Tetap tegar menghadapi kenyataan menjadi kamuflase yang diambil Hanania. Ia tetap bisa mengguratkan senyum di wajah meski hatinya bersimbah darah. Berpura kuat, terbiasa kuat, akhirnya menjadikan dirinya semakin kuat. Begitu pikirnya. Mobil Dimas membawa rombongan dari pihak Hanania kembali ke apartemen. Meski tak hanya sendiri, di sepanjang perjalanan Hanania memilih diam. Fokus melihat Hira yang terlelap tanpa bermaksud membuka obrolan. Andara dan Dimas pun hanya saling melempar senyum canggung. “Bentar lagi nyampe, Ra,” ujar Dimas. Andara berada di sampingnya. “Ya, Kak.” Dimas membelokkan kemudi, menghentikan tepat di parkiran yang disediakan oleh pengembang. Ia membukakan pintu untuk Andara serta membantu gadis berjilbab itu. Senang sekali bisa sedekat ini dengan adik ipar Arafan.