TJCPP 3

1002 Words
Dunia ini tidak semudah negeri dongeng. Di mana seorang putri akan bertemu dengan pangeran yang tampan dan baik hati. Bahkan populasi laki-laki baik kini sudah sangat menipis, menyisakan laki-laki kurang ajar dan menyebalkan. Tidak akan ada akhir bahagia dari seorang anak yang baru saja melihat kedua orangtuanya bercerai. Tidak ada pula kata yang lebih baik lagi saat mengetahui orang terdekatnya dalam keadaan buruk. Uang menjadi segalanya dan dia tidak dapat habis pikir karena uang pula yang telah merengut nyawa orangtuanya. Tidak ada yang tersisa selain bibi jahat dan kedua anak tirinya. Selintas, ini terdengar seperti Cinderella. Namun, Alvaerelle tidak pernah bertemu dengan pangeran berkuda putih yang siap sedia untuk menyelamatkannya. Jika pun ada laki-laki yang dapat menjadikan dirinya sebagai pangeran berkuda putih untuknya, maka Alvaerelle akan dengan senang hati menerima sambutan itu. Sebenarnya sudah ada satu. Bos El yang menerima baik dirinya untuk menjadi pekerja sambilan di salah satu mini Market. Selain itu mungkin para guru layak dikatakan sebagai pangerannya karena telah membantunya sampai sejauh ini. Selebihnya tidak ada. "Berapa harga semua ini, Kak?" ucap seorang gadis yang mungkin masih SMA. Tatapannya tajam dan matanya berwarna biru. Alvaerelle mengembuskan napas. Dasar anak zaman sekarang, lebih suka menutupi kecantikannya dan malah menggunakan lensa yang tidak selaras dengan warna matanya. Rosemary buru-buru melakukan pemindaian dari tiap benda yang dibeli oleh gadis tersebut. Setelah semua data sudah dimasukkan, dia pun memberitahukan totalnya. Transaksi berhasil dan pelanggannya pergi begitu saja. Untungnya gadis itu pelanggan terakhir setelah begitu banyak yang mengantri. "Sepertinya kesibukan kita masih belum berakhir, mungkin tidak akan berakhir, Alva. Hari ini banyak sekali pelanggan dari sekolah sebelah yang sedang membuat festival. Oh ya, kudengar kamu sedang mencoba mendaftarkan diri ke perguruan tinggi negeri. Bukankah untuk masuk ke sana cukup sulit?" tanya seorang wanita dewasa dengan rambut pendeknya. Meski terlihat muda, wanita itu sudah menjadi ibu dari dua orang anak. "Aku sedang menunggu pemberitahuannya Tante Lin. Cukup gugup, tapi katanya akan diumumkan pukul dua belas nanti. Oh ya ampun, aku berharap bisa sibuk sekalian agar bisa pulang dan membaca pengumumannya dengan santai," balas Alvaerelle sambil memijat pelan lengannya. "Kamu ini aneh sekali, Alva. Tapi aku suka gadis sepertimu. Tidak pernah merasa puas akan ilmu dan mandiri. Sudah jarang loh anak seperti dirimu. Biasanya para gadis lebih suka memoles dirinya agar cantik dan kadang masih menggunakan uang orang tuanya," jawab Bibi Lin. Alvaerelle tersenyum kecut. Memangnya gadis mana yang tidak mau memoles dirinya sendiri agar lebih cantik dan menawan? Sayangnya, bagi Rosemary, itu bukanlah prioritas utamanya. Saat ini yang dia butuhkan adalah uang untuk masuk ke perguruan tinggi dan juga biaya hidupnya. Bibinya tidak mungkin membiayainya. Lalu bagaimana dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan jika tidak bekerja keras? Selama tiga tahun terakhir ini menjadi neraka bagi Alvaerelle. Dia tidak memiliki banyak teman, wajar karena sibuk bekerja. "Oh!" ucap Tante Lin tiba-tiba. Buru-buru Alvaerelle pun menoleh. "Ini jam 13.00. Sebaiknya kamu pergi memeriksa pengumuman dulu. Bos El juga tidak akan marah jika kamu melihat ponsel barang sejenak." "Eh, tapi Tante ... ini masih jam bekerja. Aku tidak akan tenang jika membuka pengumumannya sekarang," jelas Alvaerelle ragu-ragu. Terutama dia ingin fokus bekerja lebih dulu. "Sayangku ... kamu enggak perlu cemas. Liat, mini Market ini sangat sepi sekarang. Kamu bisa memeriksanya sekarang," bujuk Bibi Lin. Alvaerelle mengembuskan napasnya. Segera saja dia pun mengembuskan napas pelan dan berakhir dengan melihat apa yang ada di hadapannya. Kosong. Tidak ada pelanggan. Mungkin benar, dia bisa mencuri-curi waktu meski itu hanya sebentar. Alhasil, Rosemary pun menyetujui usul Tante Lin. Dia merogoh ponsel di saku seragam kerjanya. Ponselnya dimatikan sejak tadi, sehingga tidak ada pesan masuk satu pun. Lalu segera saja dia pun menyalakan. Beberapa notifikasi masuk dan debaran jantungnya berpacu dengan sangat kencang. Dia menelan ludah. Takut jika ini tidak sesuai ekspetasinya. Setelah menguatkan diri, Rosemary pun membuka akses webnya. Beberapa kali gagal karena server yang penuh. Lalu ketika dia selesai mengetik nomor pendaftaran, hasil yang keluar adalah bar merah. Pertanda gagal. Dia sudah mengetahui itu sejak lama. Raut bahagianya hancur begitu saja. Dia tidak mau memberitahu Tante Lin. Namun, sepertinya terlambat. Tante Lin segera menepuk pelan punggungnya. Memberikan semangat dengan tindakannya dan tidak mengucapkan apa pun. Alvaerelle merasa baik-baik saja hanya dengan itu. Lalu dia mendapatkan kabar jika penolakannya karena nilai-nilai ujian tidak dapat membuatnya masuk ke dalam jurusan yang dia inginkan. Sementara di pilihan lain, dia ditolak karena kuota sudah terlampaui penuh. Ya, mungkin inilah batas mimpinya. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Dia melihat nomor yang tidak dikenal. Entahlah milik siapa. Agak ragu untuk menjawab. Terlebih beberapa kali ada berita tentang penipuan. Baiklah, dalam keadaan putus asa seperti ini, siapa lagi yang ingin mengerjainya? "Alva, tidak perlu diangkat. Kalau penipu, lebih baik jangan. Lagi pula nomornya tidak dikenal," jelas Tante Lin. Alvaerelle mengembuskan napasnya. Dia juga tidak mau menjawab. Namun, sepertinya nomor ini gencar sekali menelponnya. Alhasil, dia pun mengangkat telepon yang sudah kesekian kalinya. "Selamat siang, apa ini dengan Putri Alvaerelle yang mendaftarkan diri ke perguruan X melalui tes beberapa minggu lalu?" tanya si pembicara diujung sana. Alvaerelle pun mengiyakan. Dia memang melakukan tes dan hasilnya adalah gagal. Lantas untuk apa ada orang yang menghubunginya seperti ini? Soal penipuan pun terngiang-ngiang dalam benaknya. Apa benar jika orang yang tengah menelponnya adalah penipu? Namun, setahunya informasi seperti ini hanya diketahui oleh pemerintah dan universitas, mana mungkin bocor begitu saja. "Kami ingin menyampaikan info jika saudari Putri Alvaerelle mendapatkan beasiswa full untuk menjadi mahasiswa baru di perguruan X. Namun, dengan beberapa pertimbangan, kami tidak dapat menempatkan Anda di jurusan yang dipilih sebelumnya. Melalui beberapa tes kami mendapati saudari memiliki keunggulan di jurusan lain. Untuk menghindari penipuan, Anda dapat melihat pada laman unggahan resmi dari perguruan tinggi X. Terima kasih," jelas si pembicara yang lalu menutup ponselnya. Alvaerelle membelalak. Buru-buru dia pun pergi ke laman yang dikatakan oleh si pembicara tersebut. Dia berharap besar. Meski tidak sesuai dengan jurusan pun tidak masalah. Setidaknya dia memiliki kesempatan untuk berkuliah. Dia sangat ingin berusaha agar dirinya mampu diterima di perguruan tinggi dan telepas dari bayang-bayang bibi dan saudaranya. Lalu air mata pun perlahan keluar. "Aku berhasil."    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD