Sepulang sekolah, Oreo langsung pergi ke rumah sakit. Tapi saat ia akan pergi ke parkiran kini Oreo dihentikan oleh Acha, Mila dan Sita. Mereka pun kini berbicara setelah mereka menyingkir dari tengah jalan koridor tersebut.
"Hai, kalian mau ke rumah sakit ya?" tanya Acha kepada Oreo tersebut.
"Oh hai, iya kita mau ke rumah sakit. Gimana Cha?" tanya Oreo yang tampak semangat ketika ia di dekati oleh Acha, perempuan yang ia sayangi. Hal itu membuat Zaki dan Putra menatap jengah kenarah Oreo. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Oreo masih menyimpan rasa kepada Acha itu.
"Kita boleh ikut nebeng ga?" tanya Acha kepada mereka dan Oreo tentu mengangguk. Ia malah senang jika ia bisa lama dengan Acha karena bersama Acha rasanya Oreo yang tadinya merasa emosi menjadi tidak lagi emosi. Bisa dibilang bagi Oreo, Acha adalah pereda emosinya yang sering diciptakan Ona.
"Ya udah kalo gitu ayo ke rumah sakit yuk." ujar Oreo kepada mereka. Mereka pun tampak mengangguk kini mereka berjalan menuju ke parkiran. Namun saat sampai di parkiran mobil tiba-tiba terdengar dering telfon. Dering itu berasal dari handphone Oreo. Kini Oreo pun menerima panggilannya itu.
"Bentar ya guys, dari Bang Nathan soalnya." ujar Oreo kepada mereka. Mereka pun mengangguk dan sekarang ini Oreo sedang menerima telfon.
"Hallo Bang, kenapa?" tanya Oreo saat ia pertama kali menerima telfon.
"Jangan kesini ya." ujar Nathan membuat Oreo pun bingung saat ini.
"Maksud Lo gimana bang? Gua, Acha sama yang lainnya baru mau otw ke rumah sakit. Kenapa gua ga boleh kesana? Ona udah pulang ya? Kalo gitu gua ke rumah ya." ujar Oreo belum merasa ada yang aneh sekarang ini.
"No, jangan pada kesini. Ona butuh istirahat." ujar Nathan tak masuk akal.
"Bang, Lo masih marah sama gua karena gua ga bisa jaga Ona tadi? Gua berani sumpah gua ga tahu kalo dia tadi keluar. Lo boleh marah sama gua tapi itu ga berarti Lo bisa cegah gua buat nengok Ona." ujar Oreo marah.
"Lo denger gua ga? Gua bilang ga usah pada kesini. Kalo Lo punya kuping Lo seharusnya nurut sama kata gua." ujar Nathan yang mana ia langsung mematikan panggilan itu. Karena hal itu, Oreo pun merasa kesal.
"Argh, anjing! s**l! Kenapa gua ga boleh kesana anjing!" teriak Oreo yang sudah marah-marah di parkiran itu membuat semuanya menatap ke arah Oreo. Semuanya menjadi berpikir sebenarnya apa yang terjadi pada Oreo.
"Kenapa Re? Everything is okay?" tanya Acha yang mendekati Oreo sembari mengelus lengan Oreo. Elusan itu membuat emosi Oreo mereda.
"Kita batal ke rumah sakit. Bang Nathan ga ngebolehin kita datang. Gua ga tahu kenapa tapi kayaknya Bang Nathan kecewa sama gua karena gua ga bisa jagain Ona. Argh, kenapa juga gua bodoh banget. Kenapa gua sampai ga bisa tahu kalo Ona jatuh dari tangga gitu." ujar Oreo menyalahkan dirinya sendiri. Acha menatap Oreo yang sepertinya sangat menyesal sekarang.
Bahagia banget ya jadi Ona, Re? Dia bisa dapatin perhatian kamu kayak gini. Aku iri, tapi aku ga ada hak buat iri karena itu benar-benar ga tahu malu. Harusnya perasaan aku ke kamu itu udah aku kubur dari awal. Batin Acha.
"Ya udah sabar aja Oreo, mungkin emang Ona butuh istirahat. Bang Nathan ga mungkin lah marah sama Lo." ujar Acha menenangkan Oreo.
"Thanks ya Cha." jawab Oreo sembari memegang tangan Acha yang ada di tangannya. Zaki dan Putra pun menatap ke arah lain karena mereka tak sanggup untuk menatap Acha dan Oreo yang seperti itu padahal Ona sakit. Memang Ona tidak ada hubungan apa-apa dengan Oreo, tapi tetap saja selama ini Oreo selalu bersama dengan Ona dan memberi harapan ke Ona. Sementara Mila dan Sita merasa ada yang aneh dengan interaksi antara Oreo dan Acha, sepertinya mereka berdua sudah mulai curiga akan sesuatu tapi baik Mila dan Sita enggan memberikan pendapat mereka tentang hal ini.
Semoga apa yang gua pikirin ini ga akan jadi kenyataan. Batin Mila.
"Okay deh jadi kita batal ya guys ke rumah sakitnya." ujar Zaki ke mereka. Mereka pun mengangguk, kini mereka sudah membicarakan ingin pulang. Namun tiba-tiba terbersit ide dari Oreo untuk lebih lama dengan Acha karena saat ia tak bersama dengan Acha lagi, mungkin emosinya akan kembali lagi. Oreo memberikan ide bagi mereka untuk pergi nonton bersama-sama. Akhirnya mereka berlima pun setuju dengan itu, mereka tidak pernah memikirkan bahwa apa yang mereka lakukan hari ini bisa menjadi boomerang bagi hubungan antara mereka dengan Ona yang saat ini tidak bisa ikut.
Sementara itu, di rumah sakit Ona menatap foto Oreo. Ia kangen dengan Oreo, tapi ia tidak mau Oreo kesini. Ia tidak mau terlalu membebani Oreo karena hal itu ia melarang semua orang untuk datang ke rumah sakit. Makanya tadi Nathan nelfon Oreo agar Oreo tidak datang ke rumah sakit. Karena ia tahu setelah sekolah pasti Oreo datang ke rumah sakit tersebut.
"Na, kamu kalo kangen sama Oreo, Abang bisa hubungi Oreo lagi biar dia kesini." ujar Nathan pada Ona tapi Ona menggelengkan kepalanya sekarang.
"Enggak, Ona ga mau Oreo kesini." ujar Ona kepada Nathan tersebut.
"Kamu kenapa Na? Bilang sama Abang ada apa? Oreo nyakitin kamu? Atau siapa yang nyakitin kamu? Bilang sama Bang Nathan." ujar Nathan.
"Ga ada kok Bang, Ona emang ga mau Oreo disini. Oreo butuh waktu tanpa Ona Bang." ujar Ona dan Nathan pun mengangguk saja sekarang. Meski ia yakin pasti sedang ada masalah antara Oreo dengan Ona tapi Ona tidak mau bilang kepada Nathan. Ona pun masih di kamar inapnya sekarang ini.
Ya, Ona memang dianjurkan untuk rawat inap selama dua atau tiga hari tergantung dengan Ona. Jika Ona perkembangannya membaik bisa dua hari saja ia menginap, tapi jika tidak bisa tiga hari bahkan juga bisa lebih dari itu.
"Bang Nathan, Abang pergi kuliah gih. Dari tadi handphone Abang kedip terus tuh. Ona ga papa ada disini sendiri. Ona bisa." ujar Ona kepada Nathan.
"Ga bisa, Abang harus jagain kamu disini." ujar Nathan meskipun ia tahu bahwa saat ini ia akan ada praktikum. Namun ia tak bisa meninggalkan Ona.
"Abang, Ona tadi ga sengaja baca kalo ada praktikum setengah jam lagi. Ona ga mau Abang ngelewatin praktikum ini. Kalo Abang bolos, Ona bakalan marah dan ngambek sama Abang." ujar Ona kepada Nathan dan akhirnya Nathan pun mengangguk. Nathan meninggalkan Ona sendirian di rumah sakit.
Saat ini hanya tinggal Ona sendirian saja di kamar rumah sakit itu. Kamar ini sangat besar karena memang Nathan memilih kamar VVIP, tapi sayang sekali kamar sebesar ini hanya diisi oleh Ona saja karena memang Ona sekarang sendiria. Bisa saja ia tidak sendirian jika tadi Oreo jadi kesini dengan teman-temannya. Namun sekali lagi, ia tidak ingin menganggu Oreo.
Biarkanlah Oreo pulang atau melakukan hal yang ia inginkan sekarang. Ona saat ini menatap kembali handphonenya, ia rindu pada semua orang yang ia sayangi. Mama, Papa, Oreo, Acha dan semuanya. Namun jika mereka pergi meninggalkan Ona, itu semua adalah kesalahan dari Ona. Ona yakin itu.
"Tapi Oreo ga akan ninggalin aku, aku yakin kalo Oreo bakalan selalu ada untuk aku dan bakalan selalu sama aku." ujar Ona selalu mengatakan hal-hal yang membuatnya menjadi tenang meskipun ia juga tidak tahu apakah itu benar-benar akan terjadi atau hanya akan menjadi obat penenang sementara saja. Yang pasti Ona memang ingin Oreo selalu ada bersama dengannya.
Oreo, Acha, Mila, Sita, Putra dan Zaki sekarang ini berada di bioskop. Mereka sudah memesan tiket bioskop dan sekarang ini mereka sedang menunggu pintu teater dibuka. Mereka berenam seperti sedang melakukan triple date sekarang ini. Disana juga ada anak dari SMA Garuda, banyak yang memotret keenam orang yang biasanya selalu bertujuh itu. Sebenarnya banyak yang bertanya-tanya kenapa mereka malah asyik nonton sementara Ona sekarang sedang ada di rumah sakit, apakah mereka tidak menjenguknya?
"Habis ini kita ke Timezone yuk?" tanya Acha kepada mereka semua.
"Timezone? Kayaknya..." ujar Mila yang ingin menolaknya tapi sebelum ia mengatakan sesuatu dengan selesai, perkataannya sudah di putus oleh Oreo.
"Kayak ya seru tuh. Fix sih habis ini kita harus ke Timezone." ujar Oreo.
Ya, apa yang mereka lakukan hari ini adalah Acha dan Oreo yang menjadi penentunya apa yang akan mereka lakukan sekarang atau nanti. Seolah-olah Mila, Sita, Putra dan Zaki itu hanya menjadi seseorang yang menemani mereka. Sementara Oreo dan Acha sangat senang tanpa mereka ketahui satu sama lainnya. Mereka merasa sangat senang karena mereka bisa bersama tanpa adanya Ona diantara mereka. Memang terdengar jahat tapi itu lah kebahagiaan mereka berdua jadinya ya boleh kan mereka mau bahagia?
Kalo kayak gini terus gua kasihan jadinya sama Ona. Dia yang pasti bakalan jadi korban disini karena Ona memang sedari awal mencintai sendiri hanya saja Oreo selalu memberi harapan kepada Ona karena Oreo selalu menganggap jika ia tidak baik pada Ona, pasti Nathan akan sangat marah. Sebenarnya ia hanya tidak enak saja kepada Nathan yang selalu baik padanya.
"Oreo lagi apa ya sekarang, Acha juga lagi apa. Terus teman-teman yang lainnya juga lagi apa ya. Kan seharusnya tadi mereka kesini tapi sekarang mereka ga tahu kemana. Semoga mereka ga kecewa." ujar Ona berharap.
Ona pun lagi-lagi teringat dengan Oreo dan membuka fotonya dengan Oreo. Ia juga kadang bertanya-tanya, kira-kira kapan Oreo akan menerima cintanya atau malah Oreo akan menembak dirinya. Ia sangat ingin menjadi pendamping Oreo, ia ingin selama-lamanya bersama dengan Oreo bahkan sampai tua pun ia ingin.
Karena Ona sangat bosan, akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi ke bawah. Meskipun ia harus menggunakan kursi roda karena jika sedang berjalan ia masih kliyengan. Namun ia tetap mengoperasikan kursi roda sendiri. Meski sudah ada beberapa perawat menawarkan diri untuk membantu tapi Ona masih bisa sendiri. Ia pun sudah memasuki lift dan sekarang ia sedang menjalankan kursi rodanya menuju ke taman depan rumah sakit. Udara disini sangat segar, karena sudah sore, Ona ingin melihat sunset disana. Makanya ia menunggu disana sembari melihat handphone.