Mad.

1007 Words
Albert mengangkat pantatku dengan tangannya, membawaku dengan lengannya. Aku menyukai otot Albert yang keras dan terlatih. Membuat tanganku gatal untuk meraih lehernya, merasakan telapak tanganku menelusuri bahunya. Mereka berisi bisep yang terbentuk sempurna. Siapa yang menyangka jika di balik jas buatan tangan yang dirancang khusus untuk Albert tersembunyi tubuh indah yang memukau. Sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian wanita dari kartu kredit dan tas atau sepatu bermerk yang biasanya membuat kami menggila. Jadi tidak salah aku datang ke kantor ini. Dia memang nama lain dari gravitasi sensual, imaginasi hebat godaan menggiurkan seperti es krim berlumur coklat meleleh yang lezat. Dan aku tidak tahan untuk menikmatinya sekarang. "Kau tidak lagi menangis? " tanya Albert. Matanya yang tajam menatapku sehingga wajahku terpantuk di matanya yang indah. Aku menggelengkan kepala, masih di gendongannya aku kembali menenggelamkan bibirku ke bibir tipis Albert. Mencari ketenangan dari pria yang aku asosiasikan sebagai obat penenang. Bisa ku cium aroma lezat dari mint, kopi dan aroma rempah-rempah dari tubuh maupun bibirnya. Aku sungguh merasa berdosa karena menikmati aroma yang memabukkan bersama dengan bibir lembutnya. Bibir yang menawarkan sebuah ketenangan apapun kondisinya. Di posisi ini aku bisa mendominasi pria ini. Dia tidak bisa berkutik karena harus fokus untuk menggendongku dan tidak menjatuhkanku. Dan akupun menunggu hasil dominasiku yang sempurna tadi. Dia mengeram, suara dalamnya tidak pernah gagal membuatku berimajinasi seperti wanita nakal yang selalu berpikiran kotor. Dia pria yang memang menawarkan semua keindahan dunia. Oh Tuhan, aku ingin sekali jatuh cinta pada pria ini meski dalam kenyataan aku hanya menganggapnya obat penenangku. Aku ingin sekali menghiasi hatiku dengan Albert tanpa ada sisa untuk pria lain. "Kau mengacaukan diriku, Sayang. Seharusnya aku tidak boleh melakukan ini di jam kerjaku. " Dia melepaskan ciuman kami, matanya berkilat menggoda, itu tidak baik untuk kewarasanku sebab aku saat ini ingin mengambil gunting dan merobek semua pakaian konservatif yang menutupinya. Lalu melakukan hal - hal yang menyenangkan dengan tubuhnya. "Aku tidak perduli. Sekarang aku pengangguran yang bisa aku lakukan adalah menggoda suamiku." Sekali lagi aku butuh gunting. "Baiklah, kau menang. Tetapi hanya untuk saat ini," ucapnya. Aku menggelengkan kepala karena tidak sepakat dengan hal itu. Mana mungkin aku melewatkan hal menyenangkan di kantornya. "Tidak, aku tidak sepakat tentang itu. Aku akan datang ketika aku menginginkanmu. Dan kau harus siap kapanpun aku inginkan, " ucapku, sangat egois. "Aku merasa terhormat diinginkan oleh wanita secantik dirimu, Sayang," jawab Albert. Dia memang tidak pernah gagal menyenangkan hatiku. Luar biasa, perasaanku mengalami peningkatan yang cukup bagus. Hanya dengan menciumnya bisa menyapu bersih bayangan Jack dan segala kesakitan yang ia sebabkan di hatiku. Tapi aku masih menginginkan gunting. Aku masih ingin membuat oajaiannya menjadi serpihan kecil. Pasti sangat menenangkan jika itu benar - benar terjadi. Dia mendudukkanku di meja, lalu memperhatikanku. Mata hitamnya menyala dan berkilat, sesuatu yang menjadi pertanda jika dia akan mengadakan sesi investigasi. Ya, dia pria yang sangat ingin tahu, dan aku siap untuk memjawab semua pertanyaannya. "Apa yang terjadi padamu, air mata itu seharusnya tidak tumpah kembali?" Dia bertanya hal membuka kembali rasa sakit di hatiku. Tetapi dia berhak melakukannya. Tentu dalam porsi sebagai suamiku, aku memahaminya rasa ingin taunya. "Aku tadi menyelesaikan kontrak di perusahaan agensi. Tanpa kuduga dia datang dan kembali menjadiku alat untuk keuntungannya, " jawabku. Albert pasti tahu jika yang aku maksud adalah Jack. Siapa lagi yang bisa melakukan semuanya demi uang dan mengorbankanku selain Jack. Aku ingin sekali memberinya tamparan yang bagus di wajahnya agar ia sadar dan otaknya menjadi bwtsih dari hal kotor. "Aku sangat menyedihkan, bukan? Mencintainya selama bertahun-tahun hanya untuk berakhir menjadi pionnya. " "Lupakan dia." Nadanya terdengar memerintah, ada juga nada memohon di dalam suaranya. "Aku sudah berusaha, tetapi bagaimana caranya. Beri tahu aku bagaimana caranya, perasaan ini serasa membunuhku Albert... " Aku bergetar, tanganku meremas pakaian yang tepat di dadaku. Rasa sakit itu mulai kembali ketika dia mencoba membahas Jack. Sangat tidak menyenangkan. "Maafkan aku, bukan maksudku menekanmu. Kau bisa belajar melupakan b******n itu sedikit demi sedikit. " Albert memelukku kembali. Dia benar-benar bertindak sebagai teman yang menyenangkan saat ini. "Terimakasih Albert, aku bersyukur Jack memilihmu sebagai suamiku. Aku tidak menyangka akan sangat bersyukur seperti ini...seolah-olah aku mendapatkan seorang teman. " "Hentikan, " desis Albert. Reaksinya membuatku terkejut. Baru pertama kali aku melihatnya marah. Jiwaku serasa tertarik ke dalam sebuah kegelapan yang mengerikan. "Aku tidak akan pernah menjadi temanmu, aku bisa berperan sebagai suami atau patner se*s-mu. Tetapi tidak untuk menjadi teman. " Dalam kemarahannya ia menyapu bersih dokumen di mejanya. Pria yang tadinya membuatku tenang karena pesonanya telah berubah menjadi mengerikan dengan aura mendominasi yang menindas. "A-aku tidak akan mengatakannya lagi... Ma-maafkan aku, " cicitku. Dia tetap terdiam, amarahnya belum berhenti meskipun aku sudah meminta maaf. "Akh...! " Giginya menembus kulit leherku, itu menyakitkan. Tangannya meraih dagunku sedikit menjepit dan menghadapkan wajahku ke wajahnya. Aku merasakan teror yang luar biasa. "Albert... " Dia melepaskanku kemudian menuju pintu dan menguncinya. Aku sungguh tidak mengenal pria ini. Anggap aku gila, namun aku bersumpah jika ribuan wanita di luar sana akan sependapat denganku. Saat ini __dengan diselubungi aura mendominasi dan menekan itu, Albert menjadi jauh lebih seksi dan mengiurkan. Aku bahkan lebih menginginkannya dari sebelumnya. Apakah aku berubah masokis? "Kau harus di hukum. " Memang itu yang kuinginkan baby. Kemarilah, berikan aku efek obat penenang. Sedari tadi aku mendambakannya, hanya karena tidak ingin mengganggumu yang menahanku tidak melepas pakaianku untuk menggodamu. "Al-albert. " "Oh! " Sial, ini tidak seperti yang aku inginkan. Aku tidak ingin merasakan pengalaman seperti ini. Albert tidak memberiku ketenangan yang menakjubkan. Dia ternyata benar-benar menghukumku dalam arti sebenarnya. Entah apa yang membuat kata teman membuatnya semarah ini. Aku merasa tidak ada yang salah dengan menjalin hubungan pertemanan dengannya. Mengapa ada banyak misteri yang tidak aku ketahui tentang Albert. Tidak ada yang menyukai bertindak sesuatu tanpa tau apapun, hal itu membuatku terlihat bodoh. Nyatanya Albert dengan sukses membuatku seperti itu dengan rahasia sialannya. Dan sekarang aku menjadi korban kebodohannku karena tidak tau apapun tentangnya. "Tidak boleh ada seorangpun yang memanggilku teman, " desisnya. Gerakannya mengingatkanku pada tukang kayu yang mengampelas mebel untuk memperhalus permukaan kayu. Sayangnya itu sebuah siksaan nyata untukku. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD