Setelah menikmati udara dan suasana malam bersama, Andara pulang ke rumah dengan perasaan bahagia.
Walau tersirat rasa khawatir dan takut kehilangan Bara ketika berjauhan, Andara terus menegaskan hatinya bahwa Bara benar-benar menyayangi dan mencintai dirinya.
Andara kembali ke dalam kamar dan membersihkan wajah serta mengganti pakaian dengan yang lebih santai.
Setelah merasa nyaman, Andara pun segera membuka kotak hadiah yang Bara berikan untuknya.
Saat itu, Andara sangat terkejut karena melihat kotak berwarna hitam bergambar handphone jenis android yang sama sekali tidak pernah ia miliki selama ini.
Andara teringat ucapan Bara bahwa apa yang ia berikan malam ini adalah untuk dirinya sendiri. Sekarang, Andara mengerti maksud kalimat dari bibir Bara tersebut.
Setelah ini, Bara dan Andara memang tidak dapat bersentuhan secara fisik, namun dengan adanya ponsel canggih sebagai media, keduanya masih tetap bisa saling menyapa dan berhubungan secara visual.
Andara yang bingung, langsung membaca bagaimana cara mengaplikasikan ponsel tersebut dan ia segera belajar untuk memahaminya.
Andara menghidupkan ponsel yang sudah berada di genggaman tangannya sambil tersenyum.
Ternyata di dalam ponsel tersebut, sudah terdapat kartu SIM yang telah aktif. 'Tak lama, pemberitahuan berupa pesan singkat (Chat) pun masuk ke dalam ponsel tersebut.
"Andara, jika kamu sedang membaca pesan dari saya ini, jangan lupa di balas ya!" Bara mengirimkan pesan singkat kepada Andara melalui aplikasi w******p dengan banyak emoji cinta di dalamnya.
Andara sangat merasa bahagia ketika melihat cara Bara mencari jalan keluar atas cinta mereka.
Bara tergolong masih muda, tapi ia tampak serius dan tahu harus berbuat apa untuk diri dan hidupnya. Hal itu membuat Andara semakin percaya kepada Bara.
Obrolan manis dan hangat melalui w******p terjadi hingga larut malam. Mereka berdua tertawa bersama sambil menatap layar ponsel lebar tersebut hingga Andara meminta Bara untuk segera beristirahat, demi menyiapkan fisiknya untuk keberangkatan besok pagi.
***
Pukul 08.00 WIB. Andara sengaja sibuk di dapur, untuk melupakan waktu keberangkatan Bara yang sebentar lagi akan tiba. Ternyata, saat itu ponsel miliknya terus saja berbunyi.
"Andara, itu bunyi apa di dalam kamarmu?" Nenek yang mendengar suara panggilan di dalam kamar, langsung mengatakannya kepada Andara.
"Oh, iya. Makasih ya, Nek."
"Iya."
Andara melihat ponsel dan membaca pesan dari Bara. Ternyata pemuda itu ingin bertemu di Taman Bunga, tidak jauh dari rumah Andara.
Tanpa pikir panjang, Andara pun langsung meminta izin kepada nenek untuk menuju tempat yang Bara sebutkan.
Andara berlari sekuat tenaga agar tidak terlambat dan berharap masih bisa bertemu dengan Bara sekali lagi.
Matanya yang bulat besar, terus mencari keberadaan Bara. Sementara mulutnya sedikit terbuka guna membantu untuk mengatur napas yang sudah terengah-engah.
"Andara!" teriak Bara sambil mengangkat tangan kanannya, dari kursi taman yang dikelilingi kembang kertas berwarna-warni.
"Iya, sebentar!"
"Maaf, Andara. Saya mengajakmu bertemu lagi."
"Bara, kamu tidak perlu minta maaf soal ini!"
"Andara," ucap Bara sambil memeluk Andara sangat erat.
Wajah cantik Andara berada tepat di dadda Bara. Saat itu, Andara dapat merasakan detak jantung yang kuat dari kekasihnya.
"Andara, apa kamu menyesal bersama saya? Karena setelah ini, hanya akan ada siksaan akibat rindu."
“Tidak."
"Hanya begitu saja jawabnya?" Bara terdengar kecewa. Sepertinya ia ingin banyak kalimat keluar dari mulut Andara.
"Menurut saya, takdir kali ini sangat indah. Iya ... takdir yang indah adalah ketika saya dipertemukan dengan laki-laki baik seperti kamu, Bara.”
"Benarkah? Lalu bagaimana jika keadaan membuat semuanya berbeda?"
"Mungkin saya harus memutar memori kenangan itu sangat kuat, hingga kamu sadar, lalu kembali mengingat dan pulang sebagai seorang Bara ke dalam pelukan saya."
"Teruslah keras hati dan teguh pendirian seperti ini, Andara! Sebab, saya sangat membutuhkannya. Kesetiaan kamu adalah ketenangan bagi saya."
"Heeemh."
"Kamu adalah cinta pertama dan saya ingin kamu jugalah yang menjadi tujuan akhir di dalam hidup saya. Jangan tanya kenapa? Saya juga tidak mengerti. Ini semua sangat membingungkan dan kenapa datangnya sangat terlambat?"
"Bara."
"Jika saya melakukan kesalahan, tolong dimaafkan saja! Jangan diperpanjang, apalagi sampai membuat kamu menangis." Andara menganggukkan kepala di dalam pelukan Bara.
"Kamu juga harus pandai menjaga kesehatan dan semua hal baik yang harusnya terjadi di dalam kehidupanmu. Saya juga akan berusaha untuk mendapatkan beasiswa supaya bisa membantu biaya kuliah kamu. Saya sangat ingin jarak dan waktu ini, tidak menjadi penghalang untuk hubungan kita. Kamu bisa kan, Andara?"
"Iya, Bara. Itu terdengar mudah," jawab Andara yang sebenarnya diselimuti ketakutan.
"Jika saya tidak sempat menghubungi kamu, mohon jangan curiga! Pasti saya sedang sangat sibuk karena jika tidak, saya juga mana mungkin bisa tanpa kamu. Nanti saya juga akan mengajakmu jalan-jalan secara visual dengan video call. Setelah kita menikah nanti, saya akan menjadwalkan tempat bulan madu untuk kita di sana." Bara mengoceh tanpa henti.
"Bara, tenanglah! Semuanya akan baik-baik saja. Tenang, Sayang!"
"Katakan sekali lagi!"
"Tenanglah, Sayang," ucap Andara sekali lagi seraya menambah eratkan pelukannya kepada Bara.
"Saya ingin sekali banyak bicara dan mengatakan segalanya, Andara. Saya tidak bisa tidur semalaman, saya tidak enak makan, bahkan saya sulit sekali untuk tersenyum. Magic kamu sangat kuat hingga berhasil membolak-balikan perasaan dan isi kepala saya."
"Saya tidak melakukannya, Bara," elak Andara yang sempat berpikir bahwa Bara ingin mengatakan kepadanya, bahwa ia menjadi seperti ini akibat ulah ilmu hitam yang Andara berikan atau kirimkan atas namanya.
"Jika kamu tidak melakukannya, berarti Tuhan lah yang memberikannya untuk saya," sahut Bara yang mampu memberikan ketenangan kembali kepada Andara.
Bara melepaskan pelukannya dan memutuskan untuk menikmati tatapan mata Andara yang indah. Mata pertama yang membuat seorang Bara Basil jatuh cinta.
"Saya bisa melihat keyakinan di dalam matamu. Jangan bertanya! Karena saya lebih kuat daripada kamu, Andara."
"Bara," ucap Andara dengan bulir-bulir air mata yang terlihat menggenang di dalam kedua bola matanya. Lalu Andara memilih untuk menunduk.
Bara mengangkat wajah Andara yang tertunduk dengan menggerakkan jari telunjuknya, agar dapat melihat wajah Andara hingga puas.
Bara tahu ini sudah waktunya untuk pergi. Tapi sebelum langkahnya menjauh, ia kembali memberikan ciuman hangat pada bibir Andara yang merah dan bergetar.
"Saya pasti akan sangat merindukan kamu, Andara."
"Apalagi saya, Bara. Kamu adalah satu-satunya. Entah ke mana akan saya buang air mata ini setiap harinya?"
"Jangan pernah menyerah! Sebab, saya akan membayar semuanya dengan kehangatan cinta yang tidak pernah bisa kamu bayangkan sebelumnya."
Andara tersenyum dan ia merasa dewasa. "Bara ... ."
Cup
"Saya sangat mencintai kamu, Andara." Namun kali ini, Andara tidak lagi menjawab ungkapan hati Bara terhadap dirinya.
Sebab, bibir Andara terasa sangat berat dan terus bergetar. Sehingga ia memilih untuk diam, demi menjaga ketenangan hati Bara.
Bersambung.