Grey ditinggalkan begitu saja di dapur rumah yang cukup luas. Masih sepi seperti belum ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Pria yang mengantar tadi pun langsung berlalu begitu saja, hanya meninggalkan pesan yang terdengar cukup menjengkelkan.
"Mama masih mandi, tunggu aja disini."
Grey menurut tanpa banyak bicara, ia membuka ponsel sembari mengusir kebosanan. Asyik men-scroll sosial media itu melihat resep-resep makanan yang belum sempat Grey pelajari. Selama ini Grey memang hanya belajar masak dengan cara otodidak saja. Mau ambil les privat, sayang uangnya.
Cukup lama Grey menunggu di sana membuat ia cukup bosan. Ditambah tiba-tiba merasakan panggilan alam yang mendesak membuat ia keluar dari zona nyaman. Menatap ke sana kemari untuk mencari toilet.
"Toilet dimana ya?" gumam Grey pelan, masih mencoba menahan awalnya, tapi pemilik rumah tak kunjung muncul membuat Grey tidak bisa menahannya lagi.
"Semoga orangnya baik, aku nggak niat ambil apa-apa. Kayaknya nggak apa-apa aku numpang ke toilet."
Bukan berniat lancang, Grey benar-benar tidak bisa menahan hajat dalam diri. Ia masuk ke dalam rumah itu, mencari toilet di antara ruangan yang pintunya tertutup rapat. Grey menduga pasti ada salah satu toilet yang terletak di area belakang rumah 'kan? Grey mencarinya dan kebetulan menemukan sebuah toilet yang pintunya tak tertutup rapat.
Grey masuk terburu-buru tanpa rasa curiga, menuntaskan hajat buang air kecil. Setelahnya ia sedikit merapikan penampilan di kaca wastafel, menambah lipstik di bibirnya yang tipis.
Tanpa sepengatahuan Grey, ada seorang pria yang menyelinap masuk ke dalam dan mematikan lampu seraya menyambar tubuh Grey ke pelukan.
Grey terkejut pastinya, lipstik yang dipegang sontak terjatuh begitu saja. Ia merasakan sebuah tangan besar memeluk pinggangnya sangat erat dari belakang. Lalu bibir pria itu mulai kurang ajar dengan menciumi tengkuknya. Dari posisinya, Grey bisa merasakan jika pria yang memeluknya ini tidak menggunakan baju alias telanjang d**a, terbukti hawa hangat yang menguar dari balik punggungnya.
"Kenapa lama sekali, hem ...."
Sangking kagetnya Grey sampai tidak bisa berkata-kata. Otak meneriakkan signal bahwa ini semua salah. Tangan pria mulai bergerak naik, mengusap perut Grey dengan sangat nakal. Grey mulai panik, sentuhan di kegelapan ini membuat tubuhnya meremang hebat. Aroma parfume mint itu menguar sangat kuat membuat Grey seperti terhipnotis. Sekujur tubuh Grey meremang hebat, sentuhan ini ... sentuhan yang tidak pernah ia rasakan.
"Tidak! Ini salah, b******n ini sangat kurang ajar!"
Grey mulai ketakutan, jika ia melawan pasti pria b******n ini akan bertindak kasar. Tapi ia tidak rela jika tubuhnya di jamah seperti ini. Semakin lama pria itu semakin gila menciumi tengkuk Grey, bahkan menggigit kecil hingga membuat Grey meringis. Tangannya sudah sampai pada d**a, dan kali ini Grey tidak tahan. Ia menggunakan kekuatan penuh dengan menyikut perut pria itu lalu memutar tubuh dan mendorong pria itu hingga terhempas ke pintu.
Bukan hanya itu saja, Grey yang merasa sangat marah karena dilecehkan mengambil sebuah gayung dan memukul pria itu sangat keras.
"Aduh!"
"Siapa kamu?" teriak Grey marah, bergerak-gerak mencari sakelar lampu yang dimatikan untuk melihat wajah b******n gila itu. Tangannya masih mengacung membawa gayung itu.
"Anjing, sakit gila!" Pria itu sepertinya sangat marah, meski gelap ia bisa melihat bayangan Grey yang mencoba mencari sakelar lampu. Ia tidak terima, menggunakan kakinya dengan menyandung kaki Grey hingga wanita itu terjatuh tepat di atasnya.
"Akhhhhhhh!" Grey berteriak kaget, sebelum terhempas ia sempat memencet sakelar lampu hingga menyala dan semua terlihat jelas.
Grey syok sekali saat melihat wajah pria asing yang ada di hadapannya. Pria itu pun sama kagetnya begitu melihat sosok Grey. Posisi mereka sangat intim sekali hingga napas keduanya beradu. Grey mengerjap, tatapan tajam itu seperti marah sekali dengannya. Tapi marah kenapa? Dia yang harusnya marah karena pria ini sangat kurang ajar.
"c***l!" seru Grey tiba-tiba. "Kamu pria c***l! Aku akan melaporkanmu ke polisi!" Grey buru-buru bangkit, meski pria itu tampan ia tidak boleh terkecoh.
Bukannya panik, pria justru terkekeh-kekeh senang seolah mengejek Grey. Aroma alkohol menguar dari bibir pria ini, membuat Grey semakin ketakutan. Sorot matanya sangat tajam dan mata itu sangat hitam seperti galaxy malam.
"Lepas! To—"
"Jangan munafik kamu!" Dengan senyuman sinis, pria itu mencemooh sikap Grey yang sangat berlebihan. "Padahal kamu suka sentuhanku tadi 'kan?" Senyumannya semakin mengembang penuh kepercayaan diri tingkat tinggi.
Siapa wanita yang menolak sentuhan nakal dari dirinya? Bahkan banyak wanita berlomba ingin tidur di ranjangnya. Kini wanita ini justru sok jual mahal dengan menolak?
Grey semakin geram, pelukan pria ini sangat kuat sekali membuat ia kesusahan berontak. Matanya nyalang menatap pria itu dengan tatapan yang sangat marah. Grey tak tahan, ia menggigit tangan pria itu sangat kuat sekali hingga bekapannya terlepas.
"Kala, mana tukang catering yang nyari Mama?"
Terdengar suara wanita berbicara dari luar, Grey membelalakkan matanya. Merasa inilah waktu yang pas untuk minta tolong dari pria c***l yang memeluknya sangat kurang ajar ini.
Grey membuka mulutnya, berniat untuk memanggil bantuan. Namun, lagi dan lagi Grey harus menahan suara tatkala menarik tengkuknya dan membungkam suara itu dengan ciuman di bibir yang begitu liar dan panas.
Grey membelalakkan matanya lebih lebar, tangannya berusaha mendorong bahu pria c***l yang bersamanya ini. Ia menggelengkan kepala, menolak ciuman dari pria ini. Grey tidak rela pria asing ini mencium bibirnya dengan seenaknya saja. Namun, penolakan dari Grey membuat pria itu lebih liar lagi. Menarik kedua sisi kepalanya hingga Grey tidak bisa bergerak sama sekali.
"Ma, lihat Xabiru nggak?" Obrolan kembali terdengar dari luar.
"Xabiru ada di sini emang?"
"Ah! Kemana itu anak."
Tubuh Grey kini dihimpit ke tembok dengan kedua tangan diangkat di atas kepala. Grey seperti kehabisan napas saat pria itu terus menekan bibirnya di atas bibir Grey. Semakin lama semakin intens dan dalam, Grey yang tidak pernah disentuh se-intim ini mulai terlena. Kedua lengan kokoh itu perlahan merengkuh pinggangnya, mengusap lembut perut dan turun ke bawah.
Pada detik itu Grey tersadar, ia membuka mata dan kaget akan hal yang telah terjadi. Sekuat tenaga ia mendorong pria itu dengan kasar hingga ciuman mereka terlepas. Napasnya terengah-engah dengan mata merah menahan tangis. Grey ingin marah, mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.
Namun, ia tidak punya kekuatan untuk mengatakan apa pun. Memilih berlalu begitu saja dari hadapan pria asing yang baru saja menciumnya. Grey malu, sangat-sangat malu karena dirinya hampir saja terlena!
Sementara pria yang baru saja ditinggal itu mengulas senyum tipis. Menekan bibirnya yang masih kebas akibat ciuman erotis barusan. Rasa manis juga masih bisa ia rasakan. Sungguh ciuman yang sangat menyenangkan.
*
Grey keluar toilet dengan wajah yang penuh air mata. Ia mengusapnya dengan kasar. Ingin secepatnya pulang karena kepala yang mendadak sakit.
"Loh, kamu?"
Langkah Grey terhenti saat mendengar suara teguran itu. Ia memperhatikan sosok wanita paruh baya yang sudah berdandan sangat menor di depannya. Wanita itu menatap Grey penuh selidik.
"Maaf, saya Greysia, Bu. Saya yang diminta Bu Widia buat mengantar catering makanan," ucap Grey menjelaskan.
"Oh, daritadi dicariin. Bayarnya saya transfer aja, ya. Saya jarang bawa uang cash soalnya," ucap si wanita dengan gaya angkuh yang kental.
Grey mengangguk mengiyakan, buru-buru memberikan ponsel agar bisa secepatnya keluar dari rumah ini. Di saat itu ekor mata Grey menangkap bayangan sosok pria c***l yang tadi menciumnya dengan paksa. Pria itu melangkah ke arah mereka dengan gaya santai seolah tidak terjadi apa pun.
"Tante." Pria itu menyapa dengan suara berat yang membuat bulu kuduk Grey merinding.
Konsentrasi Grey seketika pecah, panggilan Tante itu membuat ia punya pemikiran yang tidak-tidak. Untuk apa pria itu pagi-pagi buta berada di rumah Tante-tante? Grey semakin berpikir nyeleneh, ia menggelengkan kepalanya cepat-cepat.
"Uangnya sudah masuk, Bu. Terima kasih atas orderannya, saya permisi dulu." Grey buru-buru memasukan ponsel ke dalam tas lalu tancap gas untuk pergi dari tempat terkutuk itu. Bulu kuduknya masih merinding, di dunia yang sangat gila ini bukan tidak mungkin para manusia itu menghalalkan cara untuk mencari uang.
Bersambung~