Bab 7. My Handsome Uncle

1106 Words
"Ca... Kenalin Aku sama Pamanmu dong... Anjiirrr ganteng banget." Cintya teman sekelas Caca yang terkenal suka gonta ganti pacar, merayu Caca agar mengenalkan nya pada Tristan. Awal nya Cintya tidak dekat dengan Caca karena Dia merasa tidak selevel dengan Caca yang tidak banyak bergaul dengan laki-laki. Dan Caca adalah saingan terberat nya di sekolah sebagai primadona. Padahal Caca tak pernah menanggapi godaan laki-laki di sekolah nya yang coba mendekati Dirinya. Dia mendengarkan nasehat Mommy nya agar tidak menjalin hubungan dengan laki-laki alias berpacaran, kalau Caca ingin fokus belajar. Padahal Daddy nya tidak keberatan. Tapi Lita dengan tegas menolak ijin Leo kalau Caca punya pacar tak masalah. Caca memang sering mendengar dari saudara sepupu nya, Jovan, Putera dari Fathir dan Joana, kalau Emak Uwo Mereka melarang berpacaran saat masih sekolah. Takut mengganggu konsentrasi belajar. "Cintya... Sudah Caca bilang, kalau Kamu mau kenalan sama Uncle Aku, ya kenalan saja. Aku gak pernah ngelarang Kamu kan?" Kata Caca. "Iya.. Kamu memang gak pernah melarang Aku, tapi Paman mu itu kok dingin banget sih. Aku minta tolong sama Kamu supaya Pamanmu itu dekat sama Aku." Pinta Cintya. Waktu itu juga Cintya melihat Caca dijemput seorang pria tampan yang lebih cocok jadi Pamannya dari pada pacarnya. Cintya menyebarkan gosip di sekolah kalau Caca peliharaan Om-om. "Pantes saja, Dia selalu menolak Gw kalau Gw mau antar pulang!" Geram Toni anak IPA3 yang sangat mahir main bola basket. Dan jadi idola para gadis di sekolah termasuk Cintya. "Gw gak percaya Caca jalan sama Om-om... Jangan-jangan Cintya cuma mau menjatuhkan pamor Caca aja.." Celetuk Bram, teman basket Toni, anak IPS1. "Lagian Lo, Toni dengerin aja kata Cintya, Dia tergila-gila banget sama Lo, cuma Lo gak nganggep Dia serius." Timpal Berlian yang merupakan kekasih Bram, anak IPA2. "Aaahh.. malas Gw sama Cintya, kurang greget, terlalu gampang dapetin Dia. Ya walau Dia memang lebih cantik dan tajir dari pada Caca. Tapi Gw lebih suka yang susah ngedapetinnya." Kata Tino. "Pepet terus Ton! Hahahaha.." Tawa Bram dan beberapa teman team basket lainnya. "Taruhan yuk! Bisa gak Toni ngedapetin Caca. Kalo Toni berhasil jadian sama Caca, Gw kasih tuh motor Cyber Gw buat Lo, Ton." Tantang Vino, teman sekelas Toni. "Tapi kalau Lo gagal dapetin Caca, Lo harus jadian sama Cintya." Kata Vino lagi. "Gimana? Deal?" Vino mengulurkan telapak tangannya pada Toni. Toni melihat uluran tangan Vino, Dia melirik pada kawan-kawan team basketnya. Mereka ada yang mengangguk ada juga yang hanya mengedikkan bahu nya. "Ok! Deal! Siapa takut." Mantap Toni sambil menyambut uluran tangan Vino. Mereka berjabat tangan. "Tapi kalau yang pernah Gw lihat, Om-om itu lebih ganteng dari pada Lo, Ton!" Tiba-tiba Clara nyeletuk. Clara adalah kekasih Vino teman sekelas Berlian. "Gw jadi penasaran..." Sahut Tino. 3 Hari Kemudian "Uncle...!" Panggil Caca yang terlihat sangat senang melihat Tristan tiba-tiba menjemputnya. Padahal Caca tahu banget, sejak Tristan memegang perusahaan milik Emak Uwo nya, Uncle nya itu super sibuk. Tristan tersenyum melihat Caca yang berlari menghampirinya. "Tumben Uncle jemput Caca? Daddy kemana?" Tanya Caca sambil bergelayut manja pada Tristan. "Daddy dapat telpon mendadak dari Rumah Sakit, katanya pasiennya anfall. Tadi Uncle makan siang di rumah Mommy Kamu." Jelas Tristan. "Inna lillaahi... Semoga pasien Daddy gak kenapa-napa..." Caca menengadahkan kedua telapak tangannya. "Aamiin..." Kata Caca dan Tristan. "Tumben Uncle jemput Caca?" Tanya Caca. Tristan tersenyum. Dia membukakan pintu mobil untuk Caca. "Terima kasih Uncle." Kata Caca sambil masuk ke dalam mobil. Tak lama Tristan menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah. "Ya ampun... Ganteng banget...!" Celetuk Cintya. "Pak Satpam!" Panggil Cintya. "Iya Non?" Sahut Pak Asep, salah seorang satpam sekolah. "Yang tadi jemput Caca, pacarnya Caca ya? Kok Caca senangnya sama Om-om sih?" Cintya mengerucutkan bibirnya. "Apa Non? Non Caca pacaran sama Om nya sendiri?!" Pak Asep terkejut. "Gak mungkinlah, Orang Pak Tristan itu Pamannya Caca kok. "Haaahhh!!?? Jadi Om-om itu, Pamannya Caca?! Bukan pacarnya?!" Cintya sangat terkejut. "Pak Tristan itu memang Pamannya Non Caca, Non. Adik Mama nya Caca." Jelas Pak Asep tanpa curiga sedikit pun. "Lagian gak mungkinlah Non Caca pacaran sama Om-om, Mereka itu Keluarga baik-baik dan terpandang." Kata Pak Asep lagi. "Oohhh... Begitu ya Pak Satpam... Ok, Makasih ya info nya..." Cintya langsung ngeloyor begitu melihat supir pribadi Papa nya sudah standby di dekat parkiran sekolah. Cintya tidak mengenal nama-nama Satpam di sekolah. Dia anak Orang kaya yang kurang peka dengan keadaan sekitar nya. Tidak selevel sama Dia, maka Dia enggan untuk mengenal. "Jadi Om-om itu paman nya Caca? OMG... Aku harua ngedeketin Caca nih. Gila ganteng banget! Tajir lagi, mobilnya... Ya Tuhan... Keren BGT. Toni... Lewat!" Batin Cintya sambil senyum-senyum sendiri. Di Saat Yang Sama "Kita mau kemana Uncle?" Tanya Caca. "Kita mau ke Mall... Uncle mau minta tolong sama Caca, memilihkan kado untuk wanita..." Tristan menggantung kalimatnya. "Pacar Uncle ya? Uncle udah punya pacar?" Caca langsung menembak Tristan. Ada perasaan nyeri di ulu hati nya, tapi Caca tak mengerti apa itu. Tristan tersenyum. "Memang salah kalau Uncle punya pacar?" Goda Tristan yang melihat wajah Caca yang seketika berubah murung. "Ya... Gak siiihhh... Malahan harusnya Uncle udah punya Istri dan Caca punya saudara lagi..." Kata Caca mencoba menutupi debaran jantungnya yang Dia tetap tak mengerti apa. "Ngomong-ngomong, siapa Dia Uncle? Apa Caca mengenalnya?" Tanya Caca lagi. Tristan tersenyum. "Caca belum kenal, karena Uncle baru saja mengenalnya dekat sebulan yang lalu." Kata Tristan. "Oh ya? Baru sebulan tapi Uncle sudah ingin membelikan Dia hadiah?! W O W...! Kemajuan." Caca mengeja kata WOW. "Ya Allah... Apa ini? Kenapa tiba-tiba hati Caca sakit ya mendengar Uncle punya pacar?" Batin Caca wajahnya nampak murung. Sedangkan Tristan dari tadi menjelaskan pada Caca bagaimana Dia mendekati wanita itu. Usia Tristan sekarang menginjak 31 tahun. Mama nya, Tia, sudah bawel mengingatkan usia nya. Sedangkan Papa nya hanya tersenyum saja kalau Tia sudah membahas usia Putera bungsunya. "Heiii.... Jadi Gimana?" Tristan menoleh meminta tanggapan Caca, tapi Caca seperti asik dengan pemikirannya sendiri. Tristan mengibaskan sebelah tangannya ke wajah Caca. "Eh.. Iya... Uncle... Ada apa?" Caca gelagapan. "Caca dengerin Uncle ngomongkan? Uncle gak lagi dikacangin sama Caca kan?" Canda Tristan. Seperti Caca yang selalu terbuka pada Tristan, demikian juga Tristan yang selalu meminta pendapat Caca, padahal usia Caca belum lagi genap 17 tahun tapi Caca sangat dewasa pemikirannya. Tapi untuk masalah cowok-cowok yang mengejarnya di Sekolah, Caca tidak pernah cerita pada Tristan. Caca takut Tristan akan jahil dan mengadu pada Mommy nya. "Tadi kan Uncle bilang sama Kamu, Dia usia nya tujuh tahun di bawah Uncle, apa gak kemudaan buat Uncle?" Tristan mengulangi lagi perkataannya yang tadi dianggap angin lalu oleh Caca. "Ya gak masalah Uncle, kalau Uncle merasa nyaman, kenapa gak?" Kata Caca. "Tapi Uncle agak ngeri... Dia itu seperti bisa membaca pikiran Uncle.." Canda Tristan. "Haah..?!! Apa Uncle?! Apa Dia seorang paranormal?!" Caca sangat terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD