Di dalam kamar Kala, sekarang Ona tampak menangis. Ia pun menangis di dalam pelukan Kala. Kala sedang mencoba menenangkan Ona. Jujur saja, Oreo memang sudah keterlaluan. Sebenarnya Kala tahu bahwa Oreo itu hanya marah kepada Ona karena Ona dekat dengannya tapi cara marahnya yang salah. Seharusnya Oreo tidak marah dengan kasar seperti yang dilakukan tadi.
"Oreo, kenapa Oreo marah banget sama Ona? Kenapa dia kayak gitu sama Ona padahal Ona cuma ga ngebolehin Oreo kesini karena itu juga maunya Oreo. Tapi kenapa Oreo marah gitu." ujar Ona masih menangis juga.
"Mungkin Oreo lagi emosi aja Na, jadi dia membicarakan hal-hal yang sebenarnya ga ingin dia bicarakan. Ona yang sabar dulu yang tenang. Kalo Ona mau nangis, nangis sepuasnya sekarang." ujar Kala kepada Ona. Ona mengangguk dan ia masih menangis di dalam pelukan Kala. Sementara Oreo sekarang baru merasa menyesal dengan apa yang tadi ia katakan itu.
"Ona buka Na, gua mau ngomong sama Lo. Gua mau minta maaf Na. Gua tahu gua salah, please tolong bukain Na." ujar Oreo yang ada di luar.
Oreo terus menerus melakukan hal itu sampai beberapa suster memintanya untuk berhenti. Namun Oreo tak mengindahkan hal itu hingga akhirnya ia diminta untuk meninggalkan rumah sakit jika nantinya Oreo membuat keributan lagi. Karena itu ia pun duduk saja di dekat kamar Kala. Ia duduk sembari masih menyesali apa yang tadi sudah ia katakan ke Ona.
Kebiasaan jeleknya ini memang tidak pernah hilang, ia selalu emosi saat sedang memiliki masalah dengan Ona. Setiap ia emosi kebiasaan buruknya adalah dia selalu mengatakan hal yang buruk dan selalu lepas kendali juga. Ia tidak pernah bisa menghandle emosinya apalagi sekarang ia sendiri tidak bersama dengan teman-temannya. Bahkan tadi Acha pun juga tidak bisa mengehentikan dirinya untuk tidak pergi dalam kondisi emosi yang tinggi.
"Argh kenapa sihl selalu sebodoh ini Oreo! Kenapa Lo ga pernah mikir apa yang Lo omongin!" ujar Oreo marah kepada dirinya sendiri. Sementara itu teman-teman Oreo kini sudah selesai menonton. Mereka bingung sebenarnya kemana perginya Oreo karena Oreo dihubungi juga tidak bisa, makanya mereka khawatir. Acha tampak memikrkan beberapa kemungkinan sekarang tapi sepertinya tidak mungkin jika Oreo datang ke rumah sakit tempat dimana Ona berada karena Oreo sudah diberi tahu bahwa mereka tidak boleh datang.
Namun kini perkataan dari Mila membuat Acha sepertinya tahu bahwa apa yang tadinya tidak mungkin itu sekarang sudah bisa menjadi mungkin.
"Guys, ini kayaknya Oreo ke rumah sakit deh buat nemuin Ona." ujar Mila.
"Hah? Ga mungkin lah Mil, kan kita ga boleh ke rumah sakit sama Bang Nathan. Ga ada alasan buat ke rumah sakit dong kalo gitu?" tanya Putra.
"Mungkin bagi kita ga ada, tapi bagi Oreo ada. Lo pada lihat ini deh. Pasti kalian jadi punya pikiran yang sama kayak gua." ujar Mila tersebut sekarang.
Mereka pun melihat foto Ona dan Kala yang pelukan, semuanya pun saling tatap sekarang dan Acha, Mila serta Sita langsung yakin bahwa Oreo pasti pergi ke rumah sakit karena tadi sewaktu akan pergi pun Oreo juga tampak sangat emosi. Hal itu make sense dengan yang mereka lihat ini.
"Wah kalo ini sih pasti Oreo marah karena cemburu ngelihat Ona pelukan sama cowok lain. Pantes sih kalo Oreo langsung pergi." ujar Sita memaklumi.
Sementara dua orang yang merupakan sahabat terdekatnya Oreo sekaan tak percaya bahwa Oreo pergi karena ini. Pasalnya Oreo sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun kepada Ona, karena mereka berdua tahu bahwa Oreo sangat menyukai Acha. Lalu apa alasannya Oreo ke rumah sakit? Atau lagi-lagi karena Oreo merasa kalah dengan cowok lain di sekitar Ona?
"Terus gimana guys ini? Kita ke rumah sakit atau ga?" tanya Acha yang jadi ikut khawatir dengan Oreo. Ia hanya takut jika Oreo malah mengamuk nanti saat sampai di rumah sakit. Bisa-bisa ia menganggu orang-orang yang ada disana.
"Udah hampir malam. Biar gua sama Putra aja yang ke rumah sakit, Lo bertiga mending balik aja. Tapi sorry, kita ga bisa anter karena mobil juga tadi di bawa sama Oreo. Kita bantu cariin taksi online." ujar Zaki kepada mereka.
"It's okay Zak, kita bisa cari sendiri kok. Ga perlu khawatir. Lo berdua gih cepet susul Oreo, takutnya dia ngamuk nanti." ujar Acha yang memang paling tahu tentang Oreo. Zaki dan Putra pun sekarang mengangguk kepadanya.
"Itu juga yang gua khawatirin." ujar Zaki pada Acha. Mereka pun sekarang sudah berpisah di depan Mall dengan tujuan yang berbeda-beda.
Zaki dan Putra sangat khawatir jika Oreo sampai benar-benar mengamuk, pasalnya Ona sedang sakit juga sekarang jadinya Oreo tidak boleh terlalu marah kepadanya. Apalagi Ona sangat takut dengan bentakan dari Oreo. Mereka berdua masih berada di jalan. Sementara itu, Nathan baru saja sampai di parkiran mobil rumah sakit. Ia tak sabar ingin bersama dengan Ona. Ia merasa bersalah sebenarnya karena ia tadi harus meninggalkan Ona. Makanya ia datang dengan membawa kue brownies kesukaan Ona juga.
Nathan sudah naik dan ia sudah sampai di lantai kamar Ona. Saat ia sudah hampir sampai di kamar Ona, ia melihat Oreo ada disana dengan baju setengah basah dan kini Oreo tampak terlihat kacau. Nathan bisa menebak bahwa ini ada hubungannya dengan Ona. Lagi pula kenapa juga Oreo disini.
"Ngapain Lo disini Re? Gua kan udah bilang ga usah kesini dulu. Kenapa Lo keras kepala banget sih?" tanya Nathan dengan kesal kepada Oreo. Oreo yang melihat Nathan datang itu pun langsung bangkit dan mendekatinya.
"Bang, maksud Lo apa ga biarin gua buat datang tapi Lo buat Ona di jaga sama cowok lain? Lo pikir gua udah ga bisa jagain Ona? Justru cowok yang sama Ona itu yang ga bisa jagain Ona." ujar Oreo dengan marah sekarang. Sementara Nathan sangat bingung karena jelas sekali ia tadi meninggalkan Ona sendiri. Ia juga tidak tahu siapa cowok yang dimaksud oleh Oreo itu.
"Tunggu deh, maksud lo apa sih? Lo tadi marahan sama Ona? Terus Ona sekarang dimana? Maksud Lo cowok siapa? Ona sama cowok?" tanya Oreo yang kini langsung membuka pintu kamar Ona, tapi ia sama sekali tidak menemukan Ona di dalam. Nathan benar-benar khawatir, sementara Oreo sedang mencerna sesuatu. Ia pun sekarang tahu, Oreo tidak tahu tentang Kala.
"Dimana Ona? Kenapa dia ga ada di kamarnya?" tanya Nathan ke Oreo.
"Jadi Lo juga ga tahu kalo Ona lagi sama cowok? Ona ada di dalam kamar ini. Gua sama Ona tadi marahan, gua kelewat emosi karena gua lihat Ona pelukan sama cowok itu, namanya Kala. Sebelum ini, gua pernah ngeliat Ona sama Kala.." ujar Oreo tampak ragu untuk melanjutkan perkataannya itu. Karena malam itu ia sudah janji kepada Ona tidak memberi tahu ke Nathan.
"Lo ngelihat mereka berdua dimana? Kenapa Lo diem?" tanya Nathan.
"Waktu itu gua ngelihat Ona sama Kala di bar." jawab Oreo membuat Nathan terkejut. Ia tak pernah menyangka jawaban itu akan keluar dari mulut Oreo. Bagaimana bisa ia mempercayai bahwa Ona pergi ke bar? Bersama dengan cowok lain juga. Apakah Oreo sedang bercanda kepadanya saat ini?
"Lo bercanda sama gua? Candaan Lo sama sekali ga lucu." ujar Nathan.
"Gua juga berharap itu bercanda, tapi ga. Waktu itu gua kecolongan, Ona datang sendiri ke bar, katanya dia lapar pingin makan disana tapi dia akhirnya di deketin sama Kala itu. Sampai akhirnya gua tahu kalo Ona disana dan gua bawa Ona pulang. Sorry gua ga bilang dari awal karena Ona yang minta." ujar Oreo kepada Nathan, kini Nathan memukul Oreo dengan sangat keras.
"b*****t ya Lo , gua suruh Lo buat jagain Ona tapi kenapa Lo malah biarin dia pergi ke bar!" ujar Nathan kepada Oreo. Oreo sekarang tak membalas Nathan karena memang ini yang ia mau. Biarkan dia babak belur asalkan nama Kala sudah jelek di mata Nathan. Pasti setelah ini Nathan tidak akan membiarkan Ona untuk dekat-dekat lagi dengan Kala. Ia yakin hak itu.
"Sorry Bang, gua sebenarnya juga mau bilang tapi gua ga tega sama Ona waktu itu. Dia takut kalo Lo marah sama dia." ujar Oreo kepada Nathan. Nathan hanya diam saja tak lama kemudian kedua teman Oreo pun datang. Mereka sudah melihat wajah Oreo yang babak belur berarti ada masalah. Putra dan Zaki sudah bersiap untuk memisahkan Oreo dan Nathan jika saja mereka nanti akan bertengkar tapi itu tidak jadi ia lakukan karena sekarang ini Nathan sudah mengetuk pintu kamar di dekat Oreo itu dengan sangat keras.
"Ona, keluar Na. Ini Kak Nathan." ujar Nathan sembari mengetuk pintu.
Ona yang mendengarnya dari dalam pun langsung menatap ke pintu. Ia melihat Kala dan teman-temannya satu persatu. Itu memang suara Kak Nathan, tapi kini ia bimbang apakah ia harus keluar atau tidak karena sepertinya di depan masih ada Oreo. Selain itu Kak Nathan yang belum mengenal Kala dan teman-temannya ini pasti juga berpikir yang aneh-aneh.
"Ona, keluar Na. Kakak udah disini, kakak udah pulang." ujar Nathan lagi. Akhirnya sekarang Ona pun meminta Kala untuk membuka kan pintu itu dan mengantarkan Ona keluar. Kala awalnya bimbang dengan keputusan Ona.
"Tapi Na, beneran ga papa?" tanya Kala memastikan lagi kepada Ona dan Ona pun mengangguk. Ia tidak apa-apa karena disana ada Kak Nathan.
"Ga papa Kala, yang di depan itu yang lagi manggil aku itu Kakak sepupu ku namanya Kak Nathan. Ga papa, kalo ada Kak Nathan semuanya bakalan aman kok." ujar Kala kepada Ona dan Kala sekarang mengangguk. Kini mereka sudah membuka pintu. Tampak di depan ada Nathan, Oreo, Putra dan Zaki. Mereka menatap ke arah Ona dengan Kala yang ada di belakangnya.
"Thanks udah jaga Ona. Tapi setelah ini ga usah ketemu sama Ona lagi." ujar Nathan singkat kepada Kala membuat Kala bingung, begitu juga dengan Ona. Ia tak tahu apa yang tadi terjadi sampai Nathan marah seperti ini.
Ya, rencana gua berhasil. Lo ga akan pernah dapat tempat di sisi Ona maupun Bang Nathan karena Lo emang ga pantes. Batin Oreo yang kini menatap remeh ke arah Kala yang juga menatap ke arah dirinya tersebut.