HARI INI NAMAKU KENANGA
Mendung menggantung di kaki gunung, malam itu Rosa memasuki ruangan hingar bingar yang tidak pernah ia kenal.
Rosa memilih masuk menjadi salah satu penghuni diskotik terbesar di daerahnya, kebutuhan yang luar biasa besar membuat ia memilih menjadi wanita malam.
Ia demikian tertekan, antara himpitan keuangan juga pelecehan yang bertubi tubi ia dapatkan. Ia masih ingat bagaimana Pak Lurah Bakrie melamarnya dengan kalimat seronok,
“Kamu jadi istriku saja hidupmu akan makmur,”
“Maaf pak, Rosa nggak bisa,”
“Kenapa? Sombong sekali kamu”
“Karena bapak sudah punya banyak istri,”
“Ach, wanita miskin saja banyak gaya, mending jadi istri kesekian daripada sebentar lagi kamu jadi p*****r!”
Rosa ingin marah pada pak lurah Bakrie, namun apa dayanya ia hanya wanita miskin yang hidup di desa ini tanpa keunggulan apa-apa. Ia hanya bisa meradang setiap kalimat melecehkan itu singgah di telinganya. Ia hanya bisa menangis dan mengadu pada Tuhan tentang hidupnya.
Hatinya sebenarnya sangat sakit dengan kalimat yang diucapkan pak lurah Bakrie malam itu.
Juga ketika suatu hari putranya terbaring sakit, ia minta tolong pada bu Aminah,
“Bu, saya bisa pinjam uang, anak saya sakit bu” pelan dan santun sekali Rosa berucap.
“Kamu mau bayar pakai apa, kamu saja pengangguran. Mangkannya cepat cari bapak buat anakmu biar ada yang bisa menopang kehidupanmu.” Rosa hanya menunduk, hatinya tercabik. Perih sekali kalimat bu aminah hari itu padanya. Padahal bu Aminah tahu bahwa putra semata wayangnya sedang sakit dan butuh pertolongan.
Bu Aminah tak meminjamkan uang serupiahpun malah mencaci-maki dirinya.
Itu sebabnya Rosa memilih jalan ini, atas cerita temannya yang bernama Budi ia datang kesini, sendirian, tanpa teman dan tanpa diantar siapapun, hatinya sudah bulat, tekadnya kuat, ia harus jadi kaya raya demi buah hatinya.
“Sudah, kamu kesana saja, nanti temui mami Sisyl dia pasti akan menerimamu.”
“Terus, tugasku juga melayani tamu yang datang mas?” Rosa bertanya polos.
“Ya, iyalah Ros, daripada kamu dihina-hina.”
Beberapa malam Rosa berfikir tentang niatnya.
Malam itu adalah malam pertamanya.Malam itu hari barunya dimulai. Gemerlap lampu, aroma parfum, asap rokok juga keringat manusia bercampur jadi satu. Diskotik, tempat mereka mencari hiburan, tempat mereka menghabiskan malam panjang, tempat mereka memburu kepuasan. Dan hari ini dirinya telah menjadi bagian dari mereka.
“Kamu siapa?” tanya seseorang berseragam hitam-hitam ditengah hingar bingar, tubuhnya kekar, wajahnya sangar.
“Saya Rosa, Om”
“Kesini dengan siapa?”
“Saya sudah kontak mami Sisyl kemarin,”
“Oh, kamu Rosa yang tinggal di kampung sebelah.”
"Ya, mami Sisyl sudah bilang tadi."
“Iya om, tapi tolong malam ini panggil saya KENANGA.”
"Oke-oke saya antar ke ruang make up"
Rosa mengubah namanya menjadi Kenanga....
Ia ingin mengubur cerita tentang jati dirinya, ia ingin hidupnya dimulai dengan cerita baru, entah nanti berakhir seperti apa dan berapa lama ia berada di tempat kotor ini. Yang pasti niatnya tulus ia ingin mencari nafkah. Ia sudah mencoba mencari nafkah dengan jalan yang benar tapi apa daya berratus kali ia akhirnya pasrah dan gagal.
Kenanga diarahkan menuju ruang make up, beberapa teman dengan provesi yang sama sedang berhias disana, bau parfum menyengat menohok hidungnya, mereka semua rata-rata cantik. Ya, iyalah kalau nggak cantik mana mungkin jadi wanita penghibur.
Kenanga di make up oleh perias yang memang bekerja di diskotik ini, polesan demi polesan bersarang di kulit wajahnya.
Kenanga terlampau cantik saat berdandan, bahkan tanpa riasan pun kecantikannya tak terkalahkan.
Usai di make up, Kenanga duduk di ujung ruangan. Tempat para p*****r mempertontonkan kelebihannya.
Dengan rambut tergerai, kulit putih dan wajah merona merah Kenangan duduk bersandar pada sofa. Gaun malam berwarna hitam panjang selutut membuatnya nampak anggun.
Malam itu demikian riuh, banyak pelanggan datang. Namun tak satupun menoleh padanya mungkin karena ia belum terkenal. Kenanga hanya menunggu.
Hingga sesaat kemudian. Suara gaduh muncul. Pengunjung marah karena penari yang mengisi panggung hanya beberapa ditambah suara pengiring lagunya suara DJ yg biasa disana.
“Turun, turun!”
“Iya, ayo ganti “
“Turun...” suara mereka makin gaduh, ini terjadi karena Anita sang penari yang biasa meliuk-liuk tak hadir hari ini.
Kenanga mendekat, menuju panggung yang letaknya di tengah aula, lampu warna warni berkilat-kilat menerpa kulitnya.
Ia membisikkan sesuatu ke telinga Roy,
"Boleh aku gantikan?"
"Kamu bisa?"
"Iya"
"Yakin?"
"Biar ku coba,"
Roy bingung, memberi isyarat pada kenanga untuk menunggu. Ia mendekat pada Bram, laki laki gagah yang duduk di kursi megah bersanding dengan wanita cantik nyaris tanpa busana.
Roy menerangkan keinginan Kenanga.
Laki-laki yang dipanggil bos mengarahkan pandang pada Kenanga yang sedang berdiri di sudut panggung,
"Boleh," ucap Bram singkat.
Roy memberikan isyarat pada Kenanga untuk memulai aksinya.
Kenanga menuju ke tengah setelah memberikan kode lagu apa yang akan di bawakannya.
Musik di putar keras.
Kenanga mulai mengeluarkan suara, semua mata menatap, Bram tampak terpesona, Roy bingung, semua p*****r senior terdiam, seolah terbius.
Kenanga letakkan mic pada hornnya saat musik masih mengalun.
Ia ambil gunting kecil diatas meja samping salon...
Musik masih merdentum keras.
Kenanga menggunting kecil dua sisi gaun bawahnya. Lalu merobek dengan keras.
Saat ini pa** mulus Kenanga nampak..
Ia kembali menggeliat...
Menimbulkan decak.kagum dan pesona yang luar biasa.
Terutama bagi sebagian besar laki laki yang ada disana.
Beberapa lelaki seolah terhipnotis bergerak-gerak mengikuti irama suara Kenanga, mereka nyaris melupakan pasangan yang telah mereka bayar.
Tarian Kenanga demikian membius, lekuk tubuhnya meliuk liuk membuat imaji setiap lelaki terangsang.
Kenanga berputar....
Ia turun mendekat pada setiap laki laki yang mampu dijangkaunya.
Ia hembuskan nafasnya di telinga laki laki yang ia dekati.
Termasuk pada Bram sang big bos.
Sambil musik masih terus berdentam.
“Hebat gadis ini,” suara Bram sang bos pada Roy. Roy mengangguk-angguk, semua pengunjung nampak terhibur, rambutnya, tubuhnya, mata coklatnya, bulu mata lentiknya, senyumnya. Semua yang dimiliki Kenanga indah untuk dipandang.
Lelaki manapun pasti terpikat dan merasa senang. Uang berhamburan di lantai panggung, semua melempar, semua berputar.
Hingga dentuman musik terakhir tepat pukul 01.00, Kenanga turun dari panggung, bulir-bulir keringat membasahi ujung-ujung kepalanya. Rambutnya sedikit basah membuat ia makin nampak mempesona.
Aksi Kenanga mendapat sambutan riuh dari seluruh penghuni diskotik malam ini.
Kenanga menepi beristirahat letih... Di sofa putih itu ia sedikit merebahkan tubuhnya,
Hingga Bram mendekat dan berkata...
“Luar biasa” sambil mengecup ujung jemari Kenanga....
“Terimakasih,”
“Temui aku bila letihmu usai, ada hadiah untukmu, malam ini kamu telah berjasa.”
Kenanga tersenyum menang.
Langit diluar sana memang masih berwarna hitam, bintang-bintang masih bertaburan, sinar surya belum nampak menghias kelam. Kenanga percaya harinya ke depan akan lebih indah dan bertabur uang, seperti malam ini..