Pertemuan Antar Mafia

1288 Words
Elvis memasuki Mansion Zavierson dengan langkah cepat, wajahnya tampak tegang. Dia segera mencari bosnya, Wilson, yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran. Begitu melihat Elvis, Wilson langsung menutup korannya dan menatap asistennya dengan pandangan tajam. "Bos, Alamat mereka sulit ditemukan. Setelah pindah, alamat rumah mereka tidak ada yang tahu. Tetangga lama mereka sama sekali tidak tahu mereka pindah kemana," kata Elvis. Wilson mengepal tangannya, rasa frustrasi melanda hatinya. "Sudah lama kita di sini, masih gagal menemukan mereka. Apakah polisi tidak bisa membantu periksa data mereka?" tanya Wilson dengan nada tinggi. Elvis menggeleng, "Mereka tidak akan periksa, Jika mereka bukan terlibat sebuah kasus," jawab Elvis dengan wajah serius. Wilson berpikir sejenak, kemudian memutuskan untuk mengambil langkah lebih tegas. "Kirim lebih banyak anggota, cari mereka di setiap sudut kota. Kita harus menemukan mereka secepatnya," perintahnya dengan tegas. Elvis mengangguk patuh, "Baik, Bos. Saya akan segera mengatur semuanya." Dia lalu bergegas keluar dari Mansion Zavierson. "Kelompok Dragon memiliki banyak anggota, Tidak mungkin, gagal menemukannya," gumam Wilson. "Viyone Florencia, di mana kamu berada saat ini? Apakah masih di California?" ucap Wilson "Papa," seru Vic dengan suara lirih, sambil menangis dan berdiri di tangga. Anak kecil itu mengusap pipinya yang dibasahi oleh air mata, mencoba menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Vic, kamu menangis lagi," ujar Wilson dengan nada lembut, sambil menghampiri putranya yang rapuh itu. Hatinya begitu pedih melihat anaknya dalam keadaan seperti ini. "Papa, apakah terjadi sesuatu padaku, kenapa aku selalu sedih dan menderita? Padahal tidak terjadi apa-apa," isak tangisan Vic semakin memilukan, membuat Wilson merasa tak berdaya. Dengan hati-hati, Wilson menggendong putranya yang masih terisak-isak itu menuju ke lantai atas rumah mereka. Dia berusaha menenangkan Vic sambil meraba-raba kepalanya yang lembut, mencari jawaban untuk pertanyaan yang membuatnya bingung. "Malam ini kamu tidur di kamar Papa," kata Wilson. "Apakah Papa bisa menemani aku, dan jangan keluar dulu?" tanya Vic. Wilson membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk," Apakah kamu takut?" tanya Wilson yang kemudian duduk di sofa kamarnya. Vic memeluk ayahnya, Wilson, dengan erat. Air matanya menetes di bahu sang ayah, sementara Wilson menepuk-nepuk punggung putranya dengan lembut. "Aku hanya merindukan papa, Aku tidak ingin jauh-jauh dari Papa," ucap Vic dengan suara yang tersedu-sedu. Wilson tersenyum lembut, mencoba menenangkan putranya. "Baiklah, Papa berjanji tidak akan keluar kemana pun. Tapi, siang nanti papa harus bertemu dengan bos mafia dari setiap kelompok. Papa akan pergi sebentar saja," ujarnya sambil mengelus rambut Vic. Mendengar itu, Vic segera mengangkat kepalanya dan menatap ayahnya dengan mata berbinar. "Aku ingin ikut, Aku tidak mau di rumah," pintanya dengan nada memelas. Wilson mengernyitkan dahi, khawatir dengan keamanan putranya. "Apa kamu yakin? Saat itu yang hadir sejumlah ketua mafia yang galak," ujarnya, mencoba meyakinkan Vic untuk tidak ikut. Namun, Vic tetap bersikukuh. "Aku yakin, aku tidak takut," jawabnya dengan penuh keyakinan. Menerima keputusan putranya, Wilson menghela napas panjang, lalu mengangguk setuju. "Baiklah, kamu boleh ikut. Tapi ingat, kamu harus selalu berada di samping Papa dan jangan pernah berbicara dengan orang yang tidak dikenal, ya," perintah Wilson dengan tegas. "Iya, Pa," jawab Vic sambil mengangguk. *** Chris berdiri tegak di samping ranjang tempat Viyone terbaring setelah menangis sepanjang malam. Wajah pucat Viyone tampak begitu lelah dan rapuh, matanya sembab dan pipinya basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Chris merasa perih di hatinya, menahan tangis yang juga ingin pecah. Tangan gemetar Chris mengenggem besi ranjang."Kehadiranku hanya membuat hubungan papa dan mama semakin memburuk. Mama keguguran juga karena kesalahanku. Mama tidak bahagia juga karena aku. Selama ini papa membenciku sehingga berpaling ke wanita lain karena membenci mama melahirkan aku. Tanpa papa, Mama tidak akan bahagia," gumam Chris dalam hati, air mata yang terpendam kembali mengalir deras, jatuh membasahi lantai kamar Viyone yang sepi. "Ma, Apakah hanya Papa yang bisa membuat mama bahagia? Aku adalah penyebab utama yang menyebabkan mama menderita. Saat itu, seharusnya mama tidak melahirkan aku. Dengan begitu mungkin papa tidak akan pergi," batin Chris *** Di gedung tinggi itu, suasana tegang menyelimuti ruangan pertemuan antar geng mafia. Para bos dari berbagai negara berkumpul, berpenampilan serba hitam dan raut wajah kejam mereka terlihat jelas. Mereka duduk di seputar meja bundar yang dipenuhi dengan makanan dan minuman favorit mereka, menunjukkan kemewahan dan kekuasaan yang mereka miliki. Namun, suasana semakin tegang ketika mobil mewah berwarna hitam yang membawa Wilson Zavierson, ketua geng Dragon, tiba di depan gedung. Diiringi beberapa mobil lain yang membawa anggota geng kepercayaannya, Wilson dan Vic melangkah keluar dari mobil dengan percaya diri. Anggota geng lainnya mengikuti langkahnya, membentuk barisan yang membuat mereka terlihat semakin kuat dan menakutkan. Begitu Wilson memasuki ruangan, tatapan dari para bos mafia langsung fokus ke arahnya. Wilson juga ditemani oleh 4 pengawal andalan yang selalu mengikutinya kemana pun. Mereka adalah Nick, Steven, Mike, Ethan. Wilson Zavierson, seorang pemimpin mafia, berjalan masuk ke ruangan dengan langkah mantap bersama putra kecilnya, Vic. Keduanya mengenakan setelan jas hitam yang rapi, memancarkan kesan tegas dan elegan. Vic, yang berusia 5 tahun, berjalan dengan santai di samping ayahnya. Wajah polosnya tak menunjukkan rasa takut sedikit pun, meski ia tengah berada di antara para bos mafia yang berkumpul di sana. "Bos," serentak semua mafia di ruangan itu memberi salam, mereka memberikan hormat dengan tangan di d**a seolah menunjukkan kesetiaan mereka pada Wilson. Dengan bergaya, Wilson berdiri di hadapan mereka semua. Kedua tangannya terselip di saku celana, memancarkan aura kekuasaan. Sementara itu, Vic berdiri di sampingnya, berdampingan dengan anggota kepercayaan Wilson yang memiliki perawakan tegap dan tato bergambar naga melilit di bagian leher. "Terima kasih semua saudaraku, yang telah hadir di perjamuan ini," ucap Wilson dengan wajah datar, namun suaranya tegas dan menggema di seluruh ruangan. "Terima kasih, Bos. di dunia mafia kita akan sama-sama saling menjaga dan saling mendukung," jawab serentak semua mafia di sana. "Aku sangat berterima kasih karena mendapatkan undangan dari Ketua Dragon, Malam ini kita akan menikmati makan dan minum bersama," ucap salah satu bos mafia. Salah satu bos mafia dari kelompok lain maju dan berkata," Wilson, wilayah milik Dragon telah di ambil ahli oleh Richard Calvot. Berita ini telah tersebar dan di dunia mafia banyak yang mengatakan ini adalah kelemahan Dragon. Organisasi yang begitu luas dan terkenal kuat. Hanya dua wilayah saja bisa direbut musuh. Bukankah sungguh memalukan," sindir pria botak berpostur tinggi. "Tujuanku malam ini adalah ingin memberitahu semua hadirin yang di sini, Bahwa kejadian itu hanyalah sebuah jebakan. Siapa Richard Calvot? Dia hanyalah seekor semut di mataku," jawab Wilson dengan senyum sinis. Suasana di ruangan tersebut terasa tegang dan misterius. Salah satu bos mafia, yang dikenal sebagai Don Salvatore, mengernyitkan dahi dan bertanya kepada Wilson, "Wilson, apa rencanamu selanjutnya? Untuk apa menjebak mereka?" Wilson tersenyum sinis dan menjawab dengan percaya diri, "Ini adalah bagian dari rencanaku, ketua Salvatore. Aku tidak bisa bicara di sini. Percaya saja padaku. Dalam waktu dekat aku akan mendapatkan wilayah itu kembali." Di antara para bos mafia itu, terdapat beberapa yang menatap sinis ke arah Wilson karena rasa irinya. Jamuan di malam itu terdapat sekitar ratusan mafia yang datang dari berbagai kota dan negara. Mereka telah lama berhubungan dengan Dragon, organisasi mafia yang dipimpin oleh Wilson. Mereka duduk di meja bundar yang besar, dengan segelas anggur merah di tangan mereka, saling tatap menatap. Beberapa dari mereka menggumamkan kata-kata tidak jelas, seolah-olah mencoba memecahkan misteri di balik rencana Wilson. Siang itu mereka berbincang-bincang mengenai bisnis yang mereka jalankan, selain itu kerja sama antar geng membuat mereka tak tersentuh. Vic yang dalam suasana tidak gembira hanya duduk diam di samping ayahnya sambil menyantap makanan. Di sisi lain Chris berjalan menuju ke salah satu toko tepi jalan, anak itu berdiri diam di sana melihat Cake berbalut coklat yang adalah makanan favoritnya. Ia memegang sakunya dan merasakan uangnya semakin menipis. "Uang ini tidak bisa digunakan, Aku harus mengumpul lebih banyak uang untuk keperluan mama. Setelah ini tidak tahu harus tinggal di mana," gumam Chris.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD