gumam Nara. Nara pun membantu Kaizar untuk pindah ke kasur. Dia membuka kemeja Kaizar dan bermaksud mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih tipis. Lagi-lagi, Nara teecengang, dia melihat tubuh Kaizar yang tadinya mulus itu, penuh dengan ruam merah. "Apa yang harus kulakukan?" Nara kebingungan, dia amat sedih dengan kondisi Kaizar saat ini. "Haruskah aku menelepon ambulans?" tanya Nara, lalu dia membelai wajah Kaizar. "Jangan!" larang Kaizar. "Kenapa?" tanya Nara. "Ambilkan aku air, aku akan minum obatku," ungkap Kaizar. "Yaudah, tunggu sebentar, jangan bergerak sampai aku kembali," pesan Nara kemudian bangkit dan membawakan Kaizar segelas air. Nara pun lekas mengambilkan obat di laci nakas, dia memberikan satu pil itu pada Kaizar. "Sebenarnya ini obat apa?" tanya Nara, "apa benar rumor yang menyatakan jika Anda itu alergi terhadap wanita?" selidik Nara, sembari membantu Kaizar menyelimutinya. "Hmmh," jawab Kaizar, singkat. "Lalu kenapa malam itu bisa terjadi, di sini?" tanya Nara, dia juga ingin penjelasan tentang hal tersebut, sebab selama ini dia hanya menduga-duga saja. "Sean, dia menjebakku!" jawab Kaizar. "Menjebak?" Nara semakin bingung. "Iya, dia memberiku obat perangsang saat kami minum, dia juga membawakan wanita, tapi sudah kuusir, saat aku sedang berusaha mengendalikan diri, kamu datang," jawab Kaizar. "Jangan pakai parfum wangi buah itu lagi saat keluar rumah!" lanjutnya. "Kenapa?" Nara heran, kenapa Kaizar tiba-tiba melarangnya memakai parfum kesukaannya itu. "Pokoknya ganti saja! Bahkan, jangan pakai iti saat denganku juga! Baunya mengerikan!" oceh Kaizar. Lalu dia tertidur begitu saja, mungkin karena pengaruh obatnya. Setelah Kaizar tertidur, Nara pun mengoleskan salep pada ruam di tubuh Kaizar. Lalu, dia pun tertidur di kasur yang sama. * Keesokan paginya, Kaizar terbangun lebih dulu. Dia melihat Nara tertidur di sampingnya. Tiba-tiba pria itu tersenyum tanpa sebab, lantas mendekatkan bibirnya ke kening Nara. Dia mengecup Nara perlahan. Kelakukannya itu mengusik Nara, karena takut ketahuan Kaizar pun kembali merebahkan diri dan pura-pura masih tertidur sebelum Nara menyadarinya. "Ah, sial! Apa yang kulakukan?" batin Kaizar. Saat Nara terbangun, dia langsung mengecek suhu badan Kaizar, dengan m nyentuh keningnya. "Syukurlah, sudah turun," ucao Nara, dia pun memastikan ruam di wajah dan bagian tubuh lainnya. "Ah, sudah hilang juga," ucap Nara. Perlahan, dia pun beranjak dari kasur dan pergi untuk membuat sarapan. Setelah Nara pergi dari kamarnya, Kaizar juga bangun, dia pun memastikan jika ruam itu benar-benar hilang. Sejenak dia berpikir dan tertegun. * "Anda yakin akan bekerja?" tanya Nara, saat Kaizar mengenakan dasinya. Dia melihat itu miring, lantas menghampiri dan membenarkan itu, Kaizar pun tak menolak. Entah kenapa kelembutan Nara membuatnya tak bisa berkutik. "Emh, aku baik-baik aja sekarang, karena—" "Karena apa?" potong Nara, dia sudah berharap jika Kaizar akan menyebutkan namanya. "Ka-rena obat-nya bekerja dengan baik," ujar Kaizar. Bibir Nara mengerucut, tentu saja dia kecewa dengan jawaban suaminya. "Tuan, kenapa semalam Anda membawakan cake? Bukankah itu merepotkan?" selidik Nara, dia amat penasaran. "Hanya karena warna cake itu lucu, tapi aku lupa jika aku tak menyukai rasa buah-buahan, jadi aku hanya membelinya, sayang kalau dibuang," jelas Kaizar. "Bukan karena menyuapku? Aku kan sedang kecewa sama Anda," jelas Nara lalu merapikan jas Kaizar. "Aku-aku, bahkan tidak tahu jika kamu sedang marah," elak Kaizar, lalu dia mencelos dan pergi dari hadapan Nara. Aroma tubuh Nara membuat jantung Kaizar berdetak lebih cepat dan sulit untuk mengendalikan diri. Dia tidak ingin paginya kacau-balau. *** Beberapa jam sebelumnya …. "Bawakan sesuatu yang Nara sukai, agar Nara mau berbicara lagi padaku," gumam Kaizar. Setelah pertemuannya dengan Sean, pesan itu yang selalu terngiang di kepalanya. Tepat, di depan toko cake ternama, Kaizar pun langsung ingat jika Nara sangat menyukai strawberry. Lalu dia memesan cake strawberry yang paling mahal di sana. "Papa bawa kue kesukaanmu, Baby," gumam Kaizar. Dia pun kembali ke apartemen dengan hati yang berbunga-bunga, kepulangannya tidak disadari oleh Nara yang sedang asyik bertelepon dengan sahabatnya. Dia tak berniat mengganggu itu, kemudian mendengarkan semuanya dari awal sampai akhir. Runtutan penjelasan Nara pada Winda, membuat Kaizar teringat kembali kejadian di hotel. Mengingat Kirana membuat tubuhnya bereaksi berlebihan. Dia juga tiba-tiba mengingat masa lalu tentang Kirana, hingga akhirnya alerginya kambuh. Namun, dia tidak bermaksud untuk menjelaskan semua itu pada Nara. * Saat ini ... "Kenapa ruam di badanku selalu menghilang saat aku bersama Nara? Padahal dokter bilang itu trauma terhadap wanita? Bukankah Nara juga wanita? Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD