Berbelanja

1200 Words
Dua gadis itu sudah berada di sebuah Mal besar menggunakan taksi online. Ye Xuan sampai menatap takjub pada apapun yang ada di sekitarnya. Ia tidak pernah menemui bangunan sebesar dan seramai Mal di jaman dia. Meskipun ada Paviliun Yuan Besar yang menjual berbagai barang antik, namun tidak sebesar Mal.   Bahkan suasana hiruk pikuk Mal tidak pernah dia temui di Paviliun Yuan. Suasana riuh ini hanya bisa disamai dengan acara besar di kerajaan jika Raja mengadakan perjamuan akbar untuk memperingati ulang tahunnya atau peringatan besar lainnya.   Namun, tetap saja masih meriah Mal.   Berbagai festival di jaman Ye Xuan juga meriah dan penuh suasana hiruk pikuk, namun itu di tempat terbuka, dan Mal ini merupakan bangunan tertutup. Jelas berbeda level.   "Fei, ayo!" Lan menggaet lengan Fei dan menyeret Ye Xuan ke arah toko pakaian. Ye Xuan kembali merasakan debaran jantung yang cepat dikarenakan d**a Lan menekan lengannya.   Ye Xuan meneguk ludahnya berulang-ulang. Apakah para gadis biasa melakukan hal begini? Mungkin ini memang sesuatu yang biasa di jaman ini. Dia juga melihat banyak pasangan pria dan wanita yang berpapasan dengannya, mereka saling bergandengan mesra dan ada juga yang memeluk lengan pasangannya seperti halnya Lan saat ini.   Ye Xuan jadi mempelajari budaya jaman ini. Maka, ia pun menahan dirinya dan berusaha bersikap tenang ketika Lan memeluk lengan dia bagai sepasang kekasih.   Mereka sampai di sebuah toko pakaian perempuan. Lan berkali-kali menyodorkan pakaian trendi ke Ye Xuan. Fei ikut bicara dari ruang jiwa jika ada yang dia tidak setujui.   Ye Xuan menggeleng jika pakaian yang disodorkan Lan ditolak oleh Fei dari ruang jiwa. Tangan Ye Xuan meraih celana jins. Lan hanya bisa mendesah pasrah sahabatnya masih saja berselera kuno dan bersahaja. Lan memilihkan celana jins yang bermodel trendi lalu meminta pegawai toko mencarikan ukuran untuk tubuh Fei.   Sembari menunggu, Ye Xuan meraih kaos oblong biasa bergambar bintang yang dihiasi glitter. Fei mengatakan dia suka itu, makanya meminta Ye Xuan mengambilnya.   Lan melihat pilihan kaos di tangan Ye Xuan dan mendesah. "Apa harus kaos membosankan seperti melulu yang kau pakai? Kapan kau lebih upgrade dalam berbusana, Fei?"   Lan tak mau tau. Ia menyeret Ye Xuan ke bagian kaos-kaos yang berpotongan keren dan trendi. "Oke, aku tau kau tak suka memperlihatkan dadamu yang seksi itu, nah ini ada kaos-kaos keren yang menutupi d**a. Pilih yang mana kau suka."   Ye Xuan sebenarnya setuju dengan Lan. Ia memilih kaos yang di mata dia paling keren dan terlihat mahal. Ketika dia menyodorkan kaos itu ke Lan, mata Lan terbelalak ketika melihat harga yang tercantum.   "Fei, kau serius memilih yang ini? Apa kau bawa uang banyak?" tanya Lan sembari berbisik agar tidak terdengar pegawai toko yang ada di dekat mereka. Sungguh akan memalukan jika nanti mereka pergi ke kasir dan ternyata uangnya kurang.   Ye Xuan mengangguk. "Tenang saja, aku ada banyak uang di tasku." Ia membuka tasnya dan memperlihatkan isinya pada Lan.   Sang sahabat terpekik tertahan melihat onggokan uang merah yang masih terikat di sana. "F-Fei! itu uang dari mana?! Kenapa bisa sebanyak itu?!"   Dengan arahan Fei, Ye Xuan menjawab, "Itu... itu uang warisan orang tuaku untukku. Kebetulan aku punya simpanan tabungan itu di kamar bibi dan aku mengambilnya tanpa dia tau."   "Bagus! Bagus, Fei! Kau hebat karena melakukan itu! Aku bangga padamu!" Lan acungkan ibu jarinya penuh semangat ke Ye Xuan.   Ye Xuan ingin tertawa namun ia tahan. Bagaimana bisa Lan menyetujui tindakan Fei yang mengambil sesuatu secara diam-diam dari orang lain? Tapi setelah dia mengingat itu dari bibinya, maka Ye Xuan merasa baik-baik saja pada ucapan Lan.   Maka, tak berapa lama, mereka sudah menenteng tiga tas karton berisi belasan pakaian.   "Ayo sekalian kita beli sepatu dan tas untukmu!" saran Lan penuh nada riang. Lan sangat tau seperti apa barang-barang yang dimiliki Fei. Dia juga tau semua baju Fei dari bibinya adalah dari pasar loak pakaian bekas. Begitu juga dengan sepatu dan tas. Semuanya barang buruk bekas pakai orang antah berantah.   Terkadang Lan membelikan Fei baju yang lebih layak dan baru, namun jika ketahuan bibi, maka akan dibuang begitu saja tanpa perduli Fei akan menangis sedih. Sejak itu, Fei melarang Lan membelikan apapun untuknya jika akhirnya harus teronggok di tong sampah.   "Ingat, Fei. Baju-baju dan semua belanjaan kita hari ini, kau harus simpan yang benar di lemarimu. Selalu kunci lemari kamu, jangan sampai ketahuan bibi sialanmu itu, oke?! Mengerti?!" Lan menatap tajam Fei. Yang dia tau, Fei ini sangat rendah diri dan takut pada keluarga bibinya.   "Jangan khawatir, Lan. Mereka takkan bisa mengetahui apapun yang kita beli hari ini." Ye Xuan tersenyum pada Lan sehingga gadis berkacamata itu pun lega.   "Ingatlah untuk memakai baju barumu di dalam baju biasamu agar bibi kamu tidak mengetahuinya, dan nanti kalau sudah di luar, kau bisa menggantinya dengan baju barumu." Lan masih memberikan nasehat.   "Iya, aku tau itu, Lan. Terima kasih atas nasehat dan perhatianmu selama ini pada F-padaku." Ye Xuan hampir saja menyebut nama Fei. Pasti akan aneh jika dia memanggil nama sang pemilik tubuh di depan sahabatnya, bukan?   "Ah, kamu ini!" Lan menepuk lengan Fei. "Seperti dengan siapa saja, ihh!"   Menjelang sore hari, mereka sampai di rumah bibi. Kedua tangan mereka penuh akan barang belanjaan untuk Fei. Meski banyak berbelanja, namun itu semua tidak menghabiskan satu ikatan uang merah tersebut, dengan arti... total belanjaan Ye Xuan tidak mencapai sepuluh juta. Hanya setengah lebih sedikit dari itu.   Lan menatap puas ke tumpukan karton belanjaan yang sudah diletakkan di kursi ruang tengah. "Ingat pesanku, Fei, sembunyikan dengan baik mereka semua. Pakai diam-diam saat kamu di luar. Oke?"   Ye Xuan tersenyum dan menjawab, "Baiklah, kau tak perlu khawatir mengenai itu, Lan. Terima kasih sudah menemaniku berbelanja hari ini."   "Hei, bagaimana kalau kita menyantap roti tart yang aku bawa? Aku sudah menyimpannya di lemari es sebelum kita pergi belanja tadi." Lan segera saja berlari kecil ke lemari es yang ada di dapur untuk mengeluarkan roti tart di dalam sana.   Ye Xuan ikut membantu dengan mengambil dua piring kecil serta sendok dan membawanya ke ruang tengah karena Lan ingin makan di sana sambil menonton televisi.   Lan sibuk memotong-motong roti tart menjadi bagian yang tidak terlalu besar ataupun kecil. Kemudian menyerahkan satu potongan yang sudah ditempatkan di piring kecil ke Ye Xuan. Lalu, dia mengambil bagian untuk dirinya sendiri.   Setelah itu, Lan menyalakan televisi di depan sana dan mencari saluran yang dia suka. "Wah! Drama ini sudah tayang!" Ia berseru ketika melihat tayangan drama Korea muncul di layar. Rupanya dia sengaja memilih saluran yang hanya menampilkan drama Korea saja sepanjang waktu.   Ye Xuan tidak berkomentar dan hanya diam mengamati. Dia menjadi pendengar setia dari segala celotehan Lan mengenai drama itu.   "Tuh lihat! Aku ingin beli baju seperti dia!" Lan menunjuk penuh antusias ke layar ketika di drama itu muncul salah satu tokoh utama wanita yang memakai pakaian bagus dan memikat. "Fei, kau juga harus punya baju seperti itu! Hei, ternyata nyaman sekali jika tidak ada keluarga bibimu, yah! Hm... semoga mereka lama berlibur sehingga aku bisa bebas datang ke sini dan kita bisa bebas pergi jalan-jalan!"   "Jalan-jalan?" Ye Xuan tertarik. "Ide itu cukup bagus juga, Lan! Aku ingin jalan-jalan! Kapan?"   Lan agak terkejut dengan antusiasme sahabatnya mengenai jalan-jalan. Tidak biasanya Fei bersemangat ingin jalan-jalan. Namun, jika teringat bagaimana Fei bagai gadis pasungan sang bibi, Lan jadi memaklumi Fei yang sangat berminat untuk pergi jalan-jalan.   "Oke, besok pagi aku ke sini lagi, kita akan jalan-jalan sampai puas!" Lan menepukkan telapak tangannya seolah dia begitu senang menemukan ide brilian, meski itu hanya sebuah rencana jalan-jalan saja.   Ye Xuan mengangguk. Ia tak sabar ingin mengetahui dunia luar di jaman ini.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD