"Gue udah baca hasil tes kesehatan lo dan everything is oke. Jadi kesepakatan kita akan berlanjut." Suara Chandra mengisi ruangan di mana dirinya dan Lily berada, terdengar sombong dan angkuh. Lelaki itu kemudian mengambil rokok, menyalakan dan menghisapnya. Asap rokok yang mulai menyebar di ruangan membuat Lily terbatuk.
"Lo, nggak biasa nyium asap rokok?" Chandra bertanya dengan tatapan meremehkan. "Sorry, tapi gue suka merokok dan lo suka nggak suka harus menyesuaikan diri sama gue. Gue bossnya di sini. Ngerti?"
Lily mengangguk dan terbatuk kecil.
"By the way, kenapa sih lo suka ngomong yang enggak-enggak?" tanya Chandra sembari menghembuskan asap rokok ke wajah Lily dan membuat Lily semakin batuk. Melihat Lily batuk, Chandra menarik sudut bibirnya, menertawai Lily.
"Looked, lo terlalu lemah, dan lo nggak akan pernah bisa ngalahin gue. Lo bukan lawan sepadan bagi gue. Bahkan, cuma karena rokok aja lo kesulitan nafas, lo nggak akan bisa ngelewatin apa yang bakal gue lakukan. Sayangnya, sekarang udah terlambat. Lo nggak bisa lari dan sembunyi dari gue. Gue akan membuat orang yang menentang gue bertekuk lutut kalah dan mendapatkan hukuman yang seharusnya," ucap Chandra dengan suara rendah yang membuat Lily merinding.
"Kenapa sekarang lo hanya diam? Lo ngecewain gue." Chandra menjetikkan abu rokok di asbak. "Lo nggak seberani kemarin. Kenapa? Kemarin lo lantang banget ngomong cinta." Chandra menyenderkan punggungnya di sandaran sofa, menatap wajah Lily yang mulai mengangkat wajahnya, lalu mata mereka saling menatap, dan Chandra merasa terseret oleh nostalgia dalam sepersekian menit. Chandra mengabaikan dan membuang nostalgia itu, memilih untuk berpura-pura bahwa dia tidak mengenal Lily sama sekali.
"Aku memang mencintai Pak Chandra, nggak peduli aku kelihatan atau enggak. Mungkin, Pak Chandra anggap aku bukan seseorang yang layak, atau perasaan ini tepat atau tidak, aku hanya ingin jujur meski tidak akan pernah ada balasan yang aku harapkan." Suara bening Lily terdengar memenuhi ruangan dan untuk sesaat, pendingin ruangan terasa lebih dingin menerpa tubuh Lily dan Chandra, menciptakan senyap.
Mata Chandra memincing, seolah ingin melihat Lily lebih jelas. Dia ingin memastikan, apakah Lily adalah seseorang yang sama seperti belasan tahun yang lalu saat mereka masih muda. Mereka berdua hanya merasa senang saat bersama dan tidak peduli pada apa-apa. Namun nihil, Chandra tidak bisa menemukan apa yang dia cari karena logikanya lebih dominan dan menyatakan bahwa tidak ada lagi yang tersisa dari sebuah nostalgia masa lalu. Tidak ada lagi yang dipercayai dari manusia dan kata cinta karena kenyataannya, Chandra telah berulangkali merasakan kecewa.
Chandra meraih gelas kecil berisi s*x on the beach, minuman favoritnya yang terdiri dari campuran vodka, cream blueberry juice, peach snap dan orange juice. Chandra menenggak minuman itu cepat dan tertawa terbahak-bahak, sementara Lily hanya menatap Chandra dan bertanya-tanya apa lucu di mata Chandra.
Lily keliru jika menyangka Chandra adalah orang yang sama dengan remaja berusia empat belas tahun yang menemuinya di panti asuhan bertahun-tahun yang lalu. Saat itu, Chandra sudah menunjukkan keangkuhan, tapi saat itu Chandra masih bisa menerima seseorang hadir dalam hidupnya, namun, sekarang, Chandra menutup pintu hatinya dan juga memasang topeng di wajahnya secara ketat. Dia terlihat berganti-ganti pasangan, banyak wanita dekat dengannya, banyak pula rekan bisnis yang mengundangnya dan berfoto bersamanya dalam berbagai kesempatan. Media sosialnya diikuti hampir sejuta orang, termasuk para pesohor, tapi sebenarnya, tidak ada yang benar-benar dekat dengannya.
Jikalau ada, itu hanya dua orang. JJ Wisanggeni dan juga Hosea Dewantara. Mereka berdua adalah sahabat Chandra sejak dia bersekolah di Barcelona. Mereka berdua bisa dekat dengan Chandra karena mereka mampu memahami Chandra. Jeje dengan sifat riang dan sedikit urakan, terkadang bodoh, membuat Chandra merasa terhibur. Sementara, Hosea, lebih tenang, bijaksana dan dia membuat Chandra merasa damai.
Pada intinya, Chandra yang di hadapan Lily sudah dewasa dan telah melewati peristiwa-peristiwa yang membentuk karakternya semakin keras dan sulit, lalu Lily dengan naif masih menyimpan perasaan cintanya yang tumbuh sejak kecil pada Chandra, dan berusaha mempertahankannya. Tidak realistis, itu adalah sebutan yang pantas disematkan pada Lily karena dia seolah tinggal dalam dunia mimpi yang terlampau indah.
"Ah sial! Lo ternyata lucu. Lucu banget. Lo terus terusan bilang cinta sama gue, kenapa lo bisa yakin sama perasaan lo?"
"Tapi ya udahlah, lagian lo udah terikat kesepakatan sama gue, jadi ya...terserah lo mau ngelakuin semua ini demi cinta, demi karya sosial atau apapun suka-suka lo, gue nggak peduli. Hanya saja, lo harus tahu, gue nggak percaya cinta. Cinta itu nggak ada, yang ada cuma keperluan biologis semata, s*x dan egoisme, kebutuhan manusia akan afeksi yang mencandu, mencintai dan berharap akan balas dicintai kembali. Love not more than bullshit. Cinta cuma alasan untuk mendapatkan perhatian bagi diri sendiri. Egois! Lo bilang cinta sama gue, dan gue bakalan bilang i want making love with you. It's clear enough?"
"So, Caily, if you truelly love me, show me, how deep is your love? Tunjukkin ke gue gimana lo bisa muasin gue dengan cinta yang lo punya!" Chandra berkata dengan smirk yang terasa mengintimidasi Lily.
Lily terdiam, dan merasa takut. Apakah dia salah langkah? Suatu langkah yang akan menghancurkan hidupnya?
"Shall we started the party?" Chandra mengulurkan tangannya pada Lily untuk meninggalkan tempatnya duduk saat Lily belum selesai berkutat dengan pikirannya sendiri.
Lily berdiri, agak ragu, menyadari bahwa dia telah menceburkan diri ke dalam masalah besar. Dia akan menjadi tawanan Chandra dan menjadi b***k lelaki itu, lalu setitik penyesalan muncul dalam benak Lily, tapi dia mencoba bertahan untuk memberikan Chandra bukti bahwa apa yang diyakini Chandra soal cinta itu salah. Cinta bukan hanya nafsu, tapi cinta itu bersabar dalam segala kesulitan, percaya dan mengharapkan hal terbaik tentang orang lain, dan cinta akan bertahan selamanya. Seperti Lily yang menyimpan perasaan selama ini, bertahun-tahun, tidak pernah berubah, bahkan setelah tahu bahwa Chandra adalah lelaki b******k playboy yang tidak bisa berkomitmen dan hanya mementingkan nafsu saja.
Kadang, Lily merasa dirinya sangat bodoh karena menyimpan cinta yang tak pasti pada seseorang yang sulit dijangkau seperti Archandra Gouw. Otak rasionalnya kadang meminta pada dirinya sendiri untuk mengakhiri segala perasaannya yang terasa hanya sebuah halusinasi, sayangnya segala pemikiran rasional itu terkikis habis saat berhadapan dengan Chandra. Mungkin ini adalah sebentuk obsesi di mana Lily dengan segala kenekatannya menyerahkan diri pada seorang lelaki yang bahkan tidak pernah menyadari keberadaannya atas nama cinta.
Sejak kecil, Lily tidak memiliki siapa-siapa. Dia selalu sendirian, sampai akhirnya Chandra hadir dalam hidupnya begitu dekat, membuat Lily merasa mendapatkan perhatian dan juga kasih sayang yang tidak pernah dia dapatkan secara utuh oleh ayah yang tidak pernah dia ketahui dan bahkan namanya saja dia tidak tahu. Kehadiran Chandra membuat Lily merasa menemukan sanctuary, tempat berlindung dan membuat Lily merasa bahwa Chandra adalah patron baginya, dan dia akan mentolerir semua hal yang Chandra lakukan sekalipun hal itu yang buruk.
Besar di lingkungan panti asuhan membuat Lily selalu merasa membutuhkan dan terikat dengan orang lain. Setelah kehilangan ibunya dengan tragis di usia 3 tahun, ketidakjelasan latar belakang ayahnya, juga tidak ada sanak saudara yang dikenalnya membuat Lily merasa bahwa lingkungan sekelilingnya sangat tidak bersahabat dengannya dan dia membutuhkan seseorang yang bisa memberikannya dukungan atau arahan bagaimana menghadapi kehidupan, dengan begitu, kecemasannya dalam menjalani hidup akan berkurang.
Sayangnya, Lily jelas salah jika menyangka Chandra adalah seseorang yang bisa menjadi sandarannya. Lelaki itu bukan lagi remaja empat belas tahun yang dahulu pernah bersamanya.
"Kemari!" Chandra menepuk pahanya dan saat Lily mendekat, dia menarik Lily ke dalam pangkuannya.