"Nghhhh Andrew, " gumam Sierra dalam tidurnya. Rahang Gerald mengeras saat mendengar Sierra menyebut nama pria lain dalam mimpinya.
"Dalam mimpi pun kamu masih mengingat nama pria miskin itu. Padahal aku memiliki segalanya dibandingkan dia. Tidak akan kubiarkan kamu menjadi miliknya Sierra. " batin Gerald. Tangannya bergerak menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu.
"Selamat malam Sierra ku, "ucapnya sambil mencium puncak kepala Sierra. Setelah itu Gerald segera pergi meninggalkan kamarnya.
Esok harinya mereka bertiga sarapan pagi bersama. Sierra menundukkan kepalanya sambil fokus menyantap makanannya dengan gerakan tak nyaman. Untuk pertama kalinya dia satu meja dengan Gerald. Pria itu terus menatapnya tanpa berkedip seperti sebuah singa lapar yang sedang menunggu mangsanya.
"Sierra nanti kamu berangkat kuliah dengan siapa? " tanya Thalisa memecah keheningan di tengah mereka.
"Sama Andrew kak, " jawab Sierra agak canggung.
"Oh kalau tidak ada Andrew kamu bisa berangkat sama Gerald, jangan sungkan minta tolong padanya ya, " Thalisa ingin adiknya akrab dengan suaminya. Karena sejak awal tinggal disini Sierra tidak pernah bertegur sapa ataupun bicara dengan Gerald.
"Iya kak, " Sierra mempercepat makannya lalu dia bersiap-siap untuk pergi kuliah. Tapi tiba-tiba saja Andrew mengabari kalau mobilnya mogok di jalan jadi tidak bisa menjemputnya.
"Kenapa Sierra? apa ada sesuatu yang terjadi? " tanya Thalisa.
"Iya kak Andrew gak bisa jemput, mobilnya mogok, " jawab Sierra.
"Sudah berangkat sama Gerald aja. Sayang anterin adikku ya kasihan dia nanti telat, " pinta Thalisa pada suaminya.
"Baiklah, Sierra juga adikku jadi kamu tenang saja. Ayo Sierra kita berangkat, " ajaknya.
"Iya, " Sierra terpaksa ikut berangkat bersama Gerald. Meski tidak nyaman dia berusaha untuk tidak menunjukkannya.
"Sierra kalau kamu mau pulang kuliah telpon saja kakak ya, nanti kakak akan jemput kamu, " ucap Gerald saat mereka sedang dalam perjalanan.
"Iya kak, " sahutnya.
Setelah sampai di depan kampus, Sierra ingin turun tapi Gerald malah menahan tangannya.
"Sebentar ini ada uang untukmu jajan, " Gerald menyerahkan uang satu juta untuk Sierra. Uang itu sangat banyak sekali baginya.
"Kak ini kebanyakan. "
"Tidak apa-apa, kalau habis bilang saja sama kakak, sekarang kamu adalah tanggung jawab ku juga. "
Sierra terpaksa menerima uang itu dan menyimpannya ke dalam dompet.
"Terima kasih kak. "
"Sama-sama."
***
Sejak saat itu hubungan Sierra dan Gerald mulai akrab. Sierra tidak lagi canggung saat berdekatan dengan kakak iparnya itu.
Saat ini Sierra sedang kesulitan mengerjakan tugas kuliahnya di ruang keluarga. Gerald mendekatinya dan duduk di sampingnya.
"Kamu sedang mengerjakan apa? " tanya Gerald.
"Ini kak tugas kampus. Besok harus dikumpul tapi aku tidak mengerti sama sekali, " jawab Sierra dengan wajah frustasi.
"Sini biar kakak bantu, " Gerald melihat soal tugas akuntansi di laptop Sierra. Dia mengajari Sierra pelan-pelan sampai gadis itu mengerti.
"Wah ternyata tidak begitu sulit ya terima kasih ya kak Gerald, " ucap Sierra sambil memeluk lengannya. Gerald senang karena Sierra sudah mulai dekat dengannya. Mungkin dulu dia terlalu terburu-buru saat mendekati gadis itu sampai akhirnya dia nekat menikahi Thalisa.
"Kak ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, " sebenarnya sudah sedari lama Sierra ingin menanyakan, tapi dia sudah terlanjur takut dengan kakak iparnya itu saat mereka pertama kali berjumpa.
"Tanyakan saja sayang. "
"Kenapa dulu kakak tiba-tiba melamarku?" tanya Sierra penasaran.
"Kalau mau jujur sebenarnya aku lebih dulu mencintaimu Sierra tapi karena kamu sudah memiliki kekasih maka aku lebih memilih mengalah dan membuka hatiku pada kakakmu, " jawab Gerald.
Sierra terperangah saat mendengar jawabannya. Lalu dia kembali bertanya pada kakak iparnya itu "Bagaimana mungkin kakak jatuh cinta padaku padahal kita sebelumnya tidak pernah berjumpa."
"Mungkin kamu sudah melupakan aku. Tapi kita pernah bertemu sebelumnya. Cobalah untuk mengingatku Sierra, " jawab Gerald membuat Sierra tampak berpikir keras mencoba mengingat kapan dia pernah berjumpa dengan Gerald. Tapi dia sama sekali tidak ingat.
Tiba-tiba Thalisa muncul sambil membawa dua minuman dan snack untuk mereka.
"Kalian sudah belajarnya ya? " tanya Thalisa.
"Sudah kak, kak Gerald pinter banget. Aku bisa mengerjakan tugasku dengan mudah, " jawab Sierra sambil mengambil gelas minumannya.
"Syukurlah kalau kalian sudah mulai akrab. Aku senang sekali melihatnya, " ucap Thalisa sambil ikut duduk di samping suaminya.
"Sierra sudah aku anggap seperti adikku juga sayang. Mulai sekarang dia juga akan menjadi tanggung jawabku, " ucap Gerald sambil merangkul pinggang Thalisa dengan posesif.
"Terima kasih ya sayang, aku beruntung memiliki suami sebaik dirimu, " ucap Thalisa bersyukur. Sierra tersenyum melihat interaksi keduanya. Walaupun awalnya dia terkejut mendengar pengakuan kakak iparnya barusan. Tapi setelah melihat keromantisan mereka dia tidak lagi khawatir.
***
Malam semakin larut. Pintu kamar Sierra dibuka oleh seseorang dari luar. Ternyata yang sudah membukanya adalah Gerald. Gerald masuk ke dalam kamarnya dan mendekati Sierra yang sedang tertidur lelap.
Matanya memandang tubuh Sierra dari atas sampai bawah. Sungguh pemandangan yang memantik gairahnya. Dia sudah mencampur makanan yang Sierra dan istrinya makan malam tadi dengan obat tidur. Jadi dia tidak khawatir ketika akan melanjutkan aksinya.
"Sierra ku sayang malam ini kamu akan menjadi milikku, "ucap Gerald sebelum dia memagut bibir gadis itu. Malam itu Gerald merenggut kesucian Sierra. Tubuh mereka menyatu menjadi satu. Gerald bisa melihat darah yang mengalir di pangkal paha gadis itu. Hatinya sungguh bahagia saat tau dialah orang pertama yang menyentuhmu.
"Ternyata pria miskin itu tidak menyentuhmu sayang. Terima kasih karena sudah menyerahkan dirimu untukku, " ucap Gerald sambil terus menggerakkan pinggulnya. Setelah puas melampiaskan hasratnya Gerald merapikan kembali pakaian Sierra dan dirinya baru setelah itu dia keluar dari kamarnya.
Keesokan paginya Sierra terbangun saat mendengar suara alarm jamnya. Entah kenapa tubuhny terasa sakit sekali. Terutama pada bagian kewanitaannya.
"Ahkk sakit!! "ringis Sierra.
Matanya terbelalak saat melihat ada noda darah di spreinya.
" Apa ini? kenapa aku bisa berdarah? apa aku haid ya? " tanyanya bingung. Dia mencoba bangkit dari tempat tidurnya tapi inti tubuhnya makin terasa sakit. Pelan-pelan dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Saat dia melihat kaca di depan wastafel tubuhnya sudah dipenuhi dengan bekas memerah.
"Apa aku alergi? kenapa bisa merah-merah begini? " Sierra masih berpikir positif jika saat ini dia hanya kena gigitan nyamuk semalam. Setelah selesai mandi dan berpakaian dia turun kebawah untuk sarapan pagi.
"Tumben turunnya lama Sierra. Ayo cepat sarapan nanti kamu telat, " ucap Thalisa saat melihat adiknya baru turun jam segini.
"Iya kak, " Sierra duduk di sebelah kakaknya lalu dengan cepat memakan roti bakarnya.
"Pelan-pelan nanti kamu tersedak, " tegur Gerald. Baru saja dibicarakan Sierra tiba-tiba tersedak betulan.
"Uhuk uhuk uhuk!! "
"Kan apa aku bilang, " Gerald menepuk-nepuk punggung Sierra lalu dia memberikan minum untuknya.
"Makasih kak, " ucap Sierra setelah gadis itu berhenti tersedak.
Thalisa senang melihat perhatian yang diberikan oleh Gerald pada adiknya. Dia jadi semakin yakin jika Gerald akan menjadi suami dan ayah baik untuk ke depannya. Dia berharap semoga secepatnya bisa hamil agar rumah ini semakin ramai.
Tin tin tin
Terdengar suara klakson mobil. Ternyata itu adalah Andrew kekasihnya Sierra.
"Kak aku pergi dulu ya Andrew udah jemput, " ucap Sierra sambil mengambil tasnya lalu mencium pipi kakaknya.
"Iya hati-hati ya," ucap Thalisa.
Setelah berpamitan, Sierra keluar dari mansion dan menemui Andrew yang sudah sedari tadi menunggu. Dia masuk kedalam mobilnya lalu mencium bibir kekasihnya itu.
"Sayang udah lama nunggu maaf ya aku telat bangun pagi ini, " ucap Sierra tak enak.
"Tidak apa-apa sayang ayo kita berangkat, " ajaknya. Dari kejauhan Gerald melihat semuanya. Dia melihat saat Sierra sedang berciuman dengan kekasihnya.
"Sierra hanya milikku, aku akan menyingkirkan pria itu, " gumamnya marah sambil mengepalkan tangannya.