Suara langkah yang tergesa-gesa terdengar mendekat menuju ke bangsal Debora. Tanpa melihat ke arah pintu aku sudah tahu jika pemilik langkah kaki itu adalah Emely. Sahabatku yang sudah seperti saudaraku. Dia selalu ada untukku dan datang kapanpun aku butuhkan. Hal yang serupa akan aku lakukan untuk Emely. Dia mendatangi ranjang Debora, lebih tepatnya ke arahku. Matanya sembab sebagai pertanda jika dia habis menangis. Aku melihat kekhawatiran di matanya yang indah. "Oh, aku hampir mati karena khawatir. Saat anak orang -orang yang aku kirim tidak bisa masuk restoran, aku segera menghubungi mr Actexi..." jelas Emely. Dia menyayangkan kesalahan bodoh itu. "Ini mengerikan ya Tuhan mengapa aku begitu bodoh menyetujui rencanamu menemui sampah itu," lanjutnya tanpa basa - basi. Dia bahkan tidak