Aku ingin sewa rahim perempuan lain!

2358 Words
Serkan melirik kearah anaknya Hanin yang untung saja tidak terbangun beberapa saat yang lalu karena kegaduhan, dan suara bisik yang di buat isterinya Ella. Ah, anak? Serkan baru saja menyebut Hanin sebagai anaknya dalam hatinya barusan? Serkan tertawa sumbang, berbagai eskpresi tercampur menjadi satu di raut wajahnya saat ini. Sampai kapanpun, Demi Tuhan, hatinya, dirinya, jiwanya apapun itu, tak akan mudah untuk menerima perempuan lain selain isterinya Ella, walaupun perempuan itu adalah anaknya sendiri, darah dagingnya, anak yang tercipta dari hasil pertemuan sperm*-nya dengan sel telur Ella isterinya tidak akan pernah! Ah, ralat. Serkan...Serkan akan menerima kehadiran anaknya, khusus yang perempuan hanya sekitar 25% saja. Sisa 75%, Serkan membenci, dan sangat tak menyukainya. Tapi, kebencian, dan rasa tak sukanya, entah kenapa tak dapat Serkan semburkan selama ini, laki-laki itu menahan dirinya sebisa mungkin. Mungkin sisi manusiawinya terhadap perempuan, khususnya pada anaknya sangat'lah kuat, dan mungkin karena ikatan batin? Apapun itu, intinya selama ini, tak pernah Serkan melukai lebih anaknya, tadi, ia mencubit anaknya, ia khilaf dan menyesalinya. Sebagai ganti, dan permohonan maafnya pada Hanin. Serkan membeli boneka untuk Hanin. Dan lima boneka anak kelinci sedang di peluk anaknya saat ini. Serkan mendekat pada anaknya yang sudah berbaring di pinggir ranjang, tubuhnya hampir membungkuk ingin menyentuh kening Hanin, dan memperbaiki posisi tidur Hanin agar berada di tengah, supaya tidak terjatuh. Tapi, pikiran laki-laki itu mengalahkan keinginan hati kecilnya di dalam sana. Kedua kakinya yang panjang kembali melangkah mundur. Menatap Hanin yang terlelap dengan tatapan penuh bencinya. "Sialan! Gara-gara dua jalang sialan itu. Aku... aku, semoga kalian membusuk di neraka sana."Bisik Serkan dengan raut frustasi, dan tersiksanya. Serkan sangat membenci perempuan, semua perempuan yang ada di dunia ini, termasuk anak-anaknya, kecuali Ella. Dan Serkan semakin tak menyukai perempuan , bahkan anaknya di saat beberapa saat yang lalu, Ella isterinya dengan brutal menggampar pipi kanan, dan kirinya. Bahkan membuat kedua sudut bibirnya berdarah karena ucapan yang ia lontarkan, yang berisi keinginan untuk melenyapkan anak mereka, apabila jenis kelaminnya perempuan. Ella langsung menghadianya dengan dua kali tamparan kuat, dan satu tendangan kuat di tulang keringnya, dan air mata wanita itu yang mengalir dengan mulus membasahi kedua pipinya. Serkan membenci harus ada air mata yang mengalir di kedua mata isterinya. Lebih baik isterinya menyakiti fisiknya, memggampar habis dirinya, dari pada mengeluarkan air matanya seperti tadi karena dirinya. "s**t!" Umpat Serkan di saat hampir saja tubuh mungil Hanin terjatuh menghantam lantai. Tapi, dengan sigap, tubuh Hanin sudah berada dalam gendongannya dengan tubuh yang masih membungkuk, dan rasanya Serkan ingin mengumpat keras, di saat kedua manik cokelat teduh milik Hanin terbuka lebar, dan membuat jantung Serkan rasanya ingin meledak di dalam sana. Melihat tatapan mata Hanin yang menatap dirinya dengan tatapan dalam, dan sayu anak itu. "Papa..."Bisik Hanin pelan dengan senyum manis yang terbit begitu indah di kedua bibirnya, membuat jantung serkan berkali-kali lipat semakin berdebar sangat kencang, dan liar di dalam sana. Dan untung saja, kedua mata anaknya Hanin sudah kembali tertutup rapat sejak tiga detik yang lalu, dan dengan tak sabar. Serkan kembali membaringkan tubuh Hanin di atas ranjang dengan melemparnya sedikit kasar. Untung saja Hanin kembali tak terbangun. Malah terlihat memperbaiki posisi tidurnya saat ini. Mencari posisi yang nyaman. "Jijik!"Desis Serkan pelan. Kedua tangannya menghapus dengan raut jijik bekas tubuh anaknya, keringat mengumpul begitu banyak di keningnya dalam waktu seperkian detik. Kepalanya terlihat menggeleng kuat, dengan kedua tangan yang terlihat menekan kuat jantungnya yang berdebar dengan gila-gilaan di dalam sana. Reaksi tubuhnya saat ini terjadi karena anaknya Hanin, dan dengan sialnnya, hatinya... hatinya di dalam sana seakan mulai suka, dan menerima kehadiran anaknya Hanin. "Hahahah, nggak akan, bodoh! Aku nggak akan melanggar sumpah, dan janjiku. Perempuan selain Ella akan menjadi musuhku sekalipun perempuan itu adalah anak-anakku!" ***** Melihat Ella yang datang dengan tiga gelas s**u yang ada di atas nampan, Serkan dengan cepat-cepat melembutkan tatapannya yang menatap pada anaknya Hanin dengan tatapan datar, dan sedikit tajam tadi. Takut Ella semakin marah, dan tidak mau bertegur sapa dengannya semakin lama, dan panjang. Cukup selama seminggu ini, dirinya harus serba tersiksa. Tersiksa lahir batin. Makan tak enak, tidak ada yang menemani ia makan apabila ia pulang telat agak larut karena lembur, tidak ada yang membantu memasang dasi atau mengacingkan kemejanya, tidak ada yang menggosok punggungnya, dan yang lebih parah selama seminggu penuh ini, Serkan menahan gairahnya sebisa mungkin, dan menggunakan sabun sebagai pelampiasan hasratnya. Banyak wanita lain di luar sana, termasuk Sharon yang melempar tubuhnya bagai barang yang tak ada harga, muarahan pada dirinya, tapi sayang, Serkan jijik pada perempuan selain Ella. Apalagi untuk menyentuhnya, mungkin Serkan akan muntah di tempat apabila melakukan hal itu. Tidak ada teman tidur, dan guling ternyaman yang menemani dirinya tidur selama seminggu belakangan ini. Isterinya itu dengan pintar, apabila anak mereka Hanin telah terlelap setiap malamnya, Ella dengan gesit, dan pintar segera meleset ke kamar anaknya Hanin, tidur di sana, dan akan kembali ke kamar mereka sebelum anak mereka Hanin terbangun. Serkan tidak bisa apa-apa, takut Hanin terbangun, dan semuanya menjadi serba kacau di saat waktu yang seharusnya menjadi waktu istrahat untuk dirinya, isterinya, dan Hanin. Tapi, hari ini, Serkan tidak akan tinggal diam. Ella harus sudah mau bertegur sapa dengan dirinya, mengurus dirinya, dan perhatian pada dirinya sebagaimana kewajibannya sebagai seorang isterinya, apapun yang terjadi hari ini. Serkan harus kembali mendapatkan itu semua dari Ella. Dan kalaupun Ella masih keras kepala, dan masih tak acuh padanya. Demi Tuhan, Wanita benar-benar memuakkan, dan membuat hidup Serkan tersiksa selama ini, kecuali Ella. Ella adalah obat mujarab bagi Serkan. Tapi, anak-anaknya? Karena mereka'lah dirinya harus menderita selama seminggu ini. Hanin, dan Ella saling menatap dalam diam saat ini, melihat sedikit keanehan yang di tampilkan oleh Serkan saat ini, laki-laki itu terlihat melamun dengan tatapan yang menatap dalam kearah Hanin yang makan dalam diam dengan kepala menunduk sedari tadi, tapi kini Hanin sedang menatap balik ke arah Serkan yang terlihat melamun. Ella mencolek lembut bahu anaknya, memberi kode agar membersihkan pinggiran mulutnya dari selai coklet yang belepotan di sana, hampir saja, Hanin membersihkannya dengan semborono menggunakan punggung tangannya, tapi dengan cepat di tahan sama Ella. "Suruh papa."Bisik Ella pelan, Serkan masih melamun. Hebat, apa yang sedang laki-laki itu pikirkan? Sedang merangkai rencana supaya bisa melenyapkan anak mereka? Tak akan Ella biarkan. "Suruh papa, Mama?"Bisik Hanin pelan, dan terlihat menelan ludah susah payah saat ini, menatap mamanya dengan tatapan was-was. "Ya..."Bisik Ella lembut. Tanpa kata lagi, Hanin terlihat mengulurkan selembar tisu tepat di depan wajah Serkan membuat Serkan tersentak kaget hampir terjatuh kebelakang bersama kursinya. Hanin menahan tawanya sebisa mungkin melihat wajah kaget papanya, ih lucu sekali, dan terlihat menggemaskan bagai anak kucing tetangga yang sering Hanin lihat diam-diam di waktu sore hari mendatang, Begitupun dengan Ella terlihat menahan tawanya sebisa mungkin. "Kamuuu!!!"Desis Serkan dengan geraman tertahannya membuat wajah Hani pucat dalam waktu seperkian detik melihat tatapan papanya yang sangat tajam. Dan deheman seseorang, yaitu Ella membuat Serkan sadar, merubah cara tatapnya pada anaknya Hanin dengan tatapan yang sangat susah payah di pasang oleh laki-laki itu di kedua mata, dan raut wajahnya. Tatapan lembut, dan teduh. "Ada apa, Sayang?"Tanya Serkan lembut, dengan kedua ekor mata yang melirik kearah Ella yang wajahnya yang sangat datar saat ini. Hanin tersenyum lebar . sayang? Yey, papapnya panggilan dirinya barusan dengan panggilan sayang. Hanin tanpa kata, kembali mengulurkan selembar tisu pada papanya Serkan. Mendekatkan wajahnya dengan raut menggemaskan kearah Serkan. Dan sial, raut manja anaknya, raut menggemaskan anaknya membuat jantung Serkan rasanya ingin meledak saat ini juga. "Kata mama suruh papa, mulut Hanin kotor."Ucap Hanin dengan tatapan malu-malu pada papanya. Dan raut malu-malu, kata-kata menggemaskan Hanin barusan membuat jantung Serkan berdebar liar diringi dengan rasa sesak yag menyiksa saat kali ini. Melihat wajah bahagia anaknya, Ella segera meletakkan nampan yang ada di tangannya, membalikkan badannya ingin menuju kamar mandi. Air matanya hampir menetes, tidak mungkin Ella merusak bahagia anaknya hari ini dengan air mata, dan wajah merah serta basahnya di depan anaknya Hanin. Serkan, melihat Ella yang berjalan menuju dapur. Membersihkan dengan cepat pinggiran mulut Hanin dari selai dengan usapan lembutnya. Bahkan...Bahkan Serkan tanpa sadar, sebelum beranjak untuk menyusul isterinya. Cup! Satu ciuman lembut, di daratkan laki-laki itu pada kening anaknya Hanin, membuat senyum Hanin semakin lebar saat ini. "Ih, Papa cium Hanin."Ucap Hanin malu-malu. Serkan nggak tahan lagi, pertahanannnya akan runtuh kalau ia masih berada sedikit lama di dekat Hanin. " Pa-Papa nyusul mama ke dapur. Bantu buat jus untuk A-Adek, Hanin."Ucap Serkan susah payah, dan mendapat anggukan manut dari Hanin masih dengan senyum, san wajah malu-malu bocah kecil itu. Serkan melangkah lemah. Tak lupa, laki-laki itu, Serkan menggosok kasar kedua bibirnya, untuk menghilangkan jejak, dan bekas kulit wanita lain yang menempel di tubuhnya, selain Ella. Serkan merasa jijik! Serkan melangkah dengan oleng, dan lemas. Pengaruh Hanin sangat kuat pada dirinya, dan jantung.... jantungnya di dalam sana, berdebar semakin liar di dalam sana. Menyebut dirinya papa pada Hanin barusan. Membuat Serkan merasa sudah mengkhianati papanya di atas sana. Tidak! Serkan, apapun yang terjadi tidak akan pernah mengkhianati papanya! **** Seharusnya Ella luluh, dan sudah mau memaafkannya. Ia sudah berlaku lembut bahkan untuk kesekian kali setelah dua tahun anak mereka Hanin masuk sekolah, ia yang mengantar, dan tadi Serkan yang mengantar Hanin bukan supir. Tapi, kenapa wanita itu terlihat semakin marah, dan sama sekali tak ingin melihat wajahnya saat ini, hm? Ia bagai laki-laki bodoh, dan bagai seekor anak ayam yang mengikuti induknya, mengikuti setiap langkah Ella sedari empat puluh menit yang lalu. Bahkan ia harus rela bolos kerja hari ini, takut apabila masalah ini di biarkan, ia tak menjelaskan lebih lanjut tentang ucapan kejamnya minggu lalu, akan membuat Ella takut, dan salah paham berkepanjangan padanya. Tapi, detik ini, kedua tangan Serkan terlihat mengepal erat di bawah sana. Di saat kedua manik hitam pekatnya melihat pergerakan Ella yang seakan tak sudi, tubuhnya yang ingin memakai baju setelah wanita mandi beberapa menit untuk membilas tubuhnya yang berkeringat. Di palingkan darinya, bahkan wanita itu terlihat kaget di depan sana melihat keberadaannya di atas ranjang mereka saat ini. Ella mengira Serkan sudah bosan mengikutinya, dan balik berangkat bekerja. Tapi, ternyata laki-laki itu masih ada di dalam kamar mereka. Duduk dengan wajah muram di atas ranjang, tapi detik ini, Serkan sudah berada di depannya. Memegang sedikit kuat pergelangan tangannya, menahan tubuhnya yang hanya di lindungi oleh selembar handuk ingin masuk kembali ke dalam kamar mandi, menghindar dari suaminya, apalagi keadaannya, dapat membuat, ah sial! "Lepaskan tanganku!"Desis Ella sambil meronta kecil. Sayang ucapan yang terdengar dingin di kedua indera pendengar Serkan barusan semakin membuat Serkan mengeratkan pegangannya pada pergelangan tangan Ella. "Katakan, apa salahku, baru aku melepaskan tanganmu."Ucap Serkan dengan nada, dan raut wajah yang di buat tenang sebisa mungkin. Menahan amarah, dan egonya yang terluka melihat kedua tangan isterinya yang sedang menutupi bagian dadanya, karena handuk yang menutup tubuh bagian atasnya sudah melorot hampir jatuh. Ia bukan seorang pemerkosa, dan laki-laki asing bagi Ella? Melihat Ella yang memperlakukannya seperti itu, benar-benar mencoreng harga dirinya saat ini, dan membuat egonya terluka. "Lepas, lepas aku mau make baju. Aku kedinginan."Ucap Ella pelan, melihat raut wajah menyeramkan suaminya saat ini, kedua mata yang merah, dan wajah yang sudah sangat memerah saat ini. Serkan diam, melonggarkan cengkramannya di tangan Ella. "Hanin nggak mungkin bisa sebesar ini. Kalau mau mendengarkan kata orang, tolong jangan mendengarkannya hanya setengah-setengah. "Ucap Serkan pelan. Kedua tangan lebar, dan kekarnya dengan lembut merangkum hangat kedua bahu putih mulus Ella yang segar, dan terasa dingin saat ini di telapak tangan besar, dan lebarnya, membuat aliran darah Serkan terasa memompa lebih cepat di dalam sana. jantungya juga dalam sekejap berdetak dengan laju tak normal, dan pusat intinya di bawah sana, kalian pasti tau. Tapi, Serkan harus meluruskan semua ini, menghapus pikiran licik Ella tentang dirinya karena kata-kata yang tak sempat ia ucapkan semua minggu lalu. "Andai... Andai wanita lain yang menampung anakku di dalam rahimnya, dan aku mengetahui jenis kelaminya perempuan, aku pastikan anak itu tidak akan pernah melihat dunia ini, Ella." "Itu sumpah, dan janjiku pada seseorang,"Ella yang menunduk, mengangkat pandangannya pelan, menatap dengan tatapan was-was kearah wajah suaminya yang terlihat berkeringat banyak saat ini. "Seseorang yang sangat aku sayangi, cintai, dan hormati."Bisik Serkan dengan raut wajah getirnya. "Mas, maksu---" "Ssst, dengarkan dulu."Serkan meletakkan lembut jari telunjuknya di depan mulut, Ella. Agar Ella diam, dan mendengarkan dulu ucapannya. "Andai aku tidak mencintai kamu. Hanin, bayi yang ada dalam perut kamu saat ini pasti sudah lenyap sejak lama, sebelum Hanin melihat dunia yang kejam ini. Tak peduli walau mereka adalah darah dagingku. Aku... Aku, dan orang itu menginginkan aku memiliki anak laki-laki walau hanya satu orang saja. Andai Hanin laki-laki, aku nggak sudi membiarkan, dan membuat kamu hamil lagi. Menempatkanmu dalam keadaan di antara hidup, dan mati. Sakit yang tak terkira dalamnya. Membuat aku memiliki anak perempuan, nggak akan aku biarkan, Ella!" "Cukup satu anak laki-laki, dan aku akan memburunya sampai dapat. Apabila wanita lain, Andai aku tak pernah bertemu denganmu. Anak-anak yang tak diinginkan olehku itu akan mati." "Tapi aku bertemu kamu. Hati aku, pikiran, dan jiwa aku sudah berkhianat dengan membiarkan dua anak perempuan bahkan tiga anak perempuan dengan yang kamu kandung saat ini hidup, dan melihat dunia ini. Bahkan hati aku lancang, mulai suka, dan jatuh cinta pada anakku, Hanin."Ucap Serkan dengan geraman tertahannya. Bahkan Serkan terlihat mengacak rambutnya kasar saat ini. Menggambarkan betapa frustasi, dan besar beban yang di tanggung laki-laki itu. "Mas... kenapa begitu? Apa yang salah dengan anak perempuan? Ini anak kamu mas? Sama siapa orang itu? Orang yang Mas maksud itu siapa?"Tanya Ella dengan nada pelanya. Serkan yang menatap lantai dengan tatapan kosong selama beberapa detik, mengangkat pandangannya, menatap Ella denga tatapan yang mampu membuat kedua lutut Ella terlihat bergetar kecil di bawah sana. Ella... Ella merasa takut saat ini pada suaminya. "Akan aku ceritakan semuanya tentangku, tentang masa laluku, ketidaksukaanku pada anak perempuan bahkan seluruh perempuan di dunia ini kecuali kamu. Tapi... aku ingin bertanya pada kamu...sebelumnya, Ella."Ucap Serkan pelan. Ella terlihat menelan ludahnya susah payah. Menatap Serkan dengan tatapan was-wasnya. "Jangan membuatku takut seperti ini, Mas."Bisik Ella akhirnya tak kuasa melihat raut wajah Serkan yang horor, dan menakutkan saat ini. "Apakah kamu setuju, dan mengijinkan aku untuk menyewa rahim wanita lain yang bisa mengandung anak laki-laki untukku? Kamu setuju? Kalau kamu mau, dan setuju, Mas... Mas akan menceritakan semuanya sama kamu. " tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD