Pemuasan (21+)

1062 Words
Kemudian, Ken menarik tubuh Rika hingga tegak berdiri, dua tangan menahan semua tangan Rika untuk dibawa ke atas kepala pinknya, lalu mulut Ken rakus menyesap put1ng pink yang sedari tadi telah menggoda, tanpa peduli apakah Rika akan protes atau tidak.  "Slurpphh... sllrrpphh... eerllmmpphh..." Decapan dari Tuan Muda menggema di ruang lembab tersebut, menandakan betapa bersemangat sang pelaku.   Lumat, sedot, hisap, lomot. Semua dilakukan Ken sebagai bentuk tergila-gilanya dia pada opp4i Rika. Semua opp4i yang pernah ia jamah sebelum ini serasa raib tak berbekas di memori otak Ken. Seolah, opp4i Rika adalah satu-satunya dan pertama baginya.   Untuk memudahkan aksinya, Ken membawa tangan Rika ke belakang tubuh si gadis yang sekaligus ia pepet ke tembok di situ sambil tetap berdiri di dalam bathtub. Dengan begitu, ia lebih leluasa menikmati opp4i kenyal Rika.   Ken tak peduli. Tak peduli jika ini disebut p3l3c3h4n atau apalah. Ia hanya sedang mengungkapkan perasaan dan apa yang mendesak di otaknya. Rika telah membuatnya menjadi majikan m3sum. Yah, walau sebelumnya sudah m3sum sih, tapi ini lebih dari itu.   Salahkan Rika! Salahkan Rika!   Tentu saja perilaku tiba-tiba majikannya membuat Rika amat terkejut. Bukankah tugasnya hanya menyabuni semua bagian tubuh Ken tanpa adanya perlakuan khusus lagi?   Sudah dibilang untuk tahan sebentar, kan? Tapi, sepertinya seorang lelaki macam Ken apalagi batang kebangaannya itu seolah distimulasi secara tak langsung, kontan saja bereaksi sedemikian rupa.   "Nnhhh... Yamette... a-ahhh... K-Ken-sama... mmhh~" Rika gigit bibir bawahnya cukup kuat, menahan suara desah yang pasti akan mengudara akibat jamahan mulut nakal pria muda bermarga Fujisaki tersebut.   Rika berusaha berontak dalam pepetan Ken. Ini benar-benar terpepet, dimana tubuh seksi Rika antara dinding kamar mandi dan juga tubuh maskulin lelaki tersebut.   "Ken...sa-samma—ngahh~"   Put1ngnya membengkak dalam balutan mulut Ken. Yang pasti akan terasa nyeri kembali usai ini. Dan si4l4nnya, Rika tersentak tiba-tiba kala tak sengaja perut bawahnya menyentuh sesuatu yang terasa kenyal.   P3n1s Ken. Astaga!   Yah, wajar sih karena perbedaan tinggi. Meski Ken itu lebih muda 5 tahun dari Rika tapi tubuhnya sudah seperti lelaki dewasa. Tinggi, berisi. Hot. Nona muda itu sendiri malah sebaliknya—masih seperti anak SMA saja.   Gadis Tadashi sontak busurkan d4danya tatkala mulut Ken dengan semangat menghisap lomot put1ng miliknya, seolah-olah ia adalah bayi yang tengah mendamba ASI—meski tak akan ada yang bakal keluar, sih.   Dan... berontakan Rika tersebut nampaknya sedikit disesali oleh si empu nama. Pasalnya, benda yang menggantung di sel4ngk4ng4n Ken itu selalu tersentuh tiap kali ia bergerak.   Rasanya seperti makan buah simalakama saja. Diam salah, berontak juga salah.   Ken tambah ter4ngsang mendengar lenguhan erotis Rika. Mulutnya makin liar. "Oummccphh! Ermmcpphh! Aahmmmhh!"   Dan disebabkan dia yang lebih tinggi beberapa puluh centi dari Rika, p3n1s tuan muda bisa tepat mengenai sel4ngkangan Rika ketika Ken sedang merunduk.   Tuan Muda Ken menggerakkan pinggul sehingga p3n1s itu terus mengusap pangkal paha sang gadis.   Ingin mencoba kenikmatan lainnya, Ken pun menghentikan jajahan mulut pada put1ng Rika. Berdiri agak menekuk kaki dan tetap menahan tangan Rika di belakang sambil pepet tubuh si Pinky seperti sebelumnya, Ken memasukkan p3n1s ke sela-sela pangkal paha Rika.   "Rapatkan kakimu dan jepit p3n1sku di antara pahamu, sayank. Itu kalau kau masih ingin per4wan," bisik Ken nakal di depan wajah Rika.   Setelahnya, Ken bergerak maju mundur menggesekkan p3n1s tegang tersebut ke bibir luar kewanitaan Rika, tidak sampai masuk v4gin4. Hanya menggesek saja sambil dijepit paha dalam Rika.   "Urrghh... kimochii... kimochii, Rika... Rika-chan kau juga merasa enak, kan?" Suara mendayu Ken namun bermuatan kemesuman akut menggema di ruang lembab itu bersahutan dengan bunyi tabrakan paha Ken dan Rika.   Dan tentunya Rika juga menyumbangkan suara er0tisnya, kan?   Apalagi tuan p3nis lama-kelamaan menggesek kl1toris dengan posisi demikian. Tenang saja, Rika... keperawananmu masih aman, kok. Semoga....   Tak ada pilihan lain selain menurut, oke? Jadi jangan berpikir jika Rika juga... menginginkan hal demikian. Ia masih sayang keperawanannya, tentu saja.   "Nghhh... anhh... nhh... aahh~" Rika gelengkan kepalanya seolah ia adalah makhluk tsundere (lain di mulut, lain di hati) yang tengah berhadapan dengan seorang pria m3sum. Bagaimana bisa mengatakan 'tidak' disaat dirinya sendiri sangat menikmati betul gesekan p3n1s sang majikan?   Tentunya sensasi permukaan kenyal namun tegang  p3n1s  Ken terasa nikmat kala menggesek mutiara mungil spesialnya.  Berkali-kali Rika menahan diri untuk tak membuka kaki atau seringaian Ken semakin menjadi-jadi.   "K-Kimochi... anghh~" Tanpa sadar sama sekali, mulut Rika menyerah, lantas mengudarakan sahutannya. Dan tentu meski hanya berbisik, tapi Ken bisa mendengar dari jarak seintens itu.   Rasanya setiap kenikmatan yang Rika rasakan sekarang membuat kakinya gemetar dan... basah. Lalu pasrah.   Pemberontakan yang Rika lakukan sudah berhenti. Ia nampak tenang, sesekali gerakkan pinggul seolah merespon atas tindakan Ken pada bagian intim dari kewanitaannya.   Ken mengabadikan semua pemandangan itu dengan matanya untuk dia save and lock di otak. Iya, otak m3sumnya.   Rika yang terpejam sambil mendesah membuka mulutnya, wajah merah ranum, opp4i berayun indah, Ahh... benar-benar pemandangan surga.   "Rika! Rika-chan! Ermgh! Rika-chan!" Ken terus menyuarakan nama sang gadis karena ia hampir sampai di limitnya.   GREPP! !   Akhirnya Ken memeluk erat Rika, melepaskan cekalan di pergelangan tangan Rika sambil dirinya bergerak makin cepat. Dadanya menekan d**a m0nt0k Rika dan pinggulnya bergerak seirama dengan si Pinky.   "Rika-chan! Rika-chan! Sasugaa (hebat)! Sasugaa! Orrgghhh... yes... yes...! Hampir... hampir sayank... mana bibirmu..." racun Ken sambil dongakkan dagu Rika dan raup bibir di depannya.   "Hoummcchh... oummchh... kimoc—mmcchh..." Mulut rakus Ken melumat bibir nona Pinky seolah sebagai pelampiasan atas lib1do yang terus merayap naik.   Setelah kepala Rika patuh mendongak tanpa perlu ditahan, tangan Ken pun turun untuk meremas opp4i Rika dari gerakan lembut ke kuat, dan tak lupa menggoda put1ng merah muda tersebut.   Rika sendiri patuh tanpa sadar. Tangan yang sudah bebas tadi bukannya ia gunakan untuk mendorong tubuh Ken, namun mengalungkannya pada leher pria muda tersebut. "Mmchh... ahhmch... nghmmh~" Dengan berani, Rika membalas lumatan bibir Ken sedang pinggulnya semakin intens mengikuti gerakan p3n1s Ken.   Rika remas rambut belakang sang majikan kala merasa jika ia juga merasa hampir di batas limit.   V4gin4 nona Pinky sudah basah sejak tadi. Kl1tor1snya juga nampak membengkak akibat gesekan nikmat  p3n1s  kebanggaan Ken. Ia ingat seberapa besar ukurannya karena tadi sempat memegang dengan dua tangan langsung, lho!   "Ehmmch... aahhgmch... hhhmmh...." D4d4 Rika naik turun. Napasnya semakin memberat, lebih cepat dari ketika dia bernafas normal biasanya.   Tatkala merasa semakin mencapai limit, Rika buka kakinya dan jauhkan wajah hingga cumbuan bibir keduanya berhenti.   "Mmhaanghhh~" Kala si nona muda itu o*****e, matanya terpejam erat menyembunyikan sepasang iris biru gelap miliknya. Tubuh Rika gemetar sesudah pasca org4sm3 seraya berbisik amat pelan, "Hhh... Ki-Kimochiii~ urgh..."   ===BERSAMBUNG===  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD