Dia benar-benar tidak berusaha menyentuhku, tidak mencoba menunjukkan d******i dan auranya. Usaha yang cukup bagus agar aku tidak semakin marah padanya. Di kamar ini dia juga tidak berusaha menggangguku yang melakukan survei untuk membeli tanah. Aku harus mewujudkan mimpiku setelah mimpi bersama Jack hancur. Tok tok tok. Pintu terbuka, aku melihatnya membawa sampanye dan dua gelas. Dia tersenyum tipis, sungguh mengundang seseorang untuk mencicipi bibirnya. "Mau menemaniku? " Aku meletakkan telepon dan bulpen yang ada di jariku. Albert dan sampanye nampak seperti perpaduan sempurna untuk menghabiskan malam ini. Tidak mungkin aku menolak godaan sempurna itu. Barang kali perpaduan indah itu bisa mengembalikan mood gairahku yang terluka. "Kau merayuku dengan minuman? " tanyaku. Dia meng