PROLOG

999 Words
Kisah yang bikin senyum-senyum pengin jungkir balik ala Nathan dan Febi belum berakhir. Bagaimana seorang Nathan akan menghadapi gadis manisnya yang terbawa pergaulan ala anak-anak kuliahan? Gadisnya menjadi semakin nakal dan menggemaskan. Pengin tahu kelanjutan kisah mereka seperti apa? Kalian bisa baca kelanjutan kisah mereka di sini.... So, jangan lupa klik love sebelum baca buat masukin cerita ini ke library ya!   ^^Cuplikan^^   "Febi mau nonton di bioskop, Dit ...," rengek Febi sedari tadi kepada Nathan. "Setelah aku selesai, kita pergi nonton film yang kamu mau, hmm," ucap Nathan lembut masih dengan mata yang terfokus ke depan, satu tangannya terangkat untuk mengusap rambut panjang Febi. "Ih, Febi nggak ngajakin Adit. Febi mau pergi sama teman," ucap Febi membuatnya mendapat lirikan sekilas dari Nathan. "Aku nggak izinin," ucap Nathan singkat, mencoba mengacuhkan gadis itu. "Ih, Febi mau pergi ...," rengek Febi tiada henti. "Perbaiki bagian terakhirnya, saya tidak suka dengan idenya. Ubah itu! Aku ingin melihat ide segar kalian!" Nathan menatap para karyawannya datar. "Ih, Adit ngacangin Febi!" teriak Febi dengan suara keras. "Babe," lirih Nathan menatap Febi lelah, mencoba untuk bersabar dengan tingkah gadisnya yang semakin hiperaktif dan tentu saja semakin banyak bicara. "Iya, sayangnya Febi," ucap Febi menatap Nathan dengan senyuman termanisnya, dan jangan lupakan kedua matanya yang mengedip-ngedipkan dengan lucu. Nathan menahan senyumnya dan mengusap lembut pipi Febi. "What you want, hmm?" tanya Nathan lembut. "Febi mau nonton sama Caca. Boleh, ya," bujuk Febi dengan manjanya sambil memeluk lengan Nathan. Nathan tersenyum membuat Febi ikut tersenyum manis. "Boleh, ‘kan?" tanya Febi antusias. "Nggak," ucap Nathan dan kembali terfokus pada layar proyektor di depannya. Ya, layar proyektor. Nathan sedang dalam rapat dengan para karyawannya saat ini, tapi lihat bagaimana tingkah gadisnya saat ini. Astaga... Febi berdiri dari duduknya dengan kesal, melepaskan pelukannya pada lengan Nathan dengan kasar. "Pokoknya Febi mau nonton sama Caca!" ucapnya dengan wajah memberengut. Dengan gerak cepat Febi mengecup pipi Nathan dan berlari ke luar ruangan rapat secepat kilat. Nathan membelalakkan matanya kaget. Apa-apaan itu? "Bye, Adit!" teriak Febi diakhiri dengan cekikikan senang. "SAYANG!!!" teriak Nathan menggema di ruang rapat sunyi ini. Para karyawan hanya menatap bosnya dengan menahan senyumnya, sangat lucu melihat drama percintaan mereka yang hampir setiap hari terjadi. Mereka senang jika wanita dari bosnya itu ada di sini, setidaknya Nathan tidak akan setegas dan sedatar biasanya jika wanitanya berada di sampingnya. "Kenapa kalian senyum-senyum? Ada yang lucu?" Deg! Ah ... mereka lupa jika wanita dari bos mereka sudah pergi. "Saya tidak suka dengan idenya, ulangi semua dari awal," ucap Nathan menatap karyawannya dengan tajam. "Tapi tadi Bapak bilang hanya bagian akhirnya saja," lirih salah satu dari mereka takut-takut. "Oh, kamu melawan saya?" tanya Nathan tajam. "Ti-tidak, Pak."   ---   Begitu rapat selesai, Nathan ke luar dengan wajah kusutnya, menatap Rio yang sedang berdiri di depan pintu ruangannya. "Ini buku yang tuan minta untuk tugas kuliah Tuan Muda," ucap Rio memberikan Buku Ensiklopedia kepada Nathan. Nathan menghela napas pelan dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Kau sudah meminta mereka mengikuti gadisku, bukan?" tanya Nathan menatap Rio dengan wajah serius. Rio tersenyum kecil. "Saya sudah memerintahkan bodyguard untuk mengikuti Nona Febi, Tuan," ucap Rio. "Berapa?" "Empat. Sesuai perintah, Tuan Muda," ucap Rio tersenyum kecil. "Bagus. Katakan untuk tidak ketahuan, dia bisa mencak-mencak lagi jika tahu bodyguard masih mengikutinya," ucap Nathan tersenyum kecil. Membayangkan wajah kesal gadisnya kemarin begitu mendengar Nathan yang sedang bertelefon ria dengan Rio, meminta bodyguard untuk memata-matai setiap aktivitasnya. "Nona tidak terlalu peka dengan keadaan sekitarnya, Tuan. Nona tidak akan sadar jika sedang dikawal," ucap Rio sopan. "Ya, gadis nakal itu ...," lirih Nathan yang malah dibuat khawatir dengan perkataan Rio. Posisinya yang saat ini menggantikan kakeknya membuat para rival bisnis yang pernah dijatuhkan kakeknya dahulu berbalik ingin menjatuhkannya. Dan Nathan terlalu kokoh untuk mereka jatuhkan begitu saja, dan tentu saja pada akhirnya mereka mencoba untuk mencari kelemahannya. Nathan berharap mereka tidak benar-benar bisa mengusik bahkan menjangkau kelemahannya, gadisnya.   ---   Kelemahannya yang saat ini begitu nakal dan hiperaktif. Begitu sering membangkang dan tidak takut lagi untuk mencibir Nathan secara terang-terangan. Febi masih tetap polos dan manis. Tapi teman-teman dalam lingkungannya saat ini membuatnya terbawa. Bisa saja Nathan menjauhkan teman-teman yang berdampak negatif itu dan mengurung gadisnya untuk selalu di sampingnya. Namun, apa dia setega itu? Gadis itu baru saja merasakan bagaimana rasanya mempunyai teman seperti saat ini. Belum lagi kehebohan mereka pagi itu.   ^^Flashback On^^   "Adit." "Iya, Sayang?" tanya Nathan menatap gadisnya yang memakan pancake-nya dengan lahap. "Febi kemarin ditembak sama kak Dave." Nathan yang sedang mengupas Apel untuk Febi langsung melotot tajam kepada insan yang ada di hadapannya kini. "APA?! Terus kamu jawab apa?" tanya Nathan cepat. "Febi belum jawab, sih," ucap Febi masih tetap fokus memakan pancake-nya. "Kok belum dijawab?!" tanya Nathan tidak sabaran. "Kok Adit ngegas?!" bentak Febi tak suka. Lihat? Gadisnya menjadi begitu pembangkang dan lebih berani menjawabnya. "Ya, kamu harusnya udah bisa langsung jawab, dong," ucap Nathan tak habis pikir. "Kan Febi mau tanya Adit dulu," ucap Febi membuat Nathan menghembuskan napasnya kasar. "Kamu punya tunangan, dan itu aku," ucap Nathan menunjuk dirinya sendiri. "Jadi?" tanya Febi menatap Nathan santai. Nathan mengacak rambutnya kasar. "Jadi, ya kamu harusnya langsung tolak, Babe." Nathan tak habis pikir dengan gadisnya ini. "Tapi kata teman Febi, tunangan belum tentu nikah juga. Jadi, Febi disuruh nerima kak Dave," ucap Febi membuat Nathan hampir mengumpat. Nathan benar-benar akan mencekik satu-satu teman gadisnya. Berani-beraninya mengotori otak polos gadisnya. Lihat? Betapa buruk pergaulan gadisnya saat ini. "Siapa yang bilang gitu, hah?!" tanya Nathan emosi. "Kata teman Febi, sih," ucap Febi sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oke, kalau kamu nggak percaya sama aku, kita nikah minggu depan!" ucap Nathan penuh ambisi. "Apaan nikah-nikah?" ucap Kevin dari arah belakang Nathan. Kevin dan Bayu datang menjemput Febi untuk berangkat kuliah bersama. "Bodo amat! Undang tuh semua yang ngomong gue nggak bakal nikahin Febi, gue sumpel mulutnya satu-satu!" bentak Nathan. "Lah, ngegas dia," ucap Bayu mencomot roti tawar di meja dengan santai dan mengolesinya dengan selai strawberry. "Jangan makan!" ucap Nathan menarik roti tawar di tangan Bayu. "Elah apaan, dah. Pelit bener, udah jadi pemimpin perusahaan masih aja kikir," cibir Kevin. "Kalian harusnya jagain Febi! Gue udah bilang jagain yang bener. Kenapa masih ada yang deketin cewek gue, hah!" semprot Nathan pada Kevin. "Lah, kok jadi gue?" tanya Kevin bingung. "Lah, cewek lo cantik mau gimana kita jagainnya juga masih aja dideketin cowok," ucap Bayu dengan santainya. "APA?! KAMU DIDEKETIN SIAPA AJA, YANG!" teriak Nathan memekakkan telinga.   ^^Flashback End^^   Ah, Nathan memang harus segera menikahi gadisnya itu, mengikatnya dengan kuat di sampingnya. TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD