"You can be important to someone but not forever"
>>Laverda<<
Sampai didepan mansion, Verda menelpon seseorang
"Jemput saya di Jl. Subroto no. 45" ucapnya masih dengan isakan
Tak lama datanglah sebuah Alphard hitam dan berhenti didepan Verda. Mobil melaju menuju mansion mewah Verda di Jl. Gatot Kaca
Sesampainya disana, Verda turun dengan mata sembap dan hidung merah.
"Nona, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Kelly kepala maid disini
"Gakpapa kok" ucap Verda
"Oh ya nona, pria itu sudah sadar dan selalu menanyakan nona" ucap Kelly
"Dimana dia?" tanya Verda
"Dikamar nona" jawab Kelly
Verda langsung beranjak menuju kamar tamu dimana pria itu berada
Tok
Tok
Tok
Verda mengetuk pintu kamar itu
"masuk" ucap suara bariton dari dalam sana
Ceklek
Pintu terbuka dan nampaklah pria tampan itu sedang duduk di kasur dan bersandar dengan membaca sebuah majalah
"Maaf, apa saya mengganggu?" tanya Verda hati hati
"Oh, gak. Bahasanya gak usah formal" ucap pria itu datar
Verda berjalan menuju kasur dan duduk disisi kasur
"Gimana kedaan lo? Udah enakan? Udah makan? Udah minum obat?" tanya Verda beruntun membuat pria itu tersenyum tipis
Kelakuan Verda mengingatkannya kepada adiknya yang meninggal dibunuh seseorang yang sampai saat ini masih ia buru
"Gue ok, udah semua kok" ucap pria itu
Verda tersenyum dan mengangguk
"Siapa nama lo?" tanya pria itu
"Laverda Nathania Roland, Verda" ucap Verda sambil mengulurkan tangan dan disambut oleh pria iit
"Theodore Ruzzle, Theo" ucap pria itu tersenyum
"Lo ngingetin gue sama seseorang Lav" ucap Theo
"siapa?" tanya Verda
"Adik gue" jawabnya lirih
"memang adik lo kemana?" tanya Verda
"Meninggal" jawab Theo
"Sorry gue gak bermaksud" ucap Verda menyesal
"Its oke" jawab Theo
"Gini deh, lo boleh anggap gue adik lo" ucap Verda
"Seriously?" tanya Theo dan diangguki Verda
"Makasih Lav, dan sekarang lo adek gue!" ucap Theo
"Iya bang Theo" ucap Verda
"Kamu habis nangis?" tanya Theo
Verda menggeleng
"Cerita sama abang, sekarang kamu kan adik abang. Cerita semuanya, biar abang bisa bantu. Abang akan selalu ada buat kamu, abang janji! Ingat, jangan ada yang disembunyiin dari abang" ucap Theo panjang lebar. Sangat mengejutkan, seorang Theodore Ruzzle sang pembunuh berdarah dingin bersikap hangat
Akhirnya Verda menceritakan semuanya
"Maaf, gara gara abang kamu kena marah" ucap Theo menyesal
"Gakpapa kok, lagian aku gakapapa bang" Theo tersenyum melihat adiknya itu
"Sekarang kamu ceritain semua tentang kamu" ucap Theo
Verda menarik napas dalam dalam
"Aku adalah pemilik LavCorp, papaku Gillbert Roland, mamaku Sanya Roland dan kakakku Bernessa Nayshilla Roland, mama dan kakak benci sama aku, aku gaktau kenapa. Aku punya sahabat namanya Celesta Raquella Zein, aku sekolah di MHS ya walaupun aku udah lulus S2. Dulu, aku ditinggalin semua keluargaku ke London, sejak kelas 6 SD aku tinggal sendiri di mansion Roland bersama maid dan bodyguar. Sampai 3 bulan, papa gak kirimin aku uang lagi dan akhirnya semua pekerja dimansion berhenti. Lalu, aku diberi saran oleh guruku untuk ikut kelas akselerasi. Akhirnya aku lulus S2 pada usia 14 tahun. Dari usia 11 tahun aku udah mulai kerja dan akhirnya berbuah hasil LavCorp" jelas Verda
Theo yang mendengarnya sempat terkejut, ternyata pemilik LavCorp yang mampu berdiri menjadi perusahaan terkaya pertama itu seorang gadis 16 tahun.
"Sekarang abang cerita"
Theo mengangguk
"Jangan benci abang setelah tau" ucap Theo dan diangguki Verda
"Abang seorang mafia" ucap Theo dan membuat Verda terkejut sekaligus antusias dia sangat penasaran dengan dunia gelap itu
"Abang leader Black Blood. Abang pembunuh berdarah dingin, abang orang jahat yang bekerja di dalam kegelapan. Abang juga pemilik RuzzCompany perusahan ditingkat ke-8 dunia. Sekarang abang sedang memburu orang yang sudah menghabisi keluarga abang" ucap Theo
"Abang yang sabar ya, kan disini ada Lav" hibur Verda dan dibalas senyum tulus yang tak pernah ditunjukkan leader BB itu kepada siapapun
"Kan abang leader BB kelompok mafia terkenal didunia, pasti abang bisa rebut kedudukan di kerajaan bisnis dunia, tapi kenapa gak abang lakuin?" tanya Verda
"Abang gak gila kuasa Lav. Kemarin sih sempat ada niatan seperti itu, tapi setelah tau siapa yang punya gak jadi deh" ucap Theo
Verda terkekeh "Untung kita ketemu ya" ucap Verda
"Iyalah. Dan sekarang apapun yang terjadi, abang akan selalu lindungin kamu. Kamu jangan takut, abang selalu dibelakang kamu. Abang akan singkirkan semua orang yang akan melukai kamu. Abang tau, banyak yang mengincar kamu sekarang, tapi sulit karena mereka gaktau kamu" ucap Theo.
"Iya abangg" jawab Verda
"Pinjem ponsel kamu" ucap Theo
Verda mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya kepada Theo
Theo mendial beberapa digit angka yanh tersusun menjadi sebuah nomor disana
"Halo" ucap Theo
"Eh lo The, lo dimana? Gue kira lo udah mati!" ucap suara disebrang sana
"sharelock" ucap Theo
"Siapa bang?" tanya Verda
"Alex, Tangan kanan abang" jawab Theo
"Abang mau pulang?" tanya Verda
"Gak sayang, abang belum pulang kok. Abang suruh Alex kesini buat memperketat penjagaan dimansion kamu karena saat ini kita dalam bahaya" jelas Theo
Verda hanya mengangguk anggukkan kepala
"Maaf nona, didepan ada orang yang ingin masuk" ucap salah seorang boduguard
"Suruh masuk saja, antar keruang tamu" ucap Verda
Verda membantu Theo untuk menuju keruang tamu. Sedangkan disofa ruang tamu, sudah duduk seorang pria tampan berjaket dengan logo tengkorak didada kirinya.
"Ya ampun pak boss, kite nyariin lo. Lo malah ena ena sama cewek cantik disini" ucap Alex yang langsung mendapat delikan tajam dari Theo
"Dia adek gue" ucap Theo
Alex hanya mengangguk tak mengerti
"Alex! Kirim beberapa anggota kesini, perketat keamanan. Mereka masih nyari gue. Dan sekarang Laverda juga dalam bahaya. Ingat! Kalau sampai mereka bisa membobol keamanan, kepala lo taruhannya" ucap Theo
Alex hanya mengangguk dan menelpon beberapa anggota lain
Tak lama datanglah 3 buah jeep yang memasuki area mansion
1 jeep menampung 10 orang dengan shotguns ditangan mereka. Wajah sangar dan badan tinggi tegap sungguh mengerikan
Theo memberi komando kepada 30 anggota dihadapannya
"Lindungi tempat ini! Jangan sampai kebobolan!" perintah Theo
"Siap bos!" seru 30 orang itu dan langsung menyebar kebeberapa penjuru mansion
Akhirnya, ketiga orang itu masuk dan menuju meja makan untuk santap malam. Para maid menyajikan beberapa masakan Italia keatas meja makan. Mereka makan dengan khidmat, hanya ada suara dentingan sendok disana.
Selesai makan, Verda menyuruh seorang maid untuk mengantarkan Alex kekamar tamu. Sebelumnya, Alex akan pulang ke markas namun dicegah oleh Verda. Jika Alex menolak maka lehernya menjadi taruhan oleh Theo
Sedangkan Verda, malam ini ia tidur bersama abang angkatnya. Ia tertidur dengan senyuman dibibirnya karena merasa nyaman dengan dekapan abangnya.