TJCPP 18

1092 Words
Segera Ayred membungkukkan badan, refleks dia pun turut memberi penghormatan. Untungnya tubuh Alvaerelle mengingat jelas cara-cara untuk bertindak di saat seperti ini. Setelah melihat Ayred kembali menegakkan badan, dia turut mengikuti. "Gadis murahan mana yang kamu bawa Ayred Elaqiella." Dan itu satu kata yang paling menyakiti harga dirinya. - - - - - - - - - - - - - - - Alvaerelle sangat meyakini jika dirinya harus memukul laki-laki berengsek yang baru saja mengatakan bahwa dirinya adalah gadis murahan. Sudah dapat terlihat dengan tegas kalau apa yang terjadi di hadapannya menjelaskan sesuatu. Ayred bilang jika laki-laki itu adalah Myrin alias putra mahkota Kerajaan Irendelle. Namun, dia tidak menyangka jika seorang pangeran di Kerajaan para elf ini sangatlah menyebalkan. Bahkan Alvaerelle dapat melihat beberapa gadis di sekitar calon tunangannya sedang memeluk manja laki-laki tersebut. Haruskah dia memberi satu pukulan telak sekarang? Melupakan kalau dirinya adalah gadis bangsawan yang dijodohkan sebagai pengganti orang lain. Bukannya ingin menghindar atau mencari mati, tetapi dia terlalu terluka. Elf sombong ini harus diberikan pelajaran. Namun, sebelum dia melangkah, kakinya menjadi sangat berat dan sulit untuk digerakkan. Alvaerelle membelalakkan matanya, tidak percaya dengan bagaimana dia sulit untuk berjalan. “Aku dengar kamu akan dijodohkan kembali. Nampaknya gadis yang akan dijodohkan denganmu sempat mendapatkan kecelakaan di perjalanannya. Melihat dari bebatuan yang dibawa oleh para pengawal, mereka adalah pengawal-pengawal tingkat rendah,” jelas Ayred dengan senyumnya yang miring. Tidak dia sangka orang yang sama menyebalkannya pun membalas dengan senyuman miring. Padahal sebelumnya dia memberikan peringatan untuk tidak melakukan hal macam-macam karena di hadapannya adalah seorang putra mahkota. Ah, benar juga. Ayred dulu kandidat terkuat sebagai penerus. Wajar jika membalas perkataan dengan agak kasar. “Aku tidak peduli dengan gadis itu dan dia tidak terlalu berharga. Untuk apa menempatkan para prajurit profesional untuknya. Aku tidak akan pernah memberikan gadis itu apa yang diinginkan olehnya,” ucap Myrin sambil menatap datar pada lawannya. Lalu, Alvaerelle dapat melihat pandangan keduanya seolah musuh lama. Bahkan tidak terlihat akrab satu sama lain. “Dan itulah bagaiamana kamu bisa membiarkan Soliana mati. Kamu membunuhnya melalui para prajurit rendahan. Jadi ambillah hasil perbuatanmu itu, Pangeran Myrin,” balas Ayred yang lalu mendorong tubuh Alvaerelle dengan kencang. Sesuatu yang membuatnya tidak dapat bergerak hilang begitu saja, dia refleks mencari sesuatu untuk diraih. Tanpa sadar tangannya sedang memegang pundak Pangeran Myrin. Wajar jika wajah pangeran tersebut terlihat sangat marah dan tatapannya begitu dalam. Sepertinya Myrin sedang membencinya. Dia lalu menelan ludah dan buru-buru memperbaiki posisinya. Oh ayolah, Ayred sudah memperingatinya, kenapa malah laki-laki itu pula yang menyebabkan dia dalam masalah. “Karena aku masih memiliki kesibukan lain, aku pamit undur diri. Semoga harimu menyenangkan, Pangeran Myrin,” ucap laki-laki itu yang lalu berlalu membiarkan Alvaerelle bersama dengan Myrin. Ah, jangan lupakan para gadis yang sedang menatapnya dengan tajam. Sekarang dia harus apa? Di mana pula Leia? Dia tidak tahu harus ke mana dan melakukan apa. Pertemuan pertamanya dengan pangeran Kerajaan Irendelle kurang mengenakan. Dia sangat tidak tahu harus berbuat apa. Lalu dia pun melirik ke sisi lain. Di mana para gadis menatapnya jijik. Memang apa yang sudah dilakukannya sampai pantas diberikan tatapan seperti itu. “Minggirlah!” ucap Myrin, pangeran sombong nan menyebalkan. Alvaerelle berniat untuk melangkah ke belakang, tetapi dia merasa ada kaki yang menjegalnya. Lalu, setelah itu dia pun terjatuh. Para perempuan itu mulai berbisik, tertawa tidak sopan dan itu sangat menyebalkan. Dia seperti dipermalukan. Calon tunangannya sendiri justru tidak peduli. Bahkan melaluinya begitu saja, seperti tidak mengenali siapa yang baru saja terjatuh. Inikah yang dinamakan etika? Sungguh menyebalkan. “Nona Alvaerelle!” Suara lantang yang dia dengar itu pasti milik Leia. Dia buru-buru Neneng dan menemukan pelayan pribadinya segera menghampiri. Mendahulukan untuk membantunya berdiri terlebih dahulu ketimbang memberi penghormatan pada pangeran. “Alvaerelle Zinsastra? Aku tidak menyangka, bukankah kamu anak yang dipungut leh keluarga Zinsastra? Oh ya ampun ... kamu benar-benar aib keluarga,” bisik para gadis yang dapat di dengarnya. Alvaerelle mencoba mengatur amarahnya. Dia tidak suka direndahkan. Semasa hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti kotoran. Bahkan tidak ada yang berani mengucapkan macam-macam padanya. Apakah ini memang perlakuan yang pantas untuk seorang calon tunangan putra mahkota? Tidak ada penghormatannya sama sekali. Rasanya ini akan sulit untuk menempuh tujuan asli dirinya. “Nona Alvaerelle, tidak perlu mendengarkan mereka,” bisik Leia berusaha untuk menenangkannya. Alvaerelle mencoba melepaskan pegangan Leia pada bahunya. Dia lalu berjalan menghalangi pangeran. Rasa sakit dari kaki yang kemarin terkilir pun dapat dia rasakan kembali. Laki-laki dengan rambut hitam dan mata cokelat itu menatapnya sekilas, lalu melipatkan tangan di depan d**a. Seolah menganggap apa yang akan terjadi selanjutnya tidak penting. Ya, tidak penting. Saat itu juga, Alvaerelle segera menampar laki-laki yang sangat menyebalkan itu. Membuat kehebohan di antara para gadis sekitarnya. Bahkan Leia pun sampai menutup wajahnya. Takut. Sementara pelaku yang menampar, menatap ganas pada Myrin. Ya, laki-laki berambut hitam itu membelalak. Tidak percaya dengan apa yang tengah gadis itu lakukan. Nyatanya teriakan para gadis pun memancing perhatian Ayred yang sedang berjalan menjauh. Terpaksa menengok ke belakang. Dia cukup khawatir karena telah berlaku kasar. Namun, ketika melihat apa yang terjadi. Dia mendengus, alih-alih menahan tawanya. Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Gadis sial! Kenapa kamu berani-beraninya menamparku? Apa kamu lupa siapa aku?” bentak Myrin. Teriakan itu cukup membuat telinganya sakit karena terlalu besar. “Ini hal wajar dengan apa yang dilakukan oleh sepasang tunangan ketika melihat tunangannya tengah bermesraan dengan banyak wanita,” balas Alvaerelle. “Kamu!” teriak Myrin lagi, tetapi tertahan. .Buru-buru tangan besar laki-laki itu mencengkeram dagu gadis di hadapannya, “kamu memang pantas untuk diberikan hukuman.” “Baik. Silakan batalkan pertunangan tidak masuk akal ini,” tantang Alvaerelle. Alvaerelle tahu, hidupnya tidak akan sama lagi sejak dia memukul wajah tampan dari Pangeran Myrin. Jika hukuman yang dimintanya dikabulkan, maka dia akan membawa Leia pergi dari neraka ini. Kerajaan Irendelle tidak seharusnya memiliki pangeran menyebalkan seperti Myrin. Jika di dunianya, sudah pasti akan dilakukan demo karena atasan tidak memilih calon penerusnya dengan benar. Myrin lalu tertawa. “Jangan bermimpi. Memutuskan pertunangan denganku hanya akan menjadi mimpi indah untukmu. Keluarga Zinsastra harus membayar segalanya, kamu hidup untuk menderita.” “Aku memiliki hak untuk hidup dan berpendapat. Takdir pun sudah ditentukan oleh Tuhan. Jadi kamu tidak perlu mengancamku seperti itu, Pangeran Hitam Menyebalkan,” ledek Alvaerelle dan itu menyebabkan cengkeraman pada dagunya semakin keras. Pangeran dari Kerajaan Irendelle pun membanting tubuhnya ke lantai. Kini menatapnya dengan kebencian yang sangat mendalam. Ini menyebalkan. “Mulai dari sekarang, melalui perintah dari penerus pemerintahan Kerajaan Irendelle, Alvaerelle Zinsastra akan mendapatkan penindasan dan tidak berhak mendapatkan simpatik dari siapa pun.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD