Bel sekolah telah berbunyi. Caca berlari keluar kelas. Hari ini Daddy nya berjanji akan mengajaknya jalan-jalan.
Caca sangat senang sekali. Akhir-akhir ini Leo sangat sibuk sekali di rumah sakit. Tapi Caca sangat mengerti dengan profesi Daddy nya. Dia sudah terlatih sejak dulu saat Almarhum Krisna masih ada.
"Caca... Jangan lari-lari..! Nanti jatuh!" Miss Clara menegurnya, tapi Caca tak menghiraukannya. Dia tak sabar bertemu Daddy nya. Miss Clara hanya geleng-geleng kepala.
Saat ini Caca sudah duduk di bangku SD kelas 3. Diusianya yang baru menginjak 8 tahun, Caca terlihat cantik dan sangat cerdas. Satu tahun dia melompati kelasnya, dari kelas 1 langsung naik kelas 3 karena kecerdasannya.
Orang-orang tak ada yang tahu kalau Caca anak sambung dari Lita dan Leo. Mungkin suatu anugerah dari Allah, Wajah Caca mirip dengan Lita, rambutnya coklat alami seperti Leo. Mungkin kasih sayang Lita dan Leo yang tak terhingga, Caca teraku seperti anak kandung Mereka. Padahal rambut krisna hitam, begitu juga dengan mendiang Ibu kandung Caca.
"Aaacchhh... Uncle....!!!" Caca setengah melompat melihat siapa yang menjemputnya. Uncle Tristan sedang berbincang dengan salah seorang penjaga sekolah.
"Nah itu Caca nya sudah keluar." Kata Penjaga itu.
Tristan langsung berbalik mendengar teriakan Caca dan juga perkataan Penjaga. Caca sangat tahu betul postur tubuh Tristan walau Tristan membelakanginya.
Tristan merentangkan tangannya. Caca langsung melompat ke arah Tristan setelah meletakkan tas kopernya begitu saja.
Tristan mencium pipi Caca. "Uncle kapan pulang? Daddy mana?" Caca celingukan.
"Hhhmmm... Jadi gak mau Uncle yang jemput?" Tristan menggembungkan pipinya.
Caca tertawa lepas dan menusuk pipi Tristan dengan jari telunjuknya.
Tristan tersembur dan membuat Caca tertawa. Caca mencium pipi Tristan. "I Miss U, Uncle." Caca menyandarkan kepalanya dibahu Tristan.
Penjaga membawa tas koper Caca ke dalam mobil Tristan.
"I Miss U too, Honey." Kata Tristan mengelus punggung Caca lembut. Ada perasaan asing menelusup ke relung hati Tristan. Tristan mengusap kepala Caca.
"Mau masuk mobil, gak?" Tanya Tristan. Caca mengangguk.
Tristan masih menggendong Caca. "Terima kasih Pak Dirman." Kata Tristan, Pak Dirman membukakan pintu mobil Tristan.
Tristan meletakkan Caca di kursi sebelah kemudi dan memasang sabuk pengaman ke tubuh Caca. Kemudian Tristan memutar ke arah kursi kemudi. Tristan membuka kaca mobil. Dia mengulurkan tangan pada Pak Dirman.
"Terima kasih Dek Tristan... Hati-hati dijalan." Kata Pak Dirman senang. Tristan berbaik hati memberikannya tip.
_________________
Sebelah tangan Tristan memegang kemudi. Yang satu lagi mengusap kepala Caca. Dari tadi Caca berceloteh dan membuat Tristan tertawa. Caca bercerita ada teman kelas nya yang mengajaknya pacaran.
"Mommy kan pernah marah sama Caca, waktu dulu Kak Ifah bilang pacaran pada Caca. Eh sekarang Thomas bilang "I Love You, Caca. Would You Like too Marry Me...? Caca mencibir. "Oh my god, apa kata Mommy kalau sampai Mommy tahu?" Caca terus curhat pada Tristan. Dia tak menyadari arah mobil Tristan yang tak berbelok ke arah rumah.
"Hahahaha... Terus Caca jawab apa?" Tanya Tristan gemas.
"Caca gak jawab, cuma begini nih..." Caca menjulurkan lidah nya dan menjulingkan kedua matanya.
Tristan tertawa terbahak-bahak. "Ya ampun... Masa Sayang nya Uncle Tristan jelek gitu sih?" Tristan mengacak rambut Caca. "Terus reaksi Thomas gimana?" Tanya Tristan.
"Kan Dia nembaknya waktu jam makan istirahat di kantin. Dia langsung memuntahkan burgernya dan lari ke toilet.. hihihihi..." Caca cekikikan dan sedikit bergidik karena ingat melihat muntah Thomas.
"Sejak saat itu. kalau Thomas lihat Caca, Dia langsung menghindar. Dia gak ganggu-ganggu Caca lagi di kelas...hihihihi..." Caca tertawa geli.
"Kamu tega banget... Patah hati deh Thomas... Hahahaha..." Tristan tertawa sambil geleng-geleng kepala.
"Uncle Tristan patah hati gak, kalau Caca terima pacarannya Thomas?" Tiba-tiba Caca mengatakan demikian.
"Uhuk... uhuk..." Tristan terbatuk. Caca langsung membuka tutup botol air mineral yang memang ada di samping Tristan dan menyodorkan ke Tristan. Tristan menerimanya dan meminumnya, tapi masih fokus ke jalan.
"Uncle sakit, yah?" Caca memang sangat polos. Dia juga gak ngerti apa yang dikatakan Thomas dengan menikahinya. Caca hanya tahu tidak boleh berteman dekat dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Apalagi Thomas sudah mengatakan "Love" pada Caca, itu berarti Thomas sudah melanggar norma-norma ketentuan peraturan Mommy nya... (hehehe... lebay author)
"Uncle gak apa, mungkin masuk angin. Uncle dari bandara langsung pulang ke rumah Uwo istirahat sebentar terus jemput Caca." Jelas Tristan.
"Lagian Uncle kenapa gak istirahat? Kan Daddy janji yang akan jemput Caca pulang sekolah." Caca terlihat cemas.
"Uncle sudah kangeeeennn sama Caca... Lagian kalau Uncle gak jemput Caca, Caca gak bisa curhat sama Uncle. Kalau udah di rumah, Caca kan sibuk jaga ade-ade?" Tristan memberi alasan.
"Iya Ya... Uncle Tristan memang The Best banget deh.. Love You nya Caca..." Caca memberikan dua ibu jarinya.
Tristan tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Usia Tristan hampir 23 tahun.
"Kok Kita kesini?" Caca baru menyadari saat mobil Tristan memasuki area parkir sebuah gedung kantor.
"Uncle ada urusan sebentar dengan Eyang Rafa. Kamu mau ikut atau tunggu di lobby?" Tanya Tristan.
"Caca ikut Uncle aja. Caca kan masih kangen sama Uncle." Kata Caca.
"Oke." Tristan memberikan satu jempolnya.
___________________
3 Tahun Kemudian
"Oek... oek... oek..." Dokter membuka ruang persalinan dan terdengar suara tangisan bayi.
"Alhamdulillaah... Adiknya Caca sudah lahir." Caca mengusap wajahnya. Tristan melakukan hal yang sama. Uti dan Akung juga kedua Uwo nya ada disana. Hanya Vita yang tidak ada karena menunggu Twins di rumah. Usia Twins sudah lebih dari 3 tahun.
Usia Caca 11 tahun dan sudah masuk SMP, Caca kembali lompat kelas, dari kelas 4 ke kelas 6. Dan masih di sekolah yang sama.
Lita dan Leo memang memilih sekolah terbaik untuk Caca. Disana tersedia tingkatan dari Paud hingga SMA, sedang Universitas, gedungnya terpisah beberapa ratus meter.
"Alhamdulillaah... Bayi nya perempuan dan lahir dengan selamat. Ibu dan bayinya baik-baik saja tanpa kurang satu apapun." Kata Dokter Dian yang membantu persalinan Lita. Leo masih di dalam menemani Lita.
"Caca punya teman lagi di rumah... Kasihan ade Lili eh ade Lili ada ade Tito..." Caca menepuk keningnya. Caca memang cerdas dalam mata pelajaran, tapi dalam sehari-hari Dia sedikit pelupa dan ceroboh.
Tristan mengelus kepala Caca. "Lupa lagi kalau sedang lupa ucap istighfar..." Tristan mengingatkan.
"Ups... Kenapa Caca selalu khilaf sih?" Caca sangat manja pada Tristan.
"Jangan-jangan nanti Caca juga lupa kalo udah punya "Love"?" Goda Tristan setengah berbisik.
"Iisshhh... Gak mungkinlah... "Love" nya Caca kan Uncle Tristan. Caca gak mungkin lupa sama Uncle." Ucap Caca.
Jantung Tristan berdegub kencang. Dia tahu Caca masih sangat polos, tapi perkataan Caca membuat relung hatinya berdesir.
Usia nya sudah 26 tahun. Kedua orangtua nya sudah ribut menanyakan kapan Dia membawa calon Istri untuk dikenalkan.
Tristan menepis perasaannya. "Ini tidak benar, Aku pamannya, tak mungkin perasaan aneh ini hinggap di hati ku. Aku mencintainya karena Kami selalu bersama." Batin Tristan.
Caca mengibaskan telapak tangannya. "Iihhh Uncle, Caca perhatiin sekarang sering melamun."
Tristan menangkap tangan Caca dan mengeluskan ke pipi Tristan. "Uncle lagi banyak kerjaan. Uncle lupa kalau hari ini ada meeting. Kamu sama Uti, Akung dan Duo Uwo ya? Gak apa kan?"
"Its Oke, Uncle. Godluck yah." Caca menyemangati Tristan.
Tristan sekarang memegang perusahaan Tia yang dulu dikelola Rafa. Mengingat Usia Rafa yang tak muda lagi. Dan Putera Rafa tak menuruni bakatnya. Sesekali Dia membantu Tristan di Perusahaan sebagai Penasehat dan pembimbing bagi Tristan.
Sedangkan Perusahaan Lambok dikelola oleh Atala dan Fathir. Lambok hanya memantau sesekali.
Setelah berpamitan pada kedua orang tua nya, Tristan meninggalkan area Rumah Sakit.
__________________
*Latifah Annisa*
Demikian Leo dan Lita memberi nama bagi Puteri nya yang baru saja terlahir ke dunia. Dengan mata biru mirip dengan Akung Alex.
Rumah Mereka kembali ramai dengan kedatangan Family dari Sumatera. Tak ketinggalan Nenek Nia, buyut Caca dan Twins yang sudah sangat renta karena usia. Juga hadir Grandma Merry dan Grandpa Wijaya. Mereka juga sudah terlihat renta. Sebenarnya Lambok dan Tia menginginkan merawat ketiga orantua nya, namun Orangtua Lambok menolak, Mas Jojo dan Keluarganya tetap setia mengurus Mereka. sedangkan Nenek Nia, Fitri dan Nindi yang mengurusnya.
Seminggu sekali Tia dan Lambok mengunjungi kedua orang tua Lambok dan juga Ibu nya Tia.