Vina yang duduk sendiri. Menahan kesedihannya. Ia mencoba mengatur napasnya. Ia tak bisa membairkan dirinya terus bersedih dan menangis hanya karena seorang laki laki yang sangat di cintainya. Meski bukan cinta pertamanya. Setidaknya dia adalah orang yang sudah di takdirkan untuk mendampinginya di sisa hidupnya nanti. "Aku gak boleh sedih. Setidaknya aku harus bisa membuat Albert jatuh cinta padaku. Kalau aku hanya terus bersedih. Percuma saja, aku juga akan menyiksa diriku sendiri nantinya. Lebih baik di perjuangkan, sebelum semuanya terlambat." gumam Vina, menarik dua susut bibirnya. Mengukirkan sebuah senyuman tipis di wajahnya. "Kak… Kak…" suara anak kecil, dan tangannya menarik-narik rok miliknya. Membuat Vina tersadar dari lamunannya. Vina menatap anak kecil di depannya. Mengus