Part 10

550 Words
        Beberapa hari ini, Lola menjadi anak yang penurut. Memang setiap hari dia penurut. Namun bagi Galaksi ini aneh. Biasanya Lola selalu tidak menurut dengannya. Namun entah mengapa seminggu ini rasanya Lola benar-benar menuruti Galaksi. "Lola. Ntar tungguin gua main basket dulu. Baru balik" ujar Galaksi sebelum meninggalkan kantin. Lola mengangguk sembari memakan siomaynya. "Lola udah mulai suka ya sama Galaksi?" tanya Cinta dengan hati-hati. Cinta menunggu jawaban Lola namun, Lola tidak menjawabnya.         Ah, mungkin Lola memang sedang tidak ingin membahas ini. Batin Cinta.         Lola dan Cinta pun masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran di jam berikutnya.         Pelajaran hari ini selesai, Lola berpamitan kepada teman kelasnya untuk ke lapangan. Lola akan menyusul Galaksi untuk menunggunya. "Cinta, Andra, Rama. Lola mau ke lapangan dulu ya" ujar Lola sambil tersenyum kepada mereka. "Iya, Lola hati-hati ya" ujar Rama dan Andra serta Cinta pun mengangguk.         Lola berjalan dengan santainya ke lapangan. Disana sudah terlihat Galaksi, Sony, Ardy, dan juga Agas. Ya mereka memang mengikuti satu kegiatan ekstra kurikuler yang sama yaitu basket. Lola masih menunggu disana dengan keringat yang membanjiri.         Setelah 2 jam, akhirnya Galaksi selesai latihan. Mereka berdua pun menuju ke parkiran untuk mengambil mobil Galaksi.         Mobil Galaksi saat ini telah memasuki jalanan Bandung yang sore ini terlihat macet. Lola mendesah panjang karena kemacetan ini. "Ishhh. Gara-gara Galaksi nih Lola kena macet" ujar Lola dengan bibir mengerucut. "Kok Lo nyalahin gua sih. Ini mah udah takdir" ujar Galaksi dengan sewot.         Pukul 5 sore akhirnya Lola sampai di apartemen nya. Galaksi langsung pulang karena hari sudah sore dan badannya sangat lengket.         Lola memasuki apartemen dengan muka bahagia karena setelah bermacet-macetan ria akhirnya dia bisa sampai ke apartemennya. "Lola" ujar suara berat yang memanggil namanya. Raut wajah Lola yang awalnya bahagia seketika menjadi tersenyum kecut. Mereka nemuin Lola. ujar Lola dalam hati. "Siapa ya ?" tanya Lola kepada sosok jangkung dengan mata sipit. Sosok lelaki yang sama yang dipandangi Lola di handphonenya sewaktu makan bersama Galaksi. "La, please pulang sama Abang ya. Kamu tau kan besok hari apa" ujar cowok itu dengan nada penuh harap. Ya. Dia adalah Leon, kakak kandung Lola yang berusia 1 tahun lebih tuah dari Lola. "Lola mau disini" ujar Lola dengan suara paraunya. "Please, sebulan aja La. Balik ke rumah" ujar Leon dengan penuh harap. Sebulan ? Apa ini cara mereka untuk membunuh Lola secara perlahan. "Lola gabisa" ujar Lola dengan penuh hati-hati. "Kalo gitu seminggu aja La, please. Lo ga kangen sama mama atau papa" ujar Leon yang masih membujuk Lola.         Ngapain Lola kangen sama mereka. Mereka aja ga perduli kan Lola. Pikir Lola. "Tiga hari. Atau ngga sama sekali." putus Lola dengan final. "Oke tiga hari. Makasih la, ayo kita balik sekarang. Mereka lagi nyiapin pesta ulang tahun buat Lo" ujar Leon dengan gembira.         Bukan. Bukan buat Lola. Pasti buat Lula. Batin Lola dengan senyum kecutnya.         Malam ini, Lola dan Leon telah mengendarai mobil Leon menuju ke Jakarta. Ya, Jakarta tempat Lola dibesarkan oleh keluarganya. Sebelum Lola memutuskan untuk pindah ke Bandung karena alasan tertentu.         Lola hanya diam saja di mobil. Membuat Leon merasa sedih.         Dulu kamu ga kayak gini La, maaf. Abang sayang sama kamu. Tapi, kamu tahu kan kenapa ini semua jadi serumit ini. batin Leon sembari fokus ke depan untuk menyetir mobil. Lola yang bingung, memutuskan untuk tidur. Atau seakan-akan tidur agar suasana tidak canggung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD