Arafan membukakan pintu untuk keluarganya. Membimbing langkah Hanania yang tampak masih kaget dengan peristiwa tadi. “Kamu baik-baika aja, Nin? Aku ambilin minum, ya,” ujar Arafan setelah membantu Hanania duduk di kursi. Hanania mengangguk. Ia memang perlu menenangkan diri. Tidak seperti adiknya yang tampak biasa saja. “Hira gimana, Ra?” “Masih bobo. Aku pindah dulu di kasur, Mbak.” “Ya. makasih, Ra.” Sementara Abbas langsung mengamati hunian keluarga Arafan ini. Ia berjalan ke arah balkon. Melihat keluar dari ketinggian itu. Apartemen kediaman Arafan memang tergolong sepi dibandingkan kawasan apartemen lain di kota itu. Bagi orang-orang yang mungkin akan melakukan kejahatan kawasan ini sangat ideal. Ia melakukan sedikit analisis. “Kenapa kamu milih apartemen ini, Fan?” tanya Abbas