Ia akhirnya tiba di depan rumah sederhana milik neneknya Maira. Perempuan tua itu tentu saja masih hidup. Bahkan masih bisa berjalan kaki ke sawah. Di rumah ini ya tinggalnya dengan Maira. Ada pamannya dan juga bibinya. Tapi kadang lebih sering bolak-balik Jakarta karena mengambil dagangan untuk kemudian dijual di Kota Bandung. "Eh si a'ak udah datang!" Salah satu kakak sepupunya Maira yang justru muncul. Bukan dari dalam rumah itu tetapi dari rumah di seberangnya. Rumah-rumah keluarga ibunya Maira memang berdekatan. Makanya Maira tak pernah sepi di sini. "Maira mana, teh?" "Mai-nya sama si nenek ke sawah, ak!" Agha mengangguk-angguk. Lantas ia berpamitan. Semalam ia sudah bilang kalau akan ke sini pagi-pagi sekali. Apa istrinya lupa ya? Tapi biasanya tak lupa. Ia berjalan kaki ke