Arafan hanya bisa terdiam saat mendapati mobil Syara ada di garasi rumah mewah itu. Ia tak pernah menduga situasi semacam ini akan kembali menimpanya. “Baru pulang, Fan?” tanya Syara santai saat melihat sosok Arafan memasuki rumah. Ia baru saja meletakkan bajunya yang terkena dessert hasil lemparan Daisha. Terpaksa ia mengenakan kemeja milik putri konglomerat itu. “Ada urusan apa?” tanya Arafan datar tanpa menjawab pertanyaan Syara terlebih dulu. “Abbas yang minta aku buat nemenin Daisha.” “Baby sitter?” Syara terkekeh. Bagaimana bisa Arafan berpikir seperti itu. “Konseling, psikolog pribadi lebih tepatnya. Arafan tak mampu menimpali lagi. Terlebih saat Syara memilih padanan kata itu untuk menjelaskan