Di sebuah kafe yang nyaman di kawasan Fitzroy, Sophia sedang menikmati cappuccino-nya sambil berbincang dengan dua sahabatnya, Ashley dan Deina. Pagi menjelang siang ini, mereka merencanakan sebuah piknik yang akan diadakan pada hari Minggu berikutnya. Suasana kafe yang hangat dan aroma kopi yang menyegarkan membuat obrolan mereka semakin seru di saat baru saja bubaran kelas dengan Prof Dunan tadi.
"Jadi beneran kita mau piknik? Mau di mana , girls?" tanya Sophia sambil menatap kedua sahabatnya.
Ini pembicaraan mereka yang kesekian kali soal piknik dalam dua bulan ini dan sama sekali belum pernah terealisasi, ada saja halangannya.
"Aku tadi sempat kepikiran Carlton Gardens. Tempatnya luas, dan pemandangannya bagus," jawab Ashley.
Deina mengangguk setuju. "Iya, Carlton Gardens bagus. Ada banyak spot foto yang keren juga. Gimana menurutmu, Soph?"
"Menarik."
"Nah kan, Selain itu kita bisa mampir ke Melbourne Museum yang nggak jauh dari sana," kata Ashley sambil tersenyum lebar, dia memang penyuka museum dan itu membuat Sophi dan Deina saling berpandangan, ide museum tidak menarik buat mereka.
"What? Pasti kalian tidak mau," sahut Ashley sambil tertawa. Dia sudah tahu tanggapan kedua temannya karena memang Ashley belum pernah berhasil mengajak mereka ke Museum.
"Bagus kalau kamu paham itu, fix Carlton saja ya."
Carlton Gardens memang tempat yang sempurna untuk piknik, dengan taman yang hijau dan suasana yang tenang, apalagi sekarang musim panas, sangat bagus untuk mereka menjemur kulit pucat mereka dibawah terik matahari.
"Terus, kita bawa makanan apa aja nih? Aku bisa bawa sandwich dan salad," kata Deina.
"Aku bawa buah-buahan dan kue - kue kecil," tambah Ashley.
Sophia berpikir sejenak. "Aku bawa Jus buah dan soda, hmm ... sama beberapa camilan tambahan. Jangan lupa bawa alas duduk juga ya."
"Biar aku yang bawa karpet piknik," sahut Deina lagi.
"Perfect!"
Percakapan mereka terhenti ketika Ervin, teman sekelas mereka, tiba - tiba muncul dan bergabung dengan mereka. "Hey, kalian lagi ngobrolin apa nih?" tanyanya sambil duduk di kursi kosong di samping Sophi.
"Kami lagi rencana mau piknik di Carlton Gardens hari Minggu nanti," jawab Sophia.
"Wah, cool! Aku boleh ikut gabung dengan kalian?" tanya Ervin dengan antusias.
Sophia, Ashley, dan Deina saling berpandangan, sedikit ragu. "Hmm, sebenarnya ini rencana cewek - cewek aja, Erv. Jadi tidak ada cowok yang diundang," kata Sophia dengan hati-hati.
Ervin terlihat sedikit kecewa, tapi dia tidak menyerah begitu saja. "Tapi kalau aku ajak teman - teman cowok lainnya, pasti lebih ramai dan seru, kan? Aku bisa ajak John atau Mike... hmmm mungkin juga Ryan."
Sophia menghela napas. "Erv, ini bukan soal ramai atau tidak. Kami cuma pengen quality time bertiga, girls day out, kamu ngerti kan?"
Ervin hampir menyerah.
"Ya, aku ngerti. Tapi serius nih, tidak boleh sama sekali?" tanya Ervin dengan nada memohon dan wajah yang dibikin mengenaskan, tapi tetap saja gagal.
Ashley dan Deina menatap Sophia, berharap dia yang mengambil keputusan. Sophia mengangguk pelan. "Maaf, Erv. Mungkin lain kali, ya."
Ervin menghela nafas pendek, mencoba menerima keputusan itu. "Oke, no problem."
Dia mencomot keripik kentang yang ada di meja para sahabatnya itu," O By the way, Soph, kamu sudah tahu ya kalau Arjuna sudah mulai kerja di tempatku?"
Sophia menatap Ervin. "Iya, aku sudah tahu dari Juna langsung. Tapi terimakasih sudah kasih tahu lagi."
Ashley dan Deina langsung penasaran. "Eh, Arjuna siapa, Soph?" tanya Deina.
"Panggilannya Juna, itu temanku yang sekarang kerja di tempatnya Ervin," jawab Sophia tanpa menjelaskan kalau Juna itu temannya dimana.
"Ya ... Sophi membawa Juna ke Burger's Kitchen," tambah Ervin.
"Namanya asing, dia laki - laki atau perempuan??" tanya Ashley penasaran.
"Laki - laki, dia bukan orang sini, tapi pendatang dari Indonesia," jawab Sophia.
Deina tersenyum lebar. "Benarkah. Kamu tidak cerita punya kenalan orang Indonesia."
"Aku lupa, tidak menarik juga untuk diceritakan."
"Kenapa kita tidak ajak dia juga ke piknik kita, Soph? Boleh kami kenalan dengan Juna?"
Deina ini yang pernah cerita ke Sophi kalau Bali itu bagus, sebenarnya dia juga bilang kalau pria - pria disana juga tampan - tampan, tapi bagian ini tidak Sophia katakan pada Juna waktu itu. Makanya sekarang Deina sangat antusias ketika mendengar Juna adalah pria dari tempat yang namanya Indonesia.
Sophia sedikit ragu. "Hmm, Kita kan sudah sepakat kalau ini rencana cewek - cewek..."
"Ayolah, ini momen yang tepat kita mengenal pria Indonesia, bener nggak, Ash?" tambah Deina.
Ashley mengangguk setuju. "Iya, Soph. Kayaknya seru kalau ada Juna. Ayo ajak dia," Ashley ikut - ikutan penasaran.
Kini malah Ervin terlihat cemberut.
"Tadi kalian menolakku, sekarang karena Juna pria Indonesia kalian malah mau mengajaknya, pilih kasih!"
"Aku penasaran, kamu boleh ikut menemani dia, Erv, iya kan Soph?" tanya Deina.
Sophia merasa sedikit terdesak, tapi sebelum dia bisa menjawab, Ervin sudah menyela. "Baiklah kalau kalian memaksa."
"Siapa yang memaksa?" tanya Sophi heran dengan kalimat Ervin.
"Kami," sahut Ashley dan Deina cepat.
Sophia kalah,
"Yah, kalau kalian semua setuju aku bisa bilang apa? Kamu boleh ajak Juna, Erv," kata Sophia akhirnya menyerah.
"Yeay! Pasti seru nih," kata Deina dengan semangat.
Setelah memutuskan untuk mengajak Juna, mereka mulai membicarakan persiapan piknik dengan lebih detail ke Ervin Mereka memastikan sekali lagi soal makanan apa saja yang akan dibawa, aktivitas yang akan dilakukan, dan jam berapa mereka akan berkumpul.
"Aku bawa bir," ucap Ervin.
"No beer, please," sahut Sophia cepat.
"Owh oke."
Suasana kafe semakin hangat dengan obrolan dan sedikit canda mereka.
"Jadi, kita kumpul jam berapa nih? Aku usul jam delapan pagi aja, biar tidak terlalu panas," kata Deina.
"Setuju. Jam delpan pagi di Carlton Gardens, ya," jawab Sophia.
Mereka kemudian melanjutkan obrolan tentang rencana belajar, strategi menghadapi tugas - tugas kuliah, dan bagaimana cara mengatur waktu agar tetap bisa bekerja dan bersenang-senang meskipun banyak tugas kuliah.
Setelah beberapa lama, mereka memutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka karena semua akan kembali bekerja menjelang jam makan siang ini.
"Sebentar lagi lunch time, aku harus segera kembali," ucap Ervin yang duluan berdiri.
"Aku juga, Jack bisa kesal kalau aku terlambat kembali. Oke girls, kita ketemu lagi hari Minggu di Carlton Gardens, ya," kata Sophia sambil ikut berdiri.
"Siap! Aku tidak sabar buat piknik," jawab Ashley dengan semangat.
Deina mengangguk. "Aku juga. Sampai ketemu hari Minggu!"
Mereka semua berpelukan sebelum berpisah, kecuali dengan Ervin ya. Hari itu, mereka merasa lebih dekat dan semakin bersemangat untuk menjalani minggu yang akan datang, dengan piknik yang telah direncanakan.
***
Sore sudah tiba dan Burger's Kitchen baru saja selesai melayani pelanggan terakhirnya. Lampu neon di depan restoran mulai redup, menandakan bahwa tempat tersebut sudah saatnya tutup. Para karyawan sibuk membersihkan meja, menyapu lantai, dan memastikan segala sesuatunya siap untuk hari esok. Ervin dan Juna sedang mengelap meja sambil sesekali berbincang ringan.
"Selesai juga hari ini. Capek, ya?" kata Juna sambil meregangkan badannya.
"Bukannya setiap hari kita selalu begini? Ya kamu baru hari ke dua disini, masih semangat," jawab Ervin dengan senyum.
"Tapi semalam badanku babak belur rasanya, pulang dari sini aku masih ke tempat teman - temanku, kami nongkrong sampai jam sepuluh malam, pas bangun tadi pagi rasanya tulang punggung dan kaki ku patah semua."
Ervin tertawa,"Jangan berlebihan."
Juna ikut tertawa walau apa yang dikatakannya itu benar.
Setelah memastikan semua sudah beres, mereka berdua duduk di salah satu meja yang sudah bersih, mengambil nafas dan menikmati sejenak keheningan restoran yang biasanya ramai. Satu persatu karyawan pamit pulang. Ervin, yang dari tadi menyimpan cerita tentang rencana piknik, akhirnya membuka pembicaraan setelah semua beres dan mereka akan menikmati makanan gratis hari ini.
"Bro, aku ada cerita."
"Cerita apa?" tanya Juna yang kini memilih burger untuk makan sorenya, sambil mendengarkan Ervin, dia mulai membuka kertas pembungkus burger yang masih hangat itu.
" Jadi tadi aku ketemu Sophia dan teman-temannya, Ashley dan Deina di kafe dekat kampus. Mereka lagi rencana mau piknik hari Minggu nanti di Carlton Gardens."
Juna menoleh dengan antusias. "Wah, seru tuh. Pasti, kamu diajak kan?"
"Awalnya tidak, mereka rencana buat girls day out, cuma cewek - cewek aja. Tapi aku berhasil bujuk mereka biar aku bisa ikut," kata Ervin sambil tersenyum bangga.
Juna tersenyum kecil. "Hebat juga kamu bisa bujuk mereka. Tapi, gimana ceritanya bisa sampai begitu, apa kamu akan jadi satu - satunya pria disana?"
"Kalaupun sampai aku jadi satu - satunya pria disana, aku juga tidak keberatan, sayangnya mereka yang keberatan."
Juna terkekeh lagi.
Ervin menceritakan dengan detail bagaimana dia mencoba meyakinkan Sophia dan teman-temannya untuk mengizinkan dia ikut, dan bagaimana akhirnya mereka setuju karena penasaran ingin mengenal Juna.
"Jadi, mereka setuju ajak kamu karena mereka ingin kenalan sama aku?" tanya Juna sambil tertawa kecil.
"Iya, benar. Mereka penasaran sama kamu, dan Sophia cerita kalau kamu adalah temannya yang sekarang kerja bareng aku. Mereka jadi ingin tahu lebih banyak," jawab Ervin.
"Apa anehnya kalau ada teman Sophi yang kerja sama kamu?"
"Karena kamu berasal dari Indonesia, mungkin Deina dan Ashley tertarik dengan pria Asia."
"Apa menariknya, sama saja."
"Ya terserahlah apa menariknya, aku juga tidak tahu. Tapi gara - gara itu aku boleh ikut."
Juna mengangguk-angguk. "Oke, kalau begitu aku ikut. Tapi, bagaimana dengan David? Dia tidak marah kita ikut ke acara pacarnya?"
Ervin menatap Juna, mencoba meyakinkan. "Tidak usah khawatir soal itu. Sophia yang memutuskan untuk tidak mengajak David karena ini awalnya rencana girls day out. Jadi, itu keputusan Sophia, bukan kita. Lagipula, David pasti ngerti kok."
Juna terlihat sedikit ragu, tetapi dia mempercayai Ervin. "Ya, semoga aja David ngerti. Aku cuma nggak mau ada masalah karena ini. Kamu sendiri yang bilang dia pencemburu."
Ervin menepuk bahu Juna dengan yakin. "Tenang aja, tidak akan ada masalah. Kita cuma ikut buat bersenang-senang. Lagipula, kapan lagi kita bisa piknik sama mereka?"
Juna tersenyum. "Kamu benar juga. Aku senang bisa ikut. Carlton Gardens pasti keren buat piknik."
"Betul. Ini bakal jadi hari yang seru," kata Ervin dengan semangat.
Mereka melanjutkan pembicaraan tentang apa saja soal pekerjaan mereka tadi karena Juna baru diajarkan soal cleaning, besok akan ada pelajaran lainnya. Ervin senang mengajarkan Juna karena gampang menerima.
"O iya, bro, Sophia bilang kita kumpul jam delapan pagi. Jangan sampai telat ya, bro," kata Ervin mengingatkan lagi soal piknik.
"Pasti. Nanti aku bawa beberapa snack juga," balas Juna.
"Jangan merepotkan, biar saja wanita- wanita itu ... aku dengar mereka sudah membawa banyak makanan."
"Owh, oke."
Obrolan mereka terus berlanjut sampai setengah jam. kemudian, dan akhirnya mereka berdua menyadari bahwa hari sudah semakin sore.
"Udah sore nih, kita pulang yuk, besok masih kerja lagi," kata Ervin sambil berdiri.
"Yup, ayo. Sampai ketemu besok ya," jawab Juna sambil merapikan tas ranselnya.
"Pastikan kamu langsung pulang supaya tulang - tulang mu tidak patah - patah lagi," ledek Ervin.
"Hahaha...ya ...ya, aku tidak ada janji sama siapapun, aku mau pulang dan tidur," jawab Juna.
Mereka berjalan keluar dari Burger's Kitchen, menikmati udara menjelang malam Melbourne. Dengan semangat dan antusiasme, mereka meninggalkan restoran.
Mereka berpisah diujung jalan ke arah yang berbeda.
" See you tomorrow Erv."
"See you ...bye."
Juna melangkahkan kaki sambil tersenyum, tapi dia sendiri tidak tahu senyum untuk apa, semua hanya reflek saja.