Senyuman manis Atala tak henti-hentinya pudar, senyumnya terus saja mengembang dengan sempurna. Bagaimana ia tidak bahagia dan terus saja tersenyum, jika saat ini ia tengah menikmati hari libur kerjanya dengan berkencan dengan kekasihnya yang telah ia pacari selama setahun lamanya.
"Yakin gak mau bonekanya? Bagus loh." Ucap Galang, pria tampan dengan sejuta pesona dan hati yang mulia. Atala menggeleng untuk kesekian kalinya, beberapa kali Galang menawarinya membeli beberapa benda yang di anggap wanita lain sebagai kebutuhan dan juga hobi, Atala yang di tawari justru terus saja menolaknya.
"Kenapa?"
"Aku gak suka boneka, Lang. Aku sukanya sama kamu." Jawab Atala dengan dengan nada suara yang riang, terdengar seperti bahan bercandaan namun Atala mengatakannya dengan tulus dari dalam hati. Ia tidak membutuhkan apa pun, termasuk benda-benda yang di tawari Galang untuk ia belikan untuknya. Di beri kesempatan berpacaran dengan Galang saja ia sudah bahagia bukan main. Galang adalah pria pertama yang membuat hatinya bergetar, membuatnya selalu saja memikirkannya sepanjang waktu dan satu-satu pria yang bisa menerima segala kekurangan yang ia miliki.
"Gimana kalo aku gak suka sama kamu?" Tanya Galang dengan raut wajah yang di buat seserius mungkin untuk menggoda sang kekasih.
"Kalo kamu gak suka sama aku, kenapa kamu pacarin aku?" Tanya Atala dengan nada bicara yang sedikit kesal, bahkan ke dua tangannya saat ini sudah ia lipat di d**a, menatap tajam ke arah sang kekasih.
Galang terkekeh pelan, Atala cantiknya ini benar-benar sangat sensitif dengan pertanyaan yang seperti itu. Dengan gemas Galang mengacak pucuk kepala Atala dengan pelan lalu mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.
"Aku cuma bercanda kok, aku suka sama kamu."
"Cuma sekedar suka?" Sinis Atala masih dengan kepura-puraannya merajuk.
Galang memanyunkan bibirnya sembari bergumam pelan, pura-pura berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menjawabnya. "Gak cuma suka sih, tapi juga sayang. Cinta juga bahkan." Balasnya dengan jujur yang sukses membuat raut wajah Atala berubah seketika. Senyuman manis gadis itu kembali merekah dengan sempurna lalu dengan bahagia ia memeluk erat tubuh jangkung Galang yang di balas pelukan tak kalah erat oleh Galang.
"Kamu gak laper? Makan yuk!" Ajak Galang dan Atala hanya mengangguk menyahutinya. Ia akan ikut kemanapun Galang akan pergi hari ini, sangat jarang bagi mereka untuk menghabiskan waktu berdua dan seromantis ini. Atala adalah orang yang sibuk, sibuk kuliah dan juga sibuk bekerja paruh waktu di sebuah mini market. Atala yang bukan berasal dari keluarga yang berada, harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Ayahnya yang hanya bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji sedang, hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan juga biaya sekolah sang adik. Atala bahkan saat ini tengah di pusingkan mengurus hutang yang di pinjam ayahnya dari seorang rentenir.
Setahun yang lalu, saat ia baru saja masuk kuliah, ia di bebankan oleh beberapa uang registrasi dan lain sebagainya. Saat itu ia belum memiliki pekerjaan, sedangkan ke dua orang tuanya terus saja mendesaknya untuk melanjutkan kuliah dengan harapan suatu saat nanti gelar sarjananya bisa bermanfaat untuk memperbaiki kehidupan mereka yang serba kekurangan. Alhasil, sang ayah terpaksa meminjam uang pada rentenir dengan jumlah yang lumayan, dan selama setahun ini mereka sedikit demi sedikit mulai menyicil hutang tersebut. Dan sialnya lagi, para rentenir tersebut justru memanfaatkan mereka, mereka terus saja menaikan bunga uang yang mereka pinjam. Dasar tidak punya hati.
"Kok bengong? Katanya mau makan. Mau makan apa?" Tubuh Atala sedikit tersentak saat tiba-tiba Galang melepaskan pelukannya lalu menyentuh ke dua pipinya dengan telapak tangannya. Memikirkan hutang membuat sedikit frustrasi dan juga terdiam untuk beberapa saat.
"Maaf," cicit Atala sembari tersenyum kecil. "Mau makan apa aja, aku ngikut kamu." Jawabnya atas pertanyaan Galang barusan.
"Gini aja deh, kamu lagi pengen makan apa gitu. Nanti aku beliin, ayo sebutin. Makanan apa saja yang ingin kamu makan?" Tanya Galang dengan ramah.
Atala tersenyum sebentar lalu mulai berpikir. Sebenarnya ada banyak makanan yang ingin ia santap. Beberapa makanan yang mungkin harganya lumayan mahal. Tapi ia terlalu gengsi untuk mengatakannya pada Galang saat ini. Lagi pula, saat ia tengah kencan dengan Galang dan menyantap makanan enak ia selalu memikirkan keluarganya di rumah. Bagaimana mungkin ia makan enak dengan kekasihnya, sedangkan keluarganya hanya menyantap makanan sederhana dan juga terasa biasa. Sedikit tidak adil.
"Gak tau mau makan apa," balas Atala mulai tidak mood saat membahas tentang makanan.
"Ya udah kalo kayak gitu, aku aja yang pilih makanan. Gimana kalo kita makan burger aja? Mau?" Tanya Galang dengan senang yang langsung di balas Atala dengan sebuah anggukan kepala yang singkat.
Galang mengenggam erat tangan Atala lalu mulai berjalan bersama menyusuri mall untuk mencari stan makanan yang mereka cari.
Setah berkeliling selama 10 menit, akhirnya mereka menemukan tempat penjual burger. Mereka berdua saat ini tengah duduk berhadapan di meja makan yang sudah di sediakan sembari berbincang ria mengenai beberapa hal. Hingga akhirnya pesanan mereka datang dan akhirnya mereka mulai menikmati menu makan siang mereka dengan lahap.
"Makannya jangan belepotan." Ucap Galang sembari membersihkan ujung bibir Atala yang belepotan dengan saos sambal. Atala yang mendapatkan perhatian romantis itu hanya bisa tersenyum malu-malu, dan senyuman malu-malu Atala benar-benar sangat sukses membuat Galang gemas. Andai saja ini bukan di tempat umum, sudah di pastikan Galang sudah mengecup bibir mungil Atala dengan nafsu.
Bicara soal kecup mengecup, Atala dan Galang belum pernah berciuman selama pacaran, kecupan mereka hanya sebatas cium kening dan juga pipi. Belum berani hingga melakukan adegan kissing. Sebab itu, malam ini usai berkencan dengan Atala dan mengantarkan gadis itu pulang, ia berencana ingin mengecup bibir Atala untuk mengambil ciuman pertama gadisnya tersebut. Memikirkan hal itu terjadi saja sudah membuat Galang senyam-senyum tidak jelas.
"Kamu kenapa?" Tanya Atala merasa ada yang aneh dengan senyuman sang kekasih. Galang menggeleng. "Gak papa kok."
Drtt..... Drrrtt......
Ponsel Atala bergetar, reflek ia langsung menaruh burger yang sudah ia santap separuh di atas meja lalu merogoh tas selempang yang ia letakkan di atas meja untuk mengambil benda pipih yang sedari tadi terus bergetar tersebut.
Nama sang Mama terpampang jelas di layar kaca.
"Siapa?" Tanya Galang dengan penasaran. Atala yang tak ingin membuat kekasihnya berpikir yang tidak-tidak langsung menunjukkan layar ponselnya. "Mama kamu?" Tanya Galang usai membaca nama sang penelpon di layar kaca. "Ya udah cepetan angkat. Siapa tau penting." Atala hanya mengangguk lalu menggeser ikon bundar berwarna hijau untuk mengangkat panggilan.
"Halo, Mah." Sapa Atala dengan santai.
Suara isakan kecil dari Mamanya mulai terdengar, membuat Atala langsung bangkit dari duduknya dan memasang ekspresi panik.
"Mah, Mama kenapa?" Tanya Atala dengan panik, Galang yang awalnya santai menyantap makanan juga mulai ikutan panik.
"Mama kamu kenapa?"
"Mah! Jawab Atala mah, Mama kenapa?"
"Atala, cepat pulang sekarang. Ayah kamu lagi di pukulin sama rentenir karena bulan ini gak bisa bayar cicilan."
"Tunggu Atala ya mah, Atala bakal pulang sekarang. Mama hati-hati, jangan adek ya mah. Atala tutup dulu."
Panggilan terputus, dengan tergesa-gesa Atala mengambil tas selempang yang sedari tadi tergeletak di atas meja lalu berlari meninggalkan Galang yang tengah kebingungan dengan apa yang terjadi.
"ATALA! ADA APA?!" suara teriakan Galang tak mempan membuat Atala menghentikan langkahnya, gadis itu bahkan melupakannya karena terlalu terburu-buru.
Galang mengejar Atala usai membayar semua menu yang ia pesan untuk makan siangnya dengan Atala, tapi sialnya ia sudah tidak bisa melihat Atala lagi di mana-mana. Acara kencan mereka hari ini di akhiri dengan cara yang sangat menyebalkan. Dan hal itu sukses membuat mood Galang langsung buruk seketika. Bahkan saat Galang mencoba menelpon Atala, gadis itu mengabaikan panggilannya beberapa kali.
"Sialan!"