Festival baru saja dimulai. Di menit pertama kemeriahan berlangsung sudah menyita perhatian dan kualitas semangat para tamu. Sebuah tenda dari kedai makanan berjejer diluar area inti festival berlangsung. Tampak langkah Yoanna tergesa dan berusaha hati-hati menenteng kamera yang ia sewa sekaligus Yoanna berusaha menjaga Shaila dari himpitan orang-orang dalam acara pesta musim dingin berlangsung. Bagi Yoanna ini merupakan hal istimewa karena baru sekitar dua hari Yoanna berada di Jerman tetapi eksotis negara itu secara tidak langsung memberikan sambutan. Yoanna pun tidak mengenal rasa lelah setiap menjawab puluhan pertanyaan dari Shaila, tentang semua yang baru dilihat karena Shaila termasuk anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Arloji di tangan sudah menunjukkan hari sudah mulai siang, Yoanna memilah tempat yang akan ia ambil sebagai objek. Dan hanya berkisar dua menit Yoanna terpana akan situasi di mana orang dan icon sebuah festival saling menyatu seperti sejarah dan masanya.
"Mbak, jagaian Shaila ya bentar." Yoanna tergesa namun masih menyempatkan diri untuk berjongkok menyamai wajah Shaila.
"Sayang," Yoanna membelai rambut hitam Shaila. "Bunda sama tante Superman ke sana bentar ya, Shaila disini sama mbak!"
Shaila menggeleng sampai merenggut tengkuk Yoanna untuk di peluk. Tapi karena melihat sebuah tenda yang menjual banyak boneka akhirnya Shaila luluh dan memilih mengajak Kima ke arah kiri di mana Yoanna juga tidak jauh dari sana.
Di tempat kerumunan orang Yoanna menerjang. Ia dan Thalita merebut posisi dari jumlah orang yang sedang menikmati pesta mereka dan Yoanna memilih menaiki sebuah batas jalan dan lapangan. Saking bernafsunya Yoanna terhadap keramaian dan memang itu merupakan targetnya mengambil gambar, Yoanna sama sekali tidak sadar jika ada seseorang yang sudah mencuri wajahnya melalui kamera. Yoanna tetap asyik dengan kegiatan pemotretan, sesekali Yoanna mengambil potret untuk mengetahui ekspresi orang dengan acara festival.
Bentuk keasyikan Yoanna terperangkap oleh kamera pengintai dari dalam ruangan khusus di mana Jee seketika mengenali wajah Yoanna. Saat itu Jee menyuruh anak buahnya memblokir akses keluar para pengunjung dengan bertujuan agar Jee tidak kehilangan jejak Yoanna. Dan karena Jee merasa pengawasan melalui kamera saja tidak cukup, Jee berlari keluar menuju ke tempat Yoanna.
Tidak peduli dengan teriakan Lucky karena saat ini Jee kehilangan cara berpikir yang pasti, Jee tetap melanjutkan langkahnya ke kerumunan orang sambil mendongak agar penglihatan Jee berhasil menangkap Yoanna. Dan sedikit geram Jee terus menanggapi ponsel yang bergetar karena sebuah panggilan dari Yasmin.
"Ada apa Mi?" balas Jee seakan ingin segera mengakhiri panggilan.
"Gimana sih kamu nggak kasih ijin Aloysia ke acara festival? Kamu nggak hargain Mami banget sih ninggalin Aloysia ke Berlin?" cetus Yasmin dari panggilan nirkabel.
Ah sial! Tidak penting. "Nanti aku telefon lagi ya, aku ada urusan penting. Dah... I love you Mami."
Jee menonaktifkan ponselnya karena tidak ada satupun orang berhasil mengganggunya kali ini. Dari kejauhan sebuah pertunjukkan akrobatik Jee memasang waspada lagi dan masih mencari-cari di mana Yoanna berdiri. Jee mengitari area khusus hiburan namun tetap gagal menemukan Yoanna, lalu Jee kembali berjalan sambil menyerobot keramaian yang saat itu teriakan orang-orang menambah rasa gelisah. Sampai di menit berikutnya Jee masih tidak menemukan Yoanna tetapi Jee bukan orang yang menyerahkan harapan begitu saja, sampai akhirnya usaha menemukan hasil dan Jee melihat wanita dengan rambut sebahu itu tengah bersenang-senang dengan suasana.
Lima puluh meter dari tempat Yoanna berdiri dan masih asyik dengan bidikan kamera Jee merasa menemukan sesuatu yang selama ini telah hilang. Senyum dari bibir tipis tanpa polesan lipstik, alis tebal dengan tatapan tajam seorang Yoanna, wajah Asia yang selama ini mengganggu pikiran Jee. Kali ini melepas pemilik lentera bukan takdir lagi karena Jee langsung berlari agar Yoanna tidak dapat lepas lagi, tetapi langkah Jee rusak saat tidak sengaja Jee menabrak gadis cilik. Seakan ingin memaki dirinya sendiri namun Jee memapah tubuh Shaila.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Jee dengan bahasa asalnya.
Shaila mengusap-usap siku terasa nyeri karena terbentur, Shaila ingin menangis tetapi terlalu takut saat Jee memperhatikannya.
"Apa ada yang terluka? Kau baik-baik saja kan?" Jee kembali menoleh ke arah Yoanna namun tidak tega meninggalkan Shaila. "Katakan padaku Sweety apa kau baik-baik saja?"
Tentang Yoanna terlupakan saat Jee menangkap mata Shaila terus mengeksplor wajahnya. Jee meneliti kening bahkan hampir seluruh anggota tubuh Shaila untuk memastikan tidak ada luka sedikit pun. "Kau sendiri hm? Mana ibu mu? Jangan takut Sweety, paman bukan orang jahat! Paman akan membantu mu mencari ibu mu, kau tersesat ya?"
Pertanyaan Jee tidak terjawab satu pun karena Shaila tidak mengerti apa yang Jee bicarakan. Tetapi mata Shaila mulai berkaca-kaca dan menoleh ke sepenjuru arah mencari anggota keluarga.
Mungkin Jee harus menggunakan cara lain sehingga Jee mulai bersikap tenang saat Shaila mulai menangis. "Hei, jangan takut Sweety! Paman bukan orang jahat, katakan saja kepada Paman apa kau merasakan sakit? Atau kau ingin sesuatu hm? Jangan menangis sayang!"
Pertama kalinya Jee menemukan tatapan seolah mendekap batin. Masalah Yoanna tidak lagi membangun ambisi dalam diri Jee karena gadis mungil yang hanya bisa mengusap wajah cantiknya sudah menyita semua pikiran. Aneh. Jee merasa tenang di dekat Shaila sampai tangan Jee berusaha melindungi dan mendekap Shaila.
"B... Bunda..." rintih Shaila menggigit ibu jari.
Apa yang dikatakan Shaila dapat menjawab pertanyaan Jee. Setelah memahami bahasa Indonesia yang diucapkan, Jee melepas pelukan lalu mengusap titik air mata Shaila dengan ibu jarinya.
"Oh Om nggak tau kalau kamu nggak ngerti bahasa Om," belas kasih Jee tertuang saat Shaila benar-benar mengulang kembali panggilan 'bunda'.
"Memangnya Bunda ke mana hm? Kamu tersesat ya? Jangan takut, ada Om sayang!" bujuk Jee agar Shaila berhenti menangis.
Cuma mengambil waktu untuk melupakan ke mana Yoanna rupanya Jee lebih tertarik kepada Shaila. Langkah Jee memberi rayuan dan iming-iming sebuah mainan tetapi Shaila tetap menolak tapi dengan gigih Jee membujuk, sampai akhirnya kedua mata Shaila mengarah pada boneka leopard terpajang di sebuah tenda penjual boneka.
Bukan menerima justru Shaila masih menyimpan rasa takut kepada Jee. Tapi mata dan warna indah boneka besar di tangan Jee membuat Shaila terus meratap ingin dimengerti tanpa ucapan. Sampai rayuan terakhir Jee dengan menyurukkan boneka ke leher Shaila mengukir senyum di wajah keduanya, Shaila mulai akrab karena bujukan Jee yang menarik.
"Sekarang kita kenalan!" Jee menyodorkan tangan. "Aku Om..."
"Om Superman." sambar Shaila memotong ucapan Jee.
Kedua alis Jee saling menaut. "Em... Om Superman? Ah, oke itu nggak masalah sayang! Sekarang kamu bilang siapa nama Bunda kamu hm?"
Shaila teringat dan lagi-lagi mencari di mana Yoanna dan yang lain. Tetapi keramaian seakan sepi karena Shaila merasa takut ditinggal sendiri.
"Hei, siapa nama Bunda kamu? Biar Om bantu cari sayang."
"Y... Yo...." samar Shaila berusaha menerangkan tetapi terhenti begitu saja.
Lalu Jee bangkit untuk membawa Shaila ke tempat paling aman tetapi dari kejauhan teriakan Kima membuat Shaila menjerit. Sontak semua orang memandang ke arah Jee dan Shaila.
"Non," Kima merebut Shaila dari tangan Jee. "Non nggak apa-apa kan? Maaf ya Non, saking asyiknya liat atraksi mbak jadi ninggalin non Shaila."
Dari semua arah mata para pengunjung memandangi Jee. Itu menyadarkan Jee jika semua orang tengah menghakimi. "Hei! Apa yang kau lihat huh? Aku buka p*****l!"
Saat Jee akan pergi tiba-tiba tangan Shila menyentuh lengan Jee. "Terima kasih Om Superman."
Superman. Tokoh superhero terkenal pada masanya yang seketika Jee ingin kembali memeluk Shaila, tetapi Jee harus menemukan keberadaan Yoanna hingga akhirnya tangan Jee bersenda dengan wajah Shaila saja sebentar.
[...]
Matahari mulai menggenang pada warna keemasan langit Berlin. Hampir semua pengunjung merasa lelah karena harus menunggu antrian di pintu keluar. Tidak ada satu pun wanita yang bisa keluar dengan percuma sebelum melalui petugas yang tidak lain adalah orang suruhan Jee. Ribuan wanita muda mengantri menunggu giliran saat petugas memastikan struktur yang sama di sketsa wajah Yoanna.
Rasa lelah sudah mengendap di pikiran dan tenaga. Yoanna sengaja menghibur Shaila dan Yoanna nampak sadar dengan boneka leopard besar di pelukan Shaila.
"Bunda boleh tanya sesuatu?" sangat hati-hati Yoanna mengajak bicara Shaila.
"Tanya apa Bunda?" warna emas pada mata boneka selalu menjadi favorit Shaila.
Yoanna ikut serta membelai mata boneka. "Kamu dapet boneka ini dari siapa sayang?"
"Dari Om Superman." lantang Shaila menjawab tanpa beban.
Karena antrian masih panjang Yoanna menyibukkan diri tentang 'Om Superman' dari mulut Shaila. Setidaknya memang anak kecil selalu berimajinasi, itu dalam pikiran Yoanna.
"Om Superman nya baik banget Bunda, dia juga gendong Shaila loh!" senyum Shaila terpatri mengungkapkan tentang Jee.
Tidak! Yoanna segera menarik Shaila ke pelukannya. "Tapi kamu nggak diapa-apain kan sayang?"
Shaila menggeleng namun Yoanna tetap khawatir. "Dengerin Bunda! Jangan mau nerima pemberian dari orang lain yang tidak kamu nggak kenal!"
"Memangnya kenapa Bunda? Om Superman nggak jahat kok, dia suka nolongin orang."
Tidak bisa ditolerir oleh pikiran Yoanna yang mulai khawatir. Tanpa menyikapi aturan antrian yang memang saat itu sangat panjang Yoanna meminta Thalita mencari jalan keluar darurat. Sampai akhirnya Kima memberi ide di mana ada gerbang rusak dan bisa dilalui dengan cara menerobos paksa.
Memasang waspada tugas Yoanna agar semuanya lebih dulu pergi dari kerumunan orang. Yoanna berprasangka terhadap pria yang dibicarakan Shaila adalah seorang penculik. Jadi antrian panjang terpaksa Yoanna tinggalkan, namun aksinya kepergok oleh penjaga dan seketika orang suruhan Jee mengejar.
Dari balkon tempat Jee menginap dan tidak jauh dari area festival, dari sanalah Jee memperhatikan jika Yoanna berhasil lolos dari anak buahnya. Sedikit geram Jee menerima kegagalan dari usaha untuk mencari pemilik inisial Y pada lentera. Namun Jee berhasil menghafal plat nomor dari mobil yang di sewa oleh Yoanna.
"Gagal Jee," tegur Lucky setengah ingin tertawa namun tidak juga ia merasa senang.
Jee meradang. Tapi apa yang harus diperbuat karena waktu memang begitu kejam karena telah membebaskan Yoanna, apa yang Jee lakukan terhalang lagi oleh situasi namun Jee segera memerintahkan anak buahnya mencari tempat di mana Yoanna menyewa mobil.