15

1620 Words
Oreo benar-benar marah dan di jalan pun ia uring-uringan sendiri. Ia juga menyetir mobil seperti sedang berada di sirkuit, untung saja saat ia lewat di lampu lalu lintas, lampu tersebut hijau jadi ia bisa langsung lewat. Oreo benar-benar sangat emosi sekarang, ia ingin cepat sampai ke rumah sakit juga. "b******k, maksudnya apa ini. Gua ga boleh datang kesana tapi kenapa dia malah di temenin sama cowok yang tahu siapa. Mana pelukan lagi, minta di matiin itu cowok." ujar Oreo yang terus menerus mendumel di dalam mobil. Sementara itu sekarang ini Ona masih bersama dengan Kala, Zahra, Barka dan Loane. Mereka sedang mengobrol dan obrolan kali ini jujur saja membuat Ona merasa bahagia. Tuhan memang maha baik karena ketika ia dikecewakan oleh teman-temannya yang lain, kini ia mendapatkan teman baru. Ia berasa mendapatkan pengganti pada hari ini, ia sangat bahagia sekali. Ona ga tahu gimana kalo tadi Ona ga ketemu sama Kala, mungkin Ona sekarang masih di bawah ngelamun sendirian dan entah lah, mungkin juga Ona udah basah karena hujan di luar. Kala sama teman-temannya benar-benar jadi penolong Ona hari ini. Batin Ona masih tertawa bersama mereka. "Ona udah makan belum?" tanya Zahra kepada Ona tersebut saat ini karena mereka ingin memesan makanan. Makanan rumah sakit sangat hambar jadi tadi Kala juga meminta mereka semua untuk makan sekarang. "Ona belum makan." jawab Ona dengan jujur, ia sudah nyaman dengan Kala dan teman-temannya maka dari itu ia tak pernah merasa tak enak. "Okay deh kalo gitu mau chicken, burger atau pasta? Atau mau semuanya? Soalnya aku juga mau semuanya makanan rasanya hehehe." ujar Zahra diakhiri dengan tawa malu karena ia sekarang terlihat sangat banyak makan. "Ona mau chicken aja, eh sama pasta boleh? Soalnya Ona dari pagi belum makan. Sama minumnya juga ya takut seret." ujar Ona kepada mereka. "Iya Ona semuanya boleh, Ona lucu banget sih." ujar Kala sembari mengelus lembut rambut Ona membuat Ona pun tersenyum ke arah Kala. Teman-teman Kala pun sekarang ini tampak mengomentari apa yang dilakukan oleh Kala kepada Ona yang sangat romantis. "Uhuk, dunia berasa milik berdua ini uhuk." ujar Leano pura-pura batuk. "Bahagia bener dah gua ngelihatnya kalo kayak gini." ujar Barka juga. Kini mereka pun mengobrol lagi sembari menunggu pesanan mereka datang. Sementara Oreo sendiri sudah sampai di depan rumah sakit, ia sudah berada di parkiran mobil dan sekarang ini ia langsung keluar tanpa memikirkan bahwa saat ini sedang hujan sangat deras. Ia berjalan begitu saja menuju ke dalam rumah sakit. Banyak sekali yang menatap aneh ke arahnya. Mungkin semuanya heran kenapa do tengah-tengah hujan yang deras dengan udara dingin ini ada seseorang yang masih menerobosnya tanpa payung. Mereka hanya tidak tahu bahwa panasnya diri Oreo mengalahkan dinginnya udara disini. Sungguh emosi Oreo masih memuncak sampai sekarang ini. Ia langsung bertanya pada petugas disana dimana kamar Ona, ternyata Ona ada di kamar VVIP. Ia pun sudah masuk ke dalam lift juga sekarang. Tampak Ona masih bersama dengan Kala dan juga teman-temannya. Mereka sedang makan bersama karena memang makanan mereka sudah datang tadi. "Kalo dimakan sama-sama rasanya semakin enak ya." ujar Ona tersebut. "Iya dong apalagi kan makannya sama kita." ujar Kala pada Ona tersebut. Ona masih makan, sementara Oreo sekarang sudah masuk ke dalam kamar Ona. Namun kosong, ia tidak mendapatkan siapa pun disana. Ia tadi juga sudah melihat ke taman tapi Ona sama sekali tidak ada. Kini ia bingung, ia juga takut jika Ona sampai pergi bersama dengan lelaki b******k itu. "Ona, dimana Lo Na? Lo dengerin gua ga Ona? Lo ada dimana?" teriak Oreo tak memperdulikan bahwa saat ini ia sedang ada di rumah sakit. Lagi pula lantai VVIP ini hanya di isi oleh empat kamar saja jadinya tidak menganggu karena jarak kamar juga jauh kecuali kamar yang berhadapan. "Ona, Lo ada dimana?" teriak Oreo.yang kini masuk ke telinga Ona. "Kayaknya Ona denger suaranya Oreo deh." ujar Ona sedikit tidak yakin. "Oh ya? Denger dimana Ona?" tanya Kala karena ia tadi fokus makan. "Disini, tuh kan. Ona bener, Oreo ada disini. Ona harus keluar biar Oreo tahu kalo Ona disini. Sebentar ya, argh kepala Ona sakit." ujar Ona sekarang. "Biar aku bantu ya Na, jangan dipaksa kalo ga bisa. Dah sekarang kamu duduk di kursi biar aku yang dorong." ujar Kala dan Ona pun mengangguk. "Gua temenin La, Lo berdua disini aja biar gua yang nemenin Kala sama Ona." ujar Barka karena sekarang ini keadaan Kala sedang sakit dan jika nanti Oreo kembali mengamuk seperti yang terjadi saat mereka ada di Bar mungkin Kala akan benar-benar bonyok. Saat ini mereka sudah keluar dari kamar itu. Tampak Ona melihat Oreo yang terlihat kebingungan dengan baju seragamnya yang basah. Bahkan rambut Oreo pun juga basah sekarang. Oreo tampak melihat ke arah kamar yang ada di depan kamar Ona, ternyata Ona ada disana dan seseorang yang bersama dengan Ona itu baik sekarang mau pun di foto tadi ternyata adalah Kala, orang yang sama seperti saat ia memergoki Ona di bar. Ia tidak tahu sebenarnya ada masalah apa Kala padanya. Karena Kala sepertinya ingin mengacaukan dirinya dengan Ona. "b*****t, jadi Lo yang udah bawa Ona. Minggir Lo anjing, jangan pernah Lo deket-deket lagi sama Ona." ujar Oreo yang merasa sangat kesal hari ini. Hari ini ia dikesalkan oleh dua orang lelaki yang mendekati Ona yaitu Orion dan Kala. Entah apa keinginan mereka sampai mereka mendekati Ona itu. "Oreo kamu ngapain disini?" tanya Ona membuat Oreo sangat marah. "Lo tanya sama gua Na? Tentu gua kesini karena gua peduli sama Lo. Kenapa Lo masih tanya gitu? Lo aneh ya, kenapa gua ga boleh datang kesini. Nathan bilang kalo Lo butuh istirahat, tapi apa? Nyatanya Lo malah sama cowok ini! Lo buat gua ga jadi pergi keisni cuma karena mau main sama cowok ini doang? Gila ya Lo?" tanya Oreo dengan keras kepada Ona lagi. "Kenapa kamu marah sama aku? Bukannya harusnya kamu senang karena kamu bisa main puas sama temen-temen kamu itu. Tanpa aku!" ujar Ona dengan menekankan kata terakhirnya karena ia benar-benar sedih tadi. "Maksud Lo apa sih Na, gua ga ngerti. Lo kalo ngomong yang jelas dong. Main apa?" Tanya Oreo mulai berpikir sebenarnya kenapa Ona marah padanya. "Kamu pikir aku disini ga tahu gitu? Kamu, Acha, Putra, Zaki, Sita sama Mila malah pergi kan? Kalian main, nonton. Kalian seru-seruan tanpa aku. Kalian kelihatan bahagia tanpa aku, terus kenapa aku ga boleh bahagia sama teman-teman aku yang lain?" tanya Ona menatap ke arah Oreo tersebut. "Tahu darimana Lo?" tanya Oreo karena memang diantaranya tidak ada yang yang membuat story saat bermain tadi. Makanya ia pun jadi bingung. "Kamu tanya sama aku, aku tahu darimana? Oreo, foto sama video bahagia kalian itu tersebar dimana-mana." ujar Ona terlihat sangat kecewa. "Na, Lo ga bisa gitu dong. Lo marah gua main sama yang lainnya tapi Lo ga bolehin kita kesini kan tadi. Jadinya yang salah ya ga cuma kita doang. Kenapa Lo ga biarin gua sama yang lainnya buat datang." ujar Oreo menjawab. "Pecuma ya aku bilang sama kamu, kamu emang ga pernah ngertiin aku Oreo. Seharusnya kamu paham kenapa aku ga mau kalian datang. Kalian semua egois tahu ga. Kalian cuma mikirin kebahagiaan kalian sendiri, kalian ga pernah memikirkan kebahagiaan aku!" ujar Ona berteriak kepada Oreo. Oreo menatap ke arah Ona dengan pandangan bertanya sekarang ini. "Lo yang egois Ona! Ga semuanya itu tentang Lo! Lo harus paham kalo dunia bakalan tetap berputar meskipun dunia Lo berhenti! Lo yang egois selama ini." ujar Oreo kepada Ona membuat Ona sekarang ini menangis. "Lo yang ga biarin kita semua hidup bahagia, Lo selalu ingin semuanya tuh berporos sama Lo! Lo ga bisa terus menerus ngikat mereka kayak gitu. Bener, Lo bener kalo mereka bahagia banget tanpa Lo! Selama ini Lo kira semuanya bisa nerima Lo yang egois dan manja gini? Lo tahu? Lo yang manja itu kadang nyusahin temen-temen Lo! Apalagi Acha yang selalu Lo recokin terus menerus. Lo mikir Ona!" ujar Oreo kepada Ona, ia mengatakan semua ini karena ia sudah benar-benar kesal kepada Ona. Ia juga tidak suka dengan Ona yang dekat dengan Orion dan juga Kala. Ia tidak suka jika seperti ini. "Oreo, Lo udah keterlaluan." ujar Kala kepada Oreo karena memang baginya hari ini dengan perkataan Kala ini semuanya sudah keterlaluan. "Lo ga tahu hidup gua, Ona, sama teman-teman Ona. Jadi Lo ga usah sok tahu dan bilang gua keterlaluan. Dia yang keterlaluan! Lo udah keterlaluan karena ga bolehin gua buat datang tadi sama yang lain." ujar Oreo tersebut. "Aku cuma mau wujudkan keinginan kamu aja Re! Kamu tadi pagi bilang, katamya kamu ga mau aku ganggu untuk satu hari ini aja. Aku kabulin Oreo, aku jatuh dari tangga aku ga bolehin semua orang bilang ke kamu. Aku di rumah sakit aku ga mau kamu datang! Itu semua karena keinginan kamu, tapi sekarang kami nyalahin aku kayak gitu. Kamu pikir hati aku ga sakit? Kamu pikir aku ga kecewa ngelihat kamu sama temen-temen yang lain pergi tanpa aku? Padahal aku selalu ngajak kalian kalo mau pergi." ujar Ona tersebut. "Kamu tadi bilang aku egois dan kalian semua lebih bahagia tanpa aku. Kalo gitu aku wujudin keinginan kalian, aku ga akan ganggu kamu sama yang lain lagi." ujar Ona kepada Oreo yang mana membuat Oreo kini menjadi sadar. "Ona, maksud gua bukan kayak gitu Ona. Lo harus dengerin gua dulu. Lo ga boleh bilang gitu." ujar Oreo kepada Ona, tapi Ona sudah meminta Kala untuk membawanya masuk lagi ke dalam kamar Kala. Ona sudah menangis. "Ona, minggir Lo gua mau ketemu sama Ona." ujar Oreo kepada Barka. "Lo sendiri yang bilang Lo bahagia tanpa dia, so silakan pergi. Seengaknya habis nyakitin Ona pakai kata-kata Lo itu Lo harus sadar dan introspeksi diri sebelum Lo kembali ke Ona dan minta maaf." ujar Barka yang kini sudah masuk ke dalam dan mengunci pintu itu dari dalam kamar Kala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD